Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Kota Malang

Menuju 2 Abad Usia Kelenteng Eng An Kiong Malang, Akan Digelar Kirab Internasional

Menuju 2 abad usia Kelenteng Eng An Kiong Malang, akan digelar kirab internasional dan beragam kegiatan lain.

Penulis: Rifki Edgar | Editor: Dwi Prastika
Tribun Jatim Network/Purwanto
Pekerja membersihkan patung di Kelenteng Eng An Kiong Kota Malang, Senin (20/1/2025). Sejumlah persiapan dilakukan mulai dari menghias lampion hingga pembersihan ruangan menyambut Tahun Baru Imlek 2025 yang jatuh pada 29 Januari 2025 mendatang.  

Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Rifky Edgar 

TRIBUNJATIM.COM, MALANG - Kelenteng Eng An Kiong yang berada di Kota Malang, Jawa Timur, kini telah memasuki usia 200 tahun.

Sejak berdiri pada tahun 1825, Kelenteng Eng An Kiong merupakan satu di antara beberapa kelenteng tertua di Indonesia.

Pembangunan kelenteng ini pada mulanya dimulai oleh komunitas Tionghoa di Malang, yang mayoritas beragama Buddha dan Konghucu.

Kelenteng Eng An Kiong saat ini menjadi pusat kegiatan keagamaan, sosial, dan budaya masyarakat Tionghoa.

Menuju Dua Abad usia Kelenteng Eng An Kiong, akan diselenggarakan beragam kegiatan yang dimulai pada 26-28 September 2025.

Salah satu kegiatannya ialah melakukan kirab internasional, dengan mendatangkan tamu dari luar negeri.

Mulai dari Tiongkok, Hongkong, Singapura, dan beragam negara lainnya.

"Sama seperti kelenteng-kelenteng lainnya yang usianya sudah menginjak dua abad, nanti akan ada kirab internasional," kata Ketua Kelenteng Eng An Kiong Malang, Rudy Phan kepada Tribun Jatim Network pada Jumat (17/1/2025).

Dalam kirab internasional nanti, akan melewati sejumlah jalan yang ada di sekitaran Kelenteng Eng An Kiong Malang.

Kegiatan ini akan dihadiri oleh para pengurus kelenteng dari berbagai macam negara yang memiliki Rupang Fu Tek Cen Sin.

Baca juga: Sembahyang Rebutan di Kelenteng Tjoe Tik Kiong Tulungagung, Ribuan Warga Antre Dapat Paket Sembako

Fu Tek Cen Sin adalah nama Hokkien dari Dewa Fu De Zheng Shen, yaitu Dewa Bumi dalam agama tradisional Tiongkok.

Rupang Fu Tek Cek Sin inilah, yang nantinya diarak keliling saat kirab internasional untuk memperingati dua abad Kelenteng Eng An Kiong Malang.

"Untuk acaranya, yang jelas kami akan melakukan terima tamu, lalu dilanjutkan dengan kirab dan nanti akan ada pembahasan materi juga tentang Dewa Bumi," ungkapnya.

Menurut Humas Kelenteng Eng An Kiong Malang, Luluk Hanom, Rupang Fu Tek Cek Sin di Kelenteng Eng An Kiong Malang telah beberapa kali ikut kirab internasional di luar negeri.

Saat ini, rupang tersebut akan dikirab sendiri di Malang.

Dan pihak Kelenteng Eng An Kiong Malang telah menyebar undangan untuk perayaan dua abad Kelenteng Eng An Kiong.

"Jadi di setiap Kelenteng yang punya Rupang Fu Tek Cek Sin pasti mereka akan hadir," ujarnya.

"Kami juga menyebarkan lewat flyer, mungkin mereka sudah tahu semuanya," tambahnya.

"Tentu saja yang hadir nanti perorangan, kelompok, atau nama kelenteng dari berbagai kota di Indonesia, dan dari berbagai macam negara," ujarnya.

Kelenteng Eng An Kiong, merupakan rumah peribadatan tiga agama yakni Konghucu, Budha dan Tao.

Kelenteng ini juga masuk juga ke dalam warisan cagar budaya sebagaimana diinformasikan dari website Pemerintah Kota Malang.

Kelenteng Eng An Kiong memiliki arsitektur khas Tiongkok dengan pengaruh lokal. 

Bangunan ini terdiri dari beberapa bagian, mulai dari bangunan utama yang berisi altar Dewa Buddha dan dewa-dewa lainnya.

Ruang Paviliun yang digunakan untuk kegiatan keagamaan dan sosial.

Lalu ada taman yang menawarkan suasana tenang dan asri.

Serta gerbang yang diukir dengan motif Tiongkok.

Kelenteng Eng An Kiong tidak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah saja, tetapi juga pusat kegiatan sosial seperti acara-acara budaya dan keagamaan.

Lalu ada juga kerap menyelenggarakan kelas agama dan bahasa Tionghoa.

Serta dari sisi pariwisata yang dapat menarik pengunjung dengan arsitektur dan keunikan budaya.

Menurut Rudy Phan, saat ini Kelenteng Eng An Kiong menjadi simbol dari toleransi antar umat beragama.

"Saat ini cukup banyak, turis asing yang datang untuk sekedar berwisata ke sini, sekaligus mencari informasi," ujarnya.

"Terkadang juga ada wisatawan lokal yang datang ke sini juga untuk sembahyang dan berwisata," tandasnya.

Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved