Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Jombang

Pembuangan Limbah Kotoran Sapi Dikeluhkan Warga 5 Desa di Jombang, Sungai Tak Bisa Dipakai Mencuci

Aktifitas pembuangan limbah kotoran hewan ternak ke sungai timbulkan bau tak sedap, lima desa di Kecamatan Wonosalam kompak mengeluh. 

Penulis: Anggit Puji Widodo | Editor: Ndaru Wijayanto
tribunjatim.com/Anggit Pujie Widodo
Sungai di Salah Satu Desa di Kecamatan Wonosalam Jombang yang Tercemar Kotoran Limbah Sapi Perah 

Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Anggit Pujie Widodo 

TRIBUNJATIM.COM, JOMBANG - Aktifitas pembuangan limbah kotoran hewan ternak ke sungai timbulkan bau tak sedap, lima desa di Kecamatan Wonosalam kompak mengeluh. 

Bau menyengat yang dihasilkan dari limbah kotoran hewan yakni sapi perah yang di buang ke sungai membuat lima desa di Kecamatan Wonosalam menjadi terdampak. 

Lima desa tersebut yakni Desa Wonokerto, Wonomerto, Panglungan, Carangwulung, Jarak dan Galengdowo. Hampir 3 tahun, aktifitas pembuangan kotoran limbah ini membuat resah masyarakat sekitar. 

Bau yang ditimbulkan menggangu pernapasan warga karena hampir setiap hari terjadi. Menurut Suyono (55) warga Desa Wonokerto, Kecamatan Wonosalam. Warga memang merasakan bau menyengat sejak 3 tahun yang lalu. 

"Yang terdampak ini bukan hanya satu desa, tapi lima desa, Desa Panglungan, Carangwulung, Jarak, Wonomerto dan Galengdowo, karena sungai di desa-desa itu dialiri limbah kotoran sapi ternak," ucapnya saat dikonfirmasi pada Jumat (23/8/2024).

Limbah kotoran sapi ternak itu memang dibuang di sungai, sehingga menyebabkan sungai menjadi tercemar dan tidak jernih. Sungai yang biasa digunakan masyarakat untuk mencuci pakaian pun kini tak bisa lagi terjamah.

Baca juga: Imbau Warga Tak Buang Limbah Hewan Kurban ke Sungai, Pemkot Surabaya Beri Solusi: TPS

Warga bukannya diam saja, aki protes pernah dilakukan, bahkan memberikan tawaran solusi. Namun, tawaran solusi yang diberikan tidak pernah terealisasi hingga saat ini. 

"Kami ini sering protes, bahkan memberi solusi berupa bak penampungan, bisa diolah menjadi pupuk, tapi ya itu, tidak pernah ada realisasinya," katanya. 

Meskipun begitu, ia tidak menyalahkan para peternak. Lantaran darimana lagi para peternak sapi tersebut meraih pundi rupiah jika tidak dengan beternak. Menurutnya, dinas terkait harus bisa melihat kasus ini sebagai bahan pertimbangan untuk diselesaikan. 

"Dinas terkait punya kewenangan untuk mensosialisasikan bagaimana mengelola limbah kotoran ini menjadi bermanfaat. Butuh dibimbing, menyalahkan peternakan bukan jadi solusi," ujarnya. 

Sementara itu, warga Dusun Sranten, Desa Panglungan, Wonosalam, Khoirul (38) juga mengeluhkan hal yang sama. Ia menceritakan, dulu sungai di tempatnya bisa digunakan untuk mandi hingga mencuci baju. 

Baca juga: Larang Buang Limbah Rumen Hewan Kurban Sembarangan, Disnakkan Imbau Warga Magetan Serahkan ke RPH

Namun, beberapa tahun terkahir hal tersebut sudah tak bisa lagi dilakukan karena tercemarnya sungai akibat limbah kotoran sapi perah.

"Sungai itu menimbulkan bau menyengat tak sedap, jadi di jam tertentu peternak itu membuang kotoran sapinya ke sungai, biasanya pagi dan sore kalau buang kotorannya," ungkapnya. 

Khoirul melanjutkan, dirinya bahkan pernah melampiaskan protesnya ke Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jombang. Ia nekat mengirim Direct Massage (DM) ke akun Instagram Pemkab , mengirim video pencemaran limbah ke sungai. 

"Saya sampai DM akun Ig Pemkab, tapi yah sama saja tidak ada hasil sama sekali," katanya. 

Ia berharap, di tempatnya ada Induk Pembuangan Air Limbah (IPAL). Dalam hal ini, Pemkab Jombang yang bisa melakukan pendampingan. 

Sementara itu, dikonfirmasi terpisah, Sugiat selaku Kepala Desa Panglungan perihal masalah limbah sungai akibat kotoran sapi tersebut, ia mengaku belum ada warganya yang melaporkan.

"Melapor resmi ke Pemerintah Desa (Pemdes) belum. Coba nanti kami kan turun ke lokasi untuk mengecek kondisi air di sungai tersebut seperti apa," ungkapnya.

Jika nantinya ditemukan limbah, pihaknya ingin dinas terkait untuk turun memberikan edukasi langsung ke masyarakat. "Kami berharap jika nantinya memang ditemukan limbah, dinas terkait bisa memberikan penanggulangan," tandasnya. 

Ia sendirian mengakui, memang perlu adanya pembangunan IPAL lantaran mayoritas masyarakat di tempatnya merupakan peternakan sapi perah. "Kami merasa IPAL memang dibutuhkan, karena sebagian besar masyarakat di sekitar sini profesinya yah peternak sapi perah," pungkasnya. 

Sumber: Tribun Jateng
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved