Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Ponorogo

Dulu Disebut Kampung Idiot, Kini Desa Karangpatihan Ponorogo Mendunia Lewat Batik Ciprat Disabilitas

Kampung “Idiot” merupakan sebutan Desa Karangpatihan, Kecamatan Balong, Kabupaten Ponorogo puluhan tahun silam.

TribunJatim.com/Pramita Kusumaningrum
Kampung “Idiot” merupakan sebutan Desa Karangpatihan, Kecamatan Balong, Kabupaten Ponorogo puluhan tahun silam. 

Batu-batu yang telah dipecahkan oleh para tunagrahita tersebut kemudian jual dan uang hasilnya diberikan kepada tunagrahita. Ternyata caranya tersebut ampuh

"Dari situ bisa mulai mandiri, hingga Bank Indonesia memberikan bantuan dana CSR yang kemudian digunakan untuk para tunagrahita ternak lele," tegasnya

Eko semakin bisa membantu ketika menjadi Kepala Desa Karangpatihan 2013. Saat terpilih, Eko menciptakan penghasilan harian, bulanan, maupun tahunan. Untuk penghasilan harian, perangkat desa mengajari tunagrahita membuat keset. 

Sementara untuk penghasilan bulanan, desa memberikan ayam kampung untuk dipelihara. Telur ditukar ke toko, dengan ganti garam, gula, cabai, dan lain sebagainya. Sedangkan untuk penghasilan tahunan, desa memberikan kambing agar dipelihara. 

Eko mengaku, kondisi saat ini sangat bagus. 

Itu terbanding terbalik pada 2002 sampai 2010, masih makan nasi sisa yang dikeringkan atau aking.

Rumah para tuna grahita pun sudah jauh lebih layak. Mereka juga menikah, karena sempat ada larangan pernikahan. Eko justru menikahannya. 

"Ada 8 pasangan, anaknya normal. Makanya ada rumah mereka yang dibangun sendiri karena anaknya ada yang merantau ke luar negeri. Juga dibantu pemerintah,”  tegasnya. 

Menurutnya, disabilitas bukan penyakit. Mereka diciptakan Tuhan dengan spesial dan berkurang karena sudah tua.

“Kami mencegahnya agar tidak ada lagi melahirkan dengan disabilitas. Mereka yang dinikahkan sesama disabilitas dipenuhi gizinya. Sehingga sekarang tinggal 98,” bebernya.

Lalu ada berbagai program yang diterapkan. Bukan hanya menyentuh disabilitas gapi secara keseluruhan.

Ada pendidikan, dimana programnya diberi nama Karpat Smart. Dibidang kesehatan, ada namanya Sarirasa (Santunan Rawat Inap Rakyat Desa).

“Untuk Sarinasa itu, warga miskin masuk rumah sakit biaya memang ditanggung oelh BPJS. Namun, Pemerintah Deaa mensuport dengan membiayai yang menunggu,” tegasnya.

Untuk pendidikan, Eko memilih kerjasama dengan pihak ketiga. Sehingga tidak meluku menyerap APBDes.

“Yang pasti semua yang sekolah SD di Desa Karangpatihan mendapatkan tas dan peralatan sekolah. Juga ketika lulus,” tambah Eko.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved