Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Pemilik Katering Bingung Ratusan Siswa Jatinangor Tolak MBG karena Nasi Bau, Dikembalikan Tak Utuh

Inilah penjelasan pemilik katering soal ratusan siswa SMAN Jatinangor tolak Makan Bergizi Gratis (MBG) karena nasi bau.

Penulis: Ani Susanti | Editor: Mujib Anwar
Dok Wakil Kepala SMAN Jatinangor, Asep Suhayat
NASI MBG BAU - Paket Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dikembalikan oleh siswa SMA Negeri Jatinangor, Kabupaten Simedang, Rabu (26/2/2025). Pemilik katering bingung dan angkat bicara. 

"Tidak ada keluhan dari sekolah lain, bahkan kita dapat surat cinta, tulisan dari muridnya, bahkan apresiasi siswanya," katanya.

Baca juga: Alasan ASN yang Tendang dan Injak Siswa saat Demo MBG Sebut Narasinya Hoaks: Bukan

Sementara itu, Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana mengeklaim, kasus keracunan dan masakan makan bergizi gratis (MBG) yang tidak matang disebabkan oleh mitra yang kurang berpengalaman memasak dalam jumlah besar secara bersamaan.

Sebab, menurut Dadan, kasus-kasus tersebut hanya ditemukan pada mitra-mitra yang baru terlibat dalam program MBG.

"Rata-rata yang muncul di berita terakhir ini adalah semua satuan pelayanan yang baru melaksanakan. Yang baru-baru, yang lama-lama sudah tidak (ada masalah). Kenapa? Karena sudah terbiasa," kata Dadan di Magelang, Kamis (27/2/2025).

Ia menuturkan, satuan pelayanan pemenuhan gizi (SPPG) yang baru beroperasi biasanya belum memiliki pengalaman memasak dalam jumlah yang besar, sehingga muncul makanan yang belum matang dan beracun.

Dadan pun menekankan bahwa para mitra perlu mempunyai kebiasaan untuk dapat menjalankan program sebesar MBG, tidak cukup hanya pengetahuan.

"Karena untuk bisa memasak, yang biasa masak 1-10, untuk bisa masak 1.000-3.000, butuh waktu membiasakan sampai kematangannya cukup, sampai rasanya sama," ujar Dadan.

Baca juga: Polda Jatim Bangun SPPG di Mojokerto Dukung Makan Bergizi Gratis, Akan Berkapasitas 3.299 Porsi MBG

Dadan juga menegaskan, BGN telah menetapkan empat standar MBG, yakni pertama, pemenuhan terkait kebutuhan kalori untuk setiap tahap kebutuhan;

Kedua, memenuhi komposisi gizi, yaitu 30 persen protein, 40 persen karbohidrat, dan 30 persen serat; ketiga, higienis; dan terakhir, keamanan.

Namun, mitra MBG tetap harus membiasakan diri dengan jumlah porsi yang harus disediakan.

Sebab itu, Dadan meminta agar mitra MBG bisa memulai secara bertahap kebiasaan memasak dari jumlah yang kecil terlebih dahulu.

"Oleh sebab itu, kami evaluasi setiap hari, dan kami menyarankan untuk yang baru-baru, tidak mulai langsung banyak, tetapi harus mulai dari kecil. Jadi kalau mereka menjadi mitra, kemudian ingin melakukan penyaluran makan bergizi, maka kami sarankan mulai dari 100-190," kata Dadan.

Tahap berikutnya, jika sudah bisa membuat masakan lebih dari 500, SPPG akan diminta memasak lebih banyak sehingga makanan yang diproses bisa menjadi lebih sehat dan bergizi.

"Rata-rata yang muncul di berita terakhir ini adalah semua satuan pelayanan yang baru melaksanakan. Yang baru-baru, yang lama-lama sudah tidak. Kenapa? Karena sudah terbiasa," ucap Dadan.

"Jadi memang untuk program yang besar seperti ini, selain pengetahuan, kebiasaan pun penting," kata dia.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved