Perjuangan Emil Anak Petani Sawit Berhasil Kuliah Gratis di UGM, Semangat Meski Daerahnya Tertinggal
Perjuangan seorang anak petani sawit dapat beasiswa kuliah gratis di UGM Yogyakarta begitu menginspirasi.
Penulis: Alga | Editor: Mujib Anwar
TRIBUNJATIM.COM - Kisah seorang anak petani sawit dapat beasiswa kuliah gratis di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta begitu menginspirasi.
Sosok anak petani sawit tersebut adalah Made Emilia Cahyati atau Emil yang kini menjadi perbicangan.
Emil sendiri tak menyangka dirinya akan diterima kuliah di kampus UGM.
Gadis berusia 18 ini diterima kuliah di prodi Ilmu dan Industri Peternakan, Fakultas Peternakan UGM, lewat Jalur Seleksi Nasional Berbasis Prestasi atau SNBP.
Tidak hanya lolos masuk UGM tanpa tes, Emil juga mendapat beasiswa UKT pendidikan Unggul Bersubsidi sebesar 100 persen atau biaya kuliah gratis dari UGM.
Emil sebenarnya juga tidak menyangka akan diterima kuliah di kampus UGM.
Sebab menurut cerita para gurunya, belum pernah satupun alumni SMA 1 Pangale, Kabupaten Mamuju Tengah, yang diterima kuliah di kampus UGM.
"Emil, yakin mau ambil UGM?" tanya gurunya saat itu.
"Saya yakin Bu," kata Emil, meski dalam hatinya penuh rasa tidak percaya diri, dikutip dari Tribun Manado pada Kamis (25/7/2024).
Namun Emil meyakinkan dirinya untuk memilih kuliah di UGM.
Pasalnya sejak di bangku Sekolah Dasar hingga bangku SMP dan SMA, ia tidak bisa melanjutkan pendidikan ke sekolah favorit.
Bahkan jarak sekolah SMA dari rumahnya ditempuh hingga 45 menit menaiki kendaraan roda dua melewati area kebun sawit.
Baca juga: Jalan Kaki 3,4 Km ke Sekolah Tiap Hari, Elsa Nangis Dapat Bantuan Tabungan Rp 5 Juta dan Sepeda
"Saya bergantian dengan teman setiap tiga hari sekali gantian bawa motor, patungan bensin," katanya.
Pernah sesekali ban bocor, Emil dan temannya terpaksa datang terlambat sampai ke sekolah.
Jika ban bocor di jalan, ia menunggu teman satu sekolah lainnya yang melintas.
Kemudian temannya ini membantu mendorong atau Emil menelepon ayahnya untuk menjemput.
Meski tinggal di kawasan transmigran, tidak menyurutkan langkah Emil untuk bisa mengenyam kuliah di kampus UGM.
Berbagai cara ia lakukan untuk bisa masuk UGM tanpa tes dengan mengikuti berbagai perlombaan.
Menurutnya tidak ada yang tidak mungkin asal mau berusaha.
"Dari awal memang saya sudah niat mau masuk UGM karena Yogyakarta terkenal dengan pendidikannya."
"Dulu saja sekolah SMP saya termasuk daerah 3T. Lalu SMA saya tidak masuk daftar ranking 1000 SMA terbaik di Indonesia."
"Paling tidak saya bisa masuk ke kampus favorit," kata anak kedua dari pasangan I Kadek Somadana dan Ni Luh Ernawati ini.

Semasa bersekolah, Emil dikenal sebagai sosok yang berprestasi.
Ia pernah menjuarai lomba dari tingkat provinsi maupun nasional.
Selama di bangku sekolah, Emil langganan juara kelas masuk rata-rata tiga besar.
Ketertarikannya pada pelajaran matematika dan sastra mendorongnya mengikuti berbagai perlombaan dan sering berhasil menjadi juara.
Emil pernah mendapat juara 1 bidang matematika pada lomba Olimpiade Sains Nasional Tingkat Mauju pada April 2023 se-Sulawesi Barat.
Selain itu, ia juga pernah meraih juara 1 bidang lomba menulis cerpen pada Festival Lomba Siswa Nasional (FLS2N) jenjang SMA tingkat Kabupaten Mamuju Tengah.
Di tingkat nasional, Emil juga pernah lolos lomba Utsawa Dharmagita Agama Hindu tahun 2021 yang diselenggarakan Dirjen Bimbingan Masyarakat Hindu Kemenag RI untuk kategori remaja.
Lalu di 2024 ini ia pun kembali lolos di ajang yang sama yang diselenggarakan di Solo, Jawa Tengah.
Baca juga: Bangganya Penjual Telur Sang Anak Bisa Kuliah Murah di UGM, Nazar Ibu Terkabulkan: Terbentur Biaya
Di tempat lain, kisah siswi SMP yang harus berjalan 3,4 km untuk sampai ke sekolahnya berhasil mengetuk hati orang-orang baik.
Siswi SMP bernama Elsa tersebut harus berangkat sangat pagi pukul 5.30 WITA untuk ke sekolah.
Dalam perjalanannya, ia pun membawa bekal seadanya.
Ya, karena keterbatasan yang ada, Elsa harus bangun lebih pagi.
Ia berangkat pukul 5.30 WITA untuk berjalan kaki sejauh 3,4 kilometer, menuju ke sekolahnya setiap hari.
Awalnya kisah ini diketahui warga dari sebuah video yang pertama kali diunggah oleh pemilik akun Facebook Amelia Lia.
"Iya, kemarin saya jalan kaki ke sekolah dengan jarak 3,4 kilometer. Bapak sedang sakit dan kakak tidak bisa mengantar ke sekolah," ucapnya.
"Kalau ubi itu bekal dari ibu untuk makan di sekolah," kata Elsa menceritakan hal-hal yang ada dalam video tersebut saat ditemui di rumahnya, Senin (5/8/2024) kemarin.
Elsa adalah anak kedua dari pasangan Umar dan Jadut.
Kedua orang tua tersebut sudah lama berpisah.
Sementara Elsa memiliki tiga saudara kandung dan satu saudara tiri.
Ibu kandung Elsa kini menjadi pekerja migran Indonesia (PMI) di Brunei Darussalam, dan tidak pernah ada kabarnya.
"Sudah beberapa tahun ibu saya tidak ada kabar. Saya ingin terus sekolah, dan banggakan orang tua," ungkapnya.
"Saya harus giat belajar, agar bisa lulus dengan nilai bagus," kata Elsa.

Selanjutnya, simpati warga pun berujung manis.
Kekuatan media sosial ternyata menjadi saluran rezeki bagi Elsa.
Tentu saja Elsa mengaku senang bisa mendapatkan sepeda dan tabungan pendidikan.
Dengan sepeda, Elsa hanya butuh waktu sekitar 30 menit menuju ke sekolah.
Kini berkat bantuan dari orang-orang baik, perjalanan Elsa ke sekolah bakal makin lancar.
Elsa pun tak sanggup menahan air matanya, saat Zubaidha menyerahkan bantuan berupa tabungan pendidikan dan sepeda kepada bocah 15 tahun itu.
Rasa haru terpancar jelas dari wajah pelajar kelas IX SMPN 2 Maronge, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat (NTB), yang basah dengan kulit yang memerah.
Zubaidha sendiri adalah guru di SDN Simu (wali kelas adik Elsa) yang ditunjuk pengawas untuk menyediakan rekening bank sebagai tempat penggalangan dana untuk Elsa.
Ada dana Rp5,3 juta yang sudah terkumpul.
Baca juga: Kini Alif Tak Harus Lari 5 KM Tiap Hari Demi ke Sekolah, Sang Siswa SMA Yatim Piatu Dapat Sepeda
Berkat bantuan ini, Elsa bukan hanya tak perlu berangkat terlalu pagi untuk berjalan kaki ke sekolah, tapi biaya pendidikannya juga lebih terjamin.
Bantuan yang disalurkan Zubaidha adalah hasil dari penggalangan dana warga yang tersentuh dengan perjuangan Elsa.
Tak hanya itu, ada pula warga yang langsung datang dan memberikan bantuan.
Ada yang memberi kasur dan juga perlengkapan sekolah.
Selanjutnya, tabungan pendidikan yang diterima Elsa bakal diberikan setiap minggu.
Tabungan tersebut disimpan Zubaidha agar bisa digunakan secara tepat guna.

Sementara itu, Kepala Dinas Sosial Pemerintah Kabupaten Sumbawa, Abu Bakar, juga turut datang dalam kunjungan kemarin.
"Iya, hari ini kami datang untuk verifikasi data orangtua Elsa. Kebetulan keluarga Pak Umar masuk dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS)," kata Abu Bakar.
"Keluarga Elsa menerima bantuan KIP, PKH dari 2012-2021, bantuan beras pangan dan BLT dari dana desa," kata Abu Bakar.
Bahkan dari desa juga pernah dapat bantuan uang karena ayah Elsa hanya tukang pemecah batu.
"PKH keluarga Elsa terhenti saat ibunya berangkat jadi PMI ke Brunei Darussalam."
"Dan ayah Elsa menikah lagi dengan ibu sambungnya," sebut Abu Bakar.
Namun sudah lima bulan Umar berhenti bekerja karena kondisi kesehatannya.
"Saat ini bapak Elsa sedang sakit batu ginjal," kata dia.
"Sementara ibu sambungnya bekerja sebagai ibu rumah tangga," sebut dia.
Berangkat dari fakta itu, kata Abu Bakar, pemerintah memberikan bantuan berupa beasiswa untuk Elsa agar bisa melanjutkan pendidikan setelah lulus SMP.
Dengan beasiswa ini, Elsa akan bersekolah dan tinggal di asrama di Mataram.
"Semoga Elsa bisa fokus sekolah, rajin belajar hingga lulus dan lanjutkan pendidikan."
Umar tentu berterima kasih telah mendapat atensi ini.
"Selama ini sesekali saya bisa antar Elsa ke sekolah, tapi beberapa waktu ini dia jalan kaki karena tidak ada yang antar," kata Umar.

Umar mengaku tak menyangka bahwa keluarganya bakal menerima bantuan.
Bahkan bantuan tersebut datang dari orang-orang tak dikenal, hanya karena menyebarnya video sang anak di media sosial.
Ia berharap pada salah satu dari anaknya ada yang bisa melanjutkan sekolah ke jenjang lebih tinggi.
"Saya bersyukur Elsa dapat beasiswa. Saya izinkan dia sekolah di Mataram," ucap Umar.
petani sawit
Made Emilia Cahyati
UGM
SMA 1 Pangale
Kabupaten Mamuju Tengah
TribunJatim.com
Tribun Jatim
Banpol Cair, PDI Perjuangan Kota Malang Dapat Rp 1,3 Miliar |
![]() |
---|
Candra Tewas Diduga Dibunuh Teman, Sosok Korban Diungkap Sekdes: Baru Menikah |
![]() |
---|
Pemkab Tulungagung Kebut Penyelesaian 63 Paket Pekerjaan Infrastruktur hingga Akhir 2025 |
![]() |
---|
Viral Surat Pernyataan Orang Tua Dilarang Menggugat Jika Anaknya Keracunan MBG, BGN Bereaksi |
![]() |
---|
UMKM Daun Agel, Perjuangan Faiqotul Himmah Merajut Harapan dari Madura |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.