Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Dulu Jaya Jadi Pencipta Lagu Legendaris, Nasib Suhardelis Kini Jualan Kopi di Warung Pinggir Jalan

Kisah pencipta lagu legendaris ini menjadi sorotan karena nasibnya kini memprihatinkan. Ia kini jualan kopi di warung pinggir jalan.

Penulis: Arie Noer Rachmawati | Editor: Mujib Anwar
KOMPAS.com
Kisah pencipta lagu legendaris ini menjadi sorotan karena nasibnya kini memprihatinkan. Ia kini jualan kopi di warung pinggir jalan. 

Meski begitu, Suhardelis belum berencana membawa kasus royalti ini ke ranah hukum.

"Saya ini orang kecil, agak susah kalau mau melangkah ke jalur hukum. Tapi, ya, saling mengerti sajalah," katanya.

Baca juga: Nelangsa Mbah Sipion Jadi Korban Penipuan Jual Cincin di Sukoharjo, Pelaku Sasar Warga Lanjut Usia

Suhardelis merasa sedih saat melihat lagunya dibawakan oleh orang lain di acara hiburan atau pesta pernikahan.

Sebab, dia yang menciptakan lagu, sementara orang lain yang mendapatkan keuntungan.

Namun, di sisi lain, dia merasa bangga karena karyanya masih diminati.

"Sedih, ada. Deyen nan buek logu, ughang lain nan dapek untuong (saya yang buat lagu, orang lain yang dapat untung). Tapi ada juga rasa bangga karena karya saya masih diminati orang," ujarnya dengan dialek Melayu Kampar.

Selama puluhan tahun berkarya, Suhardelis mengaku hanya menerima total royalti sekitar Rp 60 juta.

Selain royalti yang minim, dia juga mengaku belum mendapat perhatian dari Pemerintah Kabupaten Kampar, meskipun karyanya telah mempromosikan seni dan budaya Kampar ke daerah lain.

"Perhatian dari pemerintah belum ada," katanya.

Meskipun demikian, pria yang rambutnya sudah memutih ini tidak berniat berhenti berkarya.

Selagi masih mampu, Suhardelis akan terus mencipta lagu. Ia berharap orang-orang yang mendapatkan keuntungan dari lagunya memberikan royalti.

"Walaupun kecil, bagi saya itu bentuk penghargaan dan pengertian," tutupnya.

Baru-baru ini, Suhardelis menciptakan lima lagu dangdut Ocu Kampar.

Bagian musik sudah direkam, tetapi rekaman vokal dan video klip belum bisa dilakukan karena keterbatasan biaya.

Pendapatan dari berjualan kopi belum cukup untuk biaya rekaman.

"Rekaman vokal dan video klip belum bisa dikerjakan karena tidak ada uang. Hasil dari kedai kopi ini hanya cukup untuk makan, tidak cukup untuk rekaman," ujarnya.

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews Tribunjatim.com

Halaman 4/4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved