Pilkada Surabaya 2024
Eri Cahyadi Bicara Partisipasi Pemilih Hingga Keberlanjutan Pendidikan dan Kesehatan Gratis
Secara ekslusif, Calon Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi telah mengungkapkan lewat wawancara dengan Penanggung Jawab Redaksi Harian Surya, Tri Mulyono
Penulis: Bobby Constantine Koloway | Editor: Samsul Arifin
Eri Cahyadi : Kami harus mengedukasi warga bahwa di saat saya memimpin, ada sekitar 300 titik banjir yang mencakup sekitar 1.000 wilayah. Artinya, saya tidak bisa menyelesaikan banjir hanya dalam 3,5 tahun. Kalau saya hanya mencari popularitas (kepentingan politik), saya bisa saja menyelesaikan seluruh titik banjir dalam waktu 3 tahun. Namun, anggaran untuk pendidikan, kesehatan, dan program lainnya hilang hanya untuk menyelesaikan banjir. Selain soal prioritas, warga Surabaya juga harus tahu mana yang menjadi jalan nasional, provinsi, atau jalan kota. Misalnya Jalan Kalianak. Banyak yang tidak tahu, mengira ini jalan kota padahal ini adalah jalan nasional. Sehingga, jangan semua yang berada di Surabaya dibebankan kepada anggaran APBD kota.
Harian Surya : Bagaimana Anda mengelola kritik yang diterima Pemkot atau Anda secara pribadi?
Eri Cahyadi : Saya selalu terbuka dengan siapapun. Kalau tidak mau dikritik, tentu jangan mau jadi Wali Kota. Jangan mau jadi PNS atau birokrat. Karena apa? Sebenarnya, orang mengkritik ini karena tidak tahu. Misalnya ada yang tanya, anggaran APBD Surabaya mencapai Rp11 triliun. Ini dianggap besar. Padahal, jumlah penduduk di Surabaya juga besar. Misalnya pendidikan gratis SD, SMP, hingga beasiswa SMA dan perguruan tinggi sebesar Rp1,5 triliun, untuk membayarkan iuran BPJS kesehatan mencapai Rp500 miliar, Program perbaikan rumah tidak layak huni (rutilahu) mencapai Rp700 miliar tiap tahun, gaji pegawai negeri dan tenaga kontrak mencapai Rp2 triliun, dan program lainnya. Kalau semua anggaran ini kemudian dialihkan untuk penyelesaian banjir, artinya kami sebagai Wali Kota merupakan orang egois. Hanya untuk kepentingan pribadi, supaya dianggap berhasil mengatasi banjir, kemudian mengorbankan kepentingan lain.
Harian Surya : Untuk menangkal serangan di media sosial, apakah Anda juga pernah menggunakan jasa buzzer?
Eri Cahyadi : Tidak pernah. Sebab sejak kanjeng Nabi Muhammad Saw, kita diajarkan bahwa sesempurna apapun beliau, tetap ada kritik yang harus diterima. Apalagi saya yang banyak kurangnya, banyak dosanya. Nabi juga tidak pernah membalas dengan buzzer. Nabi mengajarkan bahwa kita harus membalas dengan edukasi, kelembutan, sehingga orang akan terbuka sendiri.
Harian Surya : Sebagai lokomotif wilayah aglomerasi Surabaya Raya, apa yang akan disiapkan untuk mendukung pembangunan daerah tetangga seperti Gresik dan Sidoarjo?
Eri Cahyadi : Kami sudah bersepakat dengan Bupati Sidoarjo dan Bupati Gresik untuk membangun koneksi. Ini kemudian kami sampaikan kepada pemerintah provinsi. Apa yang menjadi isu penting? Transportasi. Surabaya macet arah masuk (dalam kota) ketika jam berangkat kerja. Sebaliknya, akan macet ke arah luar ketika jam pulang kerja. Akhirnya kami berdiskusi. Pemerintah Provinsi telah menyampaikan kepada pemerintah pusat. Akhirnya, kami diberikan transportasi massal yang akan menghubungkan Sidoarjo, Surabaya, Gresik, dan Lamongan. Ini merupakan program pinjaman dari Jepang. Tugas kami di daerah, kami tinggal mengoneksi dengan angkutan dalam kota. Misalnya, kami hubungkan dengan Wira Wiri. Harganya bisa menjadi satu. Sekali bayar, Wira Wiri ikut terbayar. Semoga transportasi ini bisa berjalan di 2027.
Harian Surya : Selain transportasi, mungkin ada kerjasama dengan daerah tetangga di bidang lain?
Eri Cahyadi : Kami sudah berkoordinasi dengan pemerintah Kabupaten Gresik untuk membangun infrastruktur jalan dari Wiyung mencapai Menganti. Pun dengan Sidoarjo. Kami juga membangun hingga menyentuh Tropodo. Inilah komunikasi antar pimpinan. Tentu, harapannya pembangunan ini bisa saling menyambung. Jangan sampai luar kota membangun, sedangkan Surabaya tidak menyambung. Begitu pula sebaliknya. Kami tidak saling bersaing. Namun, kami berkolaborasi untuk yang terbaik.
Harian Surya : Kami mendengar ada peluang kerjasama juga di bidang pertanian. Benarkah
Eri Cahyadi : Benar. Gresik merupakan salah satu penghasil beras. Kami sudah koordinasi. Kami sampaikan kebutuhan beras di Surabaya. Dari situ, kami ingin kontrak kerjasama dengan Gresik. Kalau misalnya Gresik mampu menyiapkan beras dengan kualitas tertentu dengan jumlah tonase sekian, maka kami siapkan kontrak kerjasama. Saya mengambil beras dari Gresik dengan harga standar distributor di Surabaya. Dari situ, akan sekaligus memberikan kepastian pasar bagi petani Gresik. Sehingga pemuda di Gresik tidak perlu urbanisasi untuk mengadu nasib ke Surabaya.
Harian Surya : Pada pemerintahan pusat yang baru, bagaimana posisi sikap Anda? Mengingat Anda juga merupakan kader PDI Perjuangan?
Eri Cahyadi: Sebagai wakil dari pemerintah pusat, Wali Kota harus tegak lurus dengan kebijakan pemerintah pusat. Contoh saat saya menjadi Wali Kota, kami juga sudah mulai ujicoba makan bergizi gratis. Bahkan, Mas Gibran (Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka), datang ke Surabaya. Saya tunjukkan bahwa di Surabaya ada sertifikat halal, gizi, yang menentukan adalah ahli gizi. Yang mengerjakan adalah UMKM. Akhirnya, ini yang justru menjadi salah satu percontohan nasional. Prinsipnya, pemerintah kota harus menjadi satu dengan pusat.
Harian Surya : Ke depan, apa yang menjadi tantangan terberat bagi Anda?
Eri Cahyadi : Tantangan terberat ke depan tentu bagaimana mengajak warga Surabaya menjadi cinta dan menjalankan syariat agamanya. Contohnya, orang Islam diajarkan menyerahkan zakat. Namun, seringkali ini sulit dilakukan. Misalnya, orang tidak mampu di sebuah kampung membuka toko kelontong. Harga di toko ini, sebenarnya selisih Rp50 rupiah dengan toko modern. Namun, tetangga ini justru memilih berbelanja di toko modern. Inilah yang terberat. Partisipasi masyarakat dalam membangun Surabaya harus ditingkatkan. Jangan sampai semua diserahkan kepada pemerintah, namun hubungan antara manusianya semakin hilang. Kota besar yang maju adalah bagaimana menghubungkan manusianya bisa semakin erat tanpa memandang suku, agama, atau latarbelakang. Memberikan kesadaran tentang pentingnya hal inilah yang tentu menjadi tantangan besar.
wawancara eksklusif
wawancara eksklusif Eri Cahyadi
Tri Mulyono
TribunJatim.com
jatim.tribunnews.com
Pilkada Surabaya 2024
Eri Cahyadi Jadi Wali Kota dengan Suara Tertinggi Nasional di Pilkada : Bentuk Apresiasi Warga |
![]() |
---|
Besok Penetapan Wali Kota Surabaya Terpilih, Eri Cahyadi Catat Rekor Cawali Suara Tertinggi Nasional |
![]() |
---|
Meski Tak Ada Sengketa Pilkada, Penetapan Wali Kota Surabaya Terpilih Tetap Tunggu MK |
![]() |
---|
KPU Tuntaskan Rekapitulasi Suara Pilkada Surabaya, Eri Cahyadi-Armuji Menang 81,4 Persen |
![]() |
---|
Eri-Armuji Nyaris Raih 1 Juta Suara di Pilkada Surabaya 2024, Tim Pemenangan: Ini Sejarah! |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.