Berita Viral
Dwi Buruh Pabrik Malah Apes H-1 Lebaran, Sudah Ketar Ketir Sejak Keluar ATM, Rp 8 Juta Lenyap
Dwi seorang buruh pabrik apes sehari menjelang hari lebaran, niatnya pergi pulang kampung dan ambil uang di ATM, ia malah berakhir di ruang UGD.
Penulis: Ignatia | Editor: Mujib Anwar
TRIBUNJATIM.COM - Niatnya balik kampung untuk rayakan hari lebaran, Dwi seorang buruh pabrik malah mengalami apes.
Dwi buruh pabrik berakhir di ruang UGD di sebuah rumah sakit alih-alih di rumah keluarganya.
Jelang lebaran, Dwi malah tidak bisa berkumpul dengan keluarga imbas sebuah insiden yang ia alami.
Dwi buruh pabrik kehilangan uang tunai untuk lebaran sebesar Rp 8 juta.
Seperti apa kronologi kejadiannya?
Dwi Nur Imam seorang pemuda yang jadi korban begal saat mudik menjadi sorotan jelang lebaran.
Pemuda 24 tahun itu dibegal enam orang di Bypass Mojoagung, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Sabtu (29/3/2025) malam.
Para pelaku diduga sudah membuntuti Dwi sejak ia mampir mengambil uang di ATM.
Korban merupakan warga Dusun Kandangan, Desa Carangrejo, Kecamatan Kesamben.
Dwi tengah dalam perjalanan mudik dari Malang menuju rumah orang tuanya saat insiden tersebut terjadi.
Baca juga: Nasib Sandi Lagi-lagi Dipecat Damkar Jelang Lebaran, Baru 16 Hari Kerja, Terima 4 Surat Peringatan
Menurut Kapolsek Mojoagung, Kompol Yogas, Dwi dibegal enam orang yang identitasnya belum diketahui.
"Kami sedang melakukan penyelidikan lebih lanjut agar bisa segera mengungkap ciri-ciri pelaku," kata Yogas saat dikonfirmasi Kompas.com pada Minggu (30/3/2025) dini hari.
Dalam upaya mengungkap para pelaku, pihak kepolisian telah melakukan pemeriksaan dan olah tempat kejadian perkara (TKP), serta memeriksa keterangan dari saksi-saksi dan korban.
Selain itu, mereka juga memeriksa rekaman kamera pemantau atau CCTV yang terpasang di sekitar lokasi kejadian.

Kronologi kejadian menunjukkan bahwa Dwi, yang sehari-harinya bekerja di pabrik plywood di Malang, sempat mampir ke sebuah ATM di wilayah Kecamatan Mojoagung untuk mengambil uang tunai.
"Korban infonya bekerja di Malang, hendak pulang ke Carangrejo (Kecamatan Kesamben). Dalam perjalanan pulang, korban mampir di ATM Mojoagung," ungkap Yogas.
Setelah mengambil uang, Dwi melanjutkan perjalanan mudik.
Namun, saat di jalan, ia dibuntuti dua kendaraan sepeda motor.
Baca juga: Lumpuhkan 2 Begal Bersajam di Probolinggo, Aksi Berani Aipda Andik Tuai Apresiasi
"Setelah ambil uang, korban dibuntuti dua kendaraan sepeda motor. Pelaku merampas tas berisi uang Rp 8 juta dan Hp yang harganya kurang lebih Rp 2 jutaan," ungkap Yogas.
Akibat insiden tersebut, Dwi tidak hanya kehilangan uang tunai dan handphone baru, tetapi juga mengalami luka di bagian tangan dan kaki.
Ia sempat menjalani perawatan di Puskesmas Mojoagung setelah insiden yang terjadi sekitar pukul 19.30 WIB itu.
Pihak kepolisian terus berupaya mengejar para pelaku dan mengungkap kasus ini.
Baca juga: Komplotan Begal Naik Mobil Nekat Hendak Tabrak Polisi, 1 Pelaku Tewas di Tangan Petugas
Sementara itu, ada pula orang-orang yang tidak merayakan hari lebaran karena melayani warga lain.
Di balik toko-toko online yang berlomba mengirim pesanan yang akan digunakan pembeli untuk Lebaran, ada perjuangan kurir pick up barang.
Sosok yang seakan tak terlihat di balik kesuksesan belanja daring tersebut patut diapresiasi di tengah kesibukan jelang Lebaran.
Apalagi menjelang Lebaran, banyak pesanan yang membutuhkan jasa seorang kurir.
Baca juga: Pria Bawa Sajam Ngamuk Masuk Rumah Warga, Ngaku Anggota Karang Taruna Tak Terima Soal Penerimaan THR
Kurir tersebut salah satunya adalah Ian Supriana.
Ia sudah empat tahun bertahan dalam kerasnya dunia logistik, menjalani profesi sebagai petugas pick up barang SPX Express.
Menurutnya, hari-hari terakhir jelang Lebaran ini cenderung lebih tenang.
Ia telah melewati momen puncak pekerjaannya sejak awal Ramadhan yang membuat ritme kerjanya berubah drastis.
"Biasanya dalam sehari saya menangani 400-500 paket. Tapi tahun ini 800 sampai 1.000 paket," ungkapnya kepada Kompas.com, Jumat (28/3/2025) pagi.
"Apalagi pesanan paling banyak itu bahan kue, baju koko, dan gamis," lanjut pria yang biasa disapa Ian ini.
Ledakan pesanan ini tidak datang tiba-tiba, namun yang sesungguhnya datang saat momen promo besar.
"Orang-orang sekarang sudah lebih pintar memanajemen waktu," tutur Ian.
"Mereka enggak mau belanja di H-5 sebelum Lebaran karena tahu barangnya enggak bakal sampai tepat waktu. Jadi puncaknya itu di awal Ramadhan," kata dia.
"Tanggal kembar 3.3 yang bertepatan hari Senin dan Pay Day tanggal 25 itu parah," cerita Ian.
"Paket membeludak, pernah saya baru bisa pulang jam 12 malam karena enggak selesai-selesai," terangnya.

Meskipun Ramadhan tahun ini tidak seperti sebelumnya, karena daya beli masyarakat yang menurun.
"Banyak seller yang 'sambat' (mengeluh). Daya beli turun, sementara harga barang juga enggak bisa dinaikkan sembarangan. Kalau terlalu mahal, siapa yang mau beli?" jelasnya.
Menjalani profesi ini di saat berpuasa tentu bukan perkara mudah, terutama di tengah cuaca yang tak menentu.
Ia bekerja mulai siang hingga malam, dan tantangan terbesarnya bukan hanya fisik, tetapi juga waktu tunggu yang tak terduga.
"Bagian beratnya ada di sore hingga tengah malam. Begitu pulang, saya langsung istirahat total biar stamina tetap terjaga."
"Puasa saya enggak terganggu karena enggak banyak kena panas," beber Ian Supriana.
Baca juga: Kisah Alwi Mudik Modal Nebeng, Tempuh 500 Km Numpang Motor hingga Truk Orang, sempat Dibilang Gila
Biasanya, setiap seller hanya memiliki 10-50 barang, tetapi menjelang Lebaran, jumlahnya bisa melonjak hingga 200 per seller.
Hal ini membuat waktu pick up molor jauh dari biasanya.
"Biasanya selesai jam 7 malam, tapi karena packing belum selesai, bisa sampai tengah malam. Tapi ya, namanya layanan, mau enggak mau harus ditunggu," tutur dia.
Selain kelelahan fisik, menghadapi seller yang rewel adalah tantangan tersendiri.
"Kadang mereka minta diambil malam, saya datang sesuai jadwal, tapi barangnya belum siap. Udah saya kasih waktu lebih, tetap aja harus nunggu."
"Kadang jumlahnya juga enggak sesuai, harusnya ambil tujuh paket, eh yang siap baru tiga. Alasannya macam-macam," tuturnya.
Baca juga: Desa Ini Viral Sudah Lebaran Idul Fitri sejak Kamis 27 Maret 2025, Warga Salam-salaman: Duluan Yah
Menjalani pekerjaan yang penuh tantangan ini, Ian Supriana tetap menemukan sisi positifnya.
Kebebasan mengatur waktu dan interaksi dengan banyak orang, menjadi hal yang sehari-hari dinikmatinya.
"Beda sama kerja kantoran yang harus duduk diam 8-10 jam," ujar pria yang berdomisili di Pakis, Kabupaten Malang, tersebut.
"Di jalanan saya bisa ketemu banyak orang, dengar cerita mereka, itu yang bikin kerja di jalan lebih berwarna," imbuhnya.
Namun, selama menjalani profesinya, ada satu musuh besar yang selalu mengintai, yakni cuaca, terutama saat musim hujan.
"Kalau panas, masih bisa diterjang. Tapi kalau hujan, ini yang bahaya. Paket bisa rusak."
"Makanya kalau hujan ya harus berhenti di mana saja, yang penting barang tetap aman," kata dia.
Baginya, setiap Ramadhan adalah ujian ketahanan.
Karena pekerjaannya bukan sekadar mengantarkan paket saja, tetapi juga tanggung jawab, kesabaran, dan bagaimana tetap profesional dalam segala situasi.
"Yang penting amanah. Paket sampai tujuan dengan selamat, hati pun ikut tenang," pungkas Ian.

Berita viral lainnya
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com
Sahroni Mundur Ditantang Salsa Erwina Hutagalung Juara Debat Se-Asia Pasific: Ane Mau Bertapa Dulu |
![]() |
---|
Edi Kaget Istri Beri Akta Cerai saat Mengaji di Rumah Mertua, Tak Tahu Ditalak |
![]() |
---|
Kisah Driver Ojol Riri Terima Pesanan Martabak dari Luar Pulau, Ternyata Salah Orderan |
![]() |
---|
Warga Terdampak Debu Tambang Cuma Diberi Ganti Rugi Sembako Rp200 Ribu, DPRD Tegur Perusahaan |
![]() |
---|
Presiden Prabowo Kasihan Immanuel Ebenezer Diborgol Pakai Baju Oranye: Mungkin Dia Khilaf |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.