Sudah Diperingatkan Dedi Mulyadi, Kades Wiwin Cuek Pakai Tas Mewah saat Kerja: Tergantung Penafsiran

"Kan itu mah penafsiran orang," timpal Wiwin.

Ia berkukuh bahwa penampilannya tak berpengaruh pada kinerjanya ke masyarakat.

"Boleh ditanyakan masyarakat, bagaiamana saya dengan masyarakat, bagaiamana saya menghargai masyarakat, saya sering sekali ke masyarakat ikut makan di dapur, tanpa sepengetahuan warga sudah ada di dapur, kadang suka ikutan makan, kadang ke sawah," kata Wiwin Komalasari.

"Karena kesan di media sosial sih ngartis," balas Dedi Mulyadi.

Mendapat teguran keras seperti itu, Wiwin Komalasari malah tertawa.

"Kan dulu pernah terekspose di TV juga kan ibu mah kepala desa yang tasnya mewah-mewah," kata Dedi Mulyadi, melansir dari TribunBogor.

Baca juga: Reaksi Wiwin Komalasari Disindir Ngartis oleh Gubernur Dedi Mulyadi, Gaya Hedon dan Gengsinya Tinggi

Entah apa yang ingin disampaikan Kades Bogor, ia justru menganggap bahwa tas mewah tersebut hanyalah sebuah penafsiran dari masing-masing orang.

"Sebetulnya tas itu ya betul kata bapak gimana penafsirannya," katanya.

"Dulu pernah diekspose, kan saya tahu ibu juga karena berita itu jauh sebelum saya DPR kenal ibu. Ibu teh kepala desa glamour yang tasnya mewah, artis, dulu begitu," kata Dedi Mulyadi.

Meski begitu Wiwin Komalasari berkukuh ia tetap mengabdi pada masyarakat meski sering pamer tas mewah.

"Faktor style ibu itu yang sangat merdeka dalam bersikap, itu kan juga mungkin dipengaruhi juga karena ibu single," kata Dedi Mulyadi.

"Itu penafsiran saja, saya mengutamakan ke masyarakat, bagaimana saya bisa dicintai masyarakat saya, dan bagaimana bisa mencintai masyarakat di Gunung Menyan," kata Wiwin.

Dedi Mulyadi menegaskan bahwa sikap Wiwin sangat menunjukan gengsi tinggi.

Ia pun memberi perintah agar Wiwin mengubah penampilannya yang sangat hedon.

"Karena abadnya media sosial, ke depan ibu segera diturunin tensinya. Kayaknya karena ibu pemimpin yah, tensi penampilan harus dibedain, kapan berpakaian sebagai kepala desa, kapan sebagai artis. Agar tidak melahirkan persepsi publik agar tidak salah," kata Dedi Mulyadi.