Berita Surabaya
Ekonom UNAIR Soroti Harga Beras yang Melonjak, Sebut Karena El Nino dan Jelang Ramadan : Krusial
Ekonom UNAIR Soroti Harga Beras yang Melonjak, Sebut Karena El Nino dan Jelang Ramadan : jadi Masalah Krusial
Penulis: Fikri Firmansyah | Editor: Samsul Arifin
Laporan Wartawan TribunJatim.com, Fikri Firmansyah
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Saat ini mayoritas masyarakat Indonesia tengah risau akibat kenaikan harga beras yang melonjak tinggi sejak awal tahun 2024.
Fenomena kenaikan itu mulai terlihat sejak Februari 2024 lalu, hal ini memicu polemik dalam negeri, terlebih berdampak langsung pada kondisi perekonomian masyarakat.
Melihat situasi tersebut, Pakar Ekonomi Universitas Airlangga (UNAIR), Prof Dr Sri Herianingrum SE MSi menyebutkan bahwa kenaikan harga beras merupakan masalah yang krusial bagi bangsa ini.
“Ini jelas masalah krusial, terutama beras adalah makanan pokok bagi rata-rata seluruh penduduk Indonesia,” ujarnya, Senin (11/3/2024).
Menurutnya untuk mensubstitusi beras dengan makanan lain, kecil kemungkinannya mengingat beras merupakan kebutuhan pokok.
Ia juga menekankan terkait pentingnya menjaga stok dan suplai beras kapanpun dan dalam kondisi apapun.
“Jika terjadi kenaikan harga beras, sementara permintaan tetap tapi suplai menurun. Ini mengakibatkan timbul permasalahan dan harus segera teratasi,” imbuhnya.
Baca juga: Sikap Tegas Bulog Tulungagung Putus Kerja Sama RPK, Kepala Bulog: Beras SPHP Dijual di Atas HET
Lebih lanjut, Pakar Ekonomi UNAIR itu mengatakan bahwa kenaikan harga beras saat ini karena beberapa faktor.
Mulai dari adanya masalah perubahan iklim dan el nino yang mengakibatkan daerah sentra produksi beras terganggu dalam proses produksi gabah hingga menjadi beras.
“Beberapa daerah sentra produksi kebanjiran, sementara yang lain kekeringan akibat kurangnya curah hujan,” katanya.
Selain sebab cuaca, Prof Sri Herianingrum juga mengatakan lonjakan harga beras semakin naik, salah satunya karena inflasi jelang momen Ramadan. Sehingga harga beras cenderung naik, karena meningkatnya permintaan beras oleh masyarakat.
Menurut analisisnya pula, tingginya harga beras berdampak pada masyarakat utamanya kelas menengah ke bawah atau grass root. Pasalnya, sehari-harinya saja mereka kesulitan untuk membeli beras dengan kualitas medium bahkan premium, apalagi dengan adanya fenomena ini.
“Hal ini cukup memperhatikan karena (mereka) harus beralih ke makanan yang lebih murah. Padahal substitute atau (pengganti beras) seperti jagung atau tiwul pun mengalami kenaikan harga,” tuturnya.
Terkait upaya mengatasi permasalahan itu, Prof Sri Herianingrum menegaskan bahwa kebijakan yang biasa pemerintah lakukan adalah impor beras. Lalu, kebijakan pemerintah dengan BULOG dengan simpanan beras untuk mengatasi situasi dan kelangkaan seperti saat ini melalui program SPHP (Stabilisasi Harga dan Pasokan Pangan).
5 Tempat Wisata Hits di Surabaya Wajib Dikunjungi, Atlantis Land hingga Adventure Land Romokalisari |
![]() |
---|
Sosok Suami Tumini yang 15 Tahun Tinggal Ponten Umum, Nasib Kini Harus Pindah, Bakal Dapat Bantuan |
![]() |
---|
Nasib Pengantin Nyaris Gagal Nikah Gegara Ditipu WO hingga Rugi Rp 74 Juta, Sosok Pelaku Terungkap |
![]() |
---|
Beda Cara Eri Cahyadi & Dedi Mulyadi Bina Anak Nakal, Jabar Ada Barak Militer, Surabaya Buka Asrama |
![]() |
---|
Lokasi Jan Hwa Diana Sembunyikan 108 Ijazah Eks Karyawan Terjawab, Terancam Hukuman 4 Tahun Penjara |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.