Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Kota Batu

Pasien Poli Jiwa di RSUD Kota Batu Mayoritas Gen Z dan Milenial, Dampak Perceraian hingga Medsos

Pasien Poli Jiwa di RSUD Karsa Husada Batu mayoritas dari gen Z dan milenial, perceraian orang tua hingga medsos jadi faktor penyebabnya.

Penulis: Dya Ayu | Editor: Dwi Prastika
Tribun Jatim Network/Dya Ayu
Pasien Poli Jiwa di RSUD Karsa Husada Kota Batu, mayoritas berusia produktif, Selasa (15/10/2024). 

Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Dya Ayu

TRIBUNJATIM.COM, BATU - Pasien Poli Jiwa di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Karsa Husada Kota Batu, mayoritas berusia produktif.

Dari kategori usia, pasien yang berkunjung didominasi gen Z (orang-orang yang lahir pada tahun 1997–2012) dan gen Y atau milenial (orang-orang yang lahir pada tahun 1981-1996).

Namun ada juga pasien yang masih masuk kategori anak-anak.

Menurut Kepala Bidang Pelayanan Medis RSUD Karsa Husada Kota Batu, dr Ferdinandus Stevanus Kakiay, jumlah pasien yang datang ke Poli Jiwa sejak poli ini ada tahun 2022 lalu, setiap tahunnya semakin bertambah. 

“Mayoritas pasien yang datang usia produktif belasan sampai 30an tahun, dan setiap tahunnya cenderung meningkat. Tahun pertama masih sedikit sekali, karena memang mungkin belum banyak masyarakat yang tahu. Sekarang sehari kami bisa melayani sekitar 5-10 pasien,” kata dr Ferdinandus Stevanus Kakiay, Selasa (15/10/2024).

Dari pasien-pasien yang datang untuk berobat, ada beberapa kategori gangguan yang dialami, di antaranya depresi, skizofrenia, hingga bipolar.

“Rata-rata masih dalam taraf yang tidak terlalu parah dan bermacam-macam keluhannya. Ada yang keluhan gangguan tidur, cemas berlebih, depresi juga ada. Namun yang paling banyak itu bipolar,” ujarnya.

Baca juga: Ibu Dokter Aulia Pernah Protes Perundungan Malah Dibilang ‘Latihan Mental’, Kini Sang Anak Tewas

Dokter Ferdi, sapaan Ferdinandus Stevanus Kakiay menjelaskan, ada banyak faktor yang menyebabkan gangguan jiwa. Khususnya yang dialami para remaja hingga dewasa, di antaranya persoalan perceraian orang tua, tuntutan ekonomi, gaya hidup yang konsumtif, persoalan rumah tangga hingga karena kecanduan gadget.

“Media sosial (medsos) juga berpengaruh, karena selain menonton juga ingin meniru. Apalagi sekarang banyak yang pamer kekayaan, sedangkan itu memicu remaja untuk hidup hedon dan kenyataannya tidak bisa terealisasi. Akhirnya depresi," ujarnya.

"Sehingga harus bijak dalam melihat tontonan. Selain karena faktor itu, ada juga pasien dari mahasiswa yang depresi karena skripsi tak kunjung selesai. Ada juga pasien anak dari luar Kota Batu yang kecanduan gadget sampai tidak bisa diajak berkomunikasi karena tidak fokus,” terangnya.

Untuk pasien anak yang kecanduan gadget ini, Dokter Ferdi mengatakan, itu tak lain karena kurangnya pengawasan dan kontrol dari orang tua.

“Rata-rata pasien di sini masih dalam taraf tidak terlalu parah. Sehingga penanganan yang kami berikan yakni rawat jalan jiwa. Jadi pertama dilakukan konsultasi, kemudian psikoterapi dan terapi obat. Jadi disertai psikolog,” pungkasnya.

Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved