Berita Surabaya
Marcha Sharapova Rusli Berdayakan ABK Kembangkan Ecoprint, Asah Kreativitas dan Peduli Lingkungan
Marcha Sharapova Rusli berdayakan anak berkebutuhan khusus (ABK) untuk kembangkan ecoprint, asah kreativitas di bidang fesyen, juga peduli lingkungan.
Penulis: Nur Ika Anisa | Editor: Dwi Prastika
Laporan Wartawan TribunJatim.com, Nurika Anisa
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Pegiat sosial dan seni, Marcha Sharapova Rusli menggandeng anak berkebutuhan khusus (ABK), dalam rangka meluncurkan fesyen berkelanjutan.
Produk fesyen tersebut, terbuat dari teknik ecoprint batik. Menggabungkan seni kreativitas dan pelestarian lingkungan.
Kolaborasi bertajuk "Dear Earth" ini juga ditujukan Marcha untuk memberikan manfaat bagi komunitas, terutama anak-anak berkebutuhan khusus.
“Proyek ini menggabungkan keberlanjutan dan child empowerment (pemberdayaan anak). Aku pakai ecoprint batik yang dibuat oleh anak-anak berkebutuhan khusus di Sekolah Insani Tunas Mandiri Sidoarjo,” ungkap Marcha Sharapova di Triple S Surabaya, Senin (14/10/2024).
Marcha menilai, melalui ekspresi kreatif, anak-anak tidak hanya belajar tentang masalah lingkungan, tetapi juga berkontribusi secara positif bagi dunia.
Dara berusia 17 tahun itu menyebut, Dear Earth menyediakan platform di mana tanggung jawab lingkungan dan bakat seni berpadu, membuktikan kreativitas dapat menghasilkan perubahan nyata.
“Sebenarnya modal proyek ini aku dapat dari hasilku sebagai influencer, endorse yang kemudian aku buat workshop ecoprint. Sekarang sudah ada pendampingan guru-guru di Sekolah Insani Tunas Mandiri,” ujarnya.
Jebolan Puteri Cilik Indonesia ini menginisiasi project Dear Earth dimulai dari pekerjaannya di Yayasan 1001 Harapan, mengajarkan seni berkelanjutan kepada anak-anak di sekolah maupun panti asuhan.
Baca juga: Pebatik Gambarkan Sosok Pemimpin Impian Hasil Pilkada 2024 Melalui Desain Batik Junjung Bondowoso
Salah satunya dengan menggunakan bahan limbah seperti tutup botol plastik, kantong plastik, dan mainan bekas.
Proyek ini berkembang dan diperluas bersama anak-anak berkebutuhan khusus di Sekolah Insani Tunas Mandiri.
“Fokus aku beralih pada pencarian solusi kreatif untuk masalah lingkungan sambil memberikan manfaat bagi komunitas berkebutuhan khusus. Aku juga ingin mengkontribusikan mereka terkait isu global, menurutku mereka wajib tahu sebagai generasi bangsa dan berhak memiliki impian ke depannya,” ucapnya.
Ia memperkenalkan teknik ecoprint batik, sebuah kerajinan yang dinilai tidak hanya karena makna budayanya, tetapi juga karena ramah lingkungan.
Marcha menilai, ecoprint batik lebih mudah dipahami dan dipraktikkan oleh anak-anak, terlebih mengajak belajar lingkungan dan budaya dengan menyenangkan.
Kerajinan ini memberdayakan mereka untuk berkontribusi secara positif sambil menghormati kemampuan mereka.
Kegiatan yang dimulai dari workshop ini kemudian menjadi ekstrakurikuler permanen berkat antusiasme para siswa dan dukungan dari sekolah.
“Aku sempat bertemu dengan pihak sekolah, berdiskusi supaya anak-anak ini punya peluang dalam belajar lingkungan dan budaya. Jadi memilih ecoprint batik karena praktiknya tidak susah,” ungkapnya.
Pihaknya bersama sekolah ABK memanfaatkan kembali bahan limbah untuk menciptakan sesuatu yang indah dan bermakna.
Melalui teknik ecoprint batik, anak-anak bisa berkreasi dengan menyenangkan terkait pembuatan motif.
Selain itu, Marcha mendesain busana dan menjual produk hasil karya ABK mulai dari Rp 100 ribu hingga Rp 400 ribu.
“Rencana semua keuntungan aku kasih ke mereka (Sekolah Insani Tunas Mandiri) lebih ke memberikan kebutuhan insfrastruktur,” ujarnya.
Kepala Sekolah Insani Tunas Mandiri Sidoarjo, Tety Agustina bersama Panca Heru Prasetyo sebagai guru kewirausahaan menjelaskan, pembuatan ecoprint batik melibatkan sekitar 20 anak dari lebih 60 siswa.
Mereka menata daun pada selembar kain primis atau katun yang sudah dicelupkan ke air tawas, dikeringkan, dan ditunjung atau diberi bubuk khusus agar dapat mengikat warna daun.
Setelah itu, menyusun daun-daun seperti pakis, daun tabebuya, jarak, pepaya jepang, dan daun jati pada lembaran kertas tersebut.
“Hampir 20 anak yang ikut membuat ecoprint batik, mereka macam-macam, ada yang tunarungu dan tunagrahita,” ujar Tety Agustina.
Dilanjutkan, proses ecoprint menggunakan teknik kukus.
Kain yang sudah ditempel daun tersebut digulung rapat, kemudian dikukus minimal selama dua jam.
Proses peletakan motif ecoprint tersebut berlangsung satu hari, kemudian dikeringkan dan didesain oleh Marcha.
Tampilan produk busana ini berupa baju outer, rok, dress, dan aksesori kepala seperti topi.
“Motif daunnya ditaruh sekreatifnya anak-anak, mereka sangat antusias. Motifnya mereka kita bebaskan supaya punya kreasi,” ucap Panca Heru.
Marcha Sharapova Rusli
anak berkebutuhan khusus
SLB Insani Tunas Mandiri
batik ecoprint
TribunJatim.com
berita Jatim terkini
Tribun Jatim
5 Tempat Wisata Hits di Surabaya Wajib Dikunjungi, Atlantis Land hingga Adventure Land Romokalisari |
![]() |
---|
Sosok Suami Tumini yang 15 Tahun Tinggal Ponten Umum, Nasib Kini Harus Pindah, Bakal Dapat Bantuan |
![]() |
---|
Nasib Pengantin Nyaris Gagal Nikah Gegara Ditipu WO hingga Rugi Rp 74 Juta, Sosok Pelaku Terungkap |
![]() |
---|
Beda Cara Eri Cahyadi & Dedi Mulyadi Bina Anak Nakal, Jabar Ada Barak Militer, Surabaya Buka Asrama |
![]() |
---|
Lokasi Jan Hwa Diana Sembunyikan 108 Ijazah Eks Karyawan Terjawab, Terancam Hukuman 4 Tahun Penjara |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.