Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Sudah Bayar Rp25 Ribu, Wisatawan Kesal Tiket Masuk Gunung Halimun Aslinya Rp10 Ribu, Kertas Ditambal

eorang wisatawan kesal karena merasa tertipu saat masuk ke Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) di Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor.

Penulis: Ani Susanti | Editor: Mujib Anwar
Instagram Bogor Terkini
WISATAWAN MERASA DITIPU - Penampakan tiket objek wisata Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) di Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor yang banting wisatawan. Keluhan wisatawan yang merasa tertipu pun viral di media sosial. 

TRIBUNJATIM.COM - Seorang wisatawan kesal karena merasa tertipu saat masuk ke Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) di Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor.

Wisatawan itu sampai membanting tiket masuk yang dibawanya.

Itu seperti yang terlihat dalam video yang diunggah akun Instagram Bogor Terkini, Selasa (29/4/2025).

Tampak dua orang wisatawan mereview karcis TNGHS.

Seorang wisatawan berbaju hitam menunjukkan karcis/ tiket masuk Taman Nasional Gunung Halimun Salak dengan harga Rp 25.000.

Namun kondisi tiket tersebut rupanya tambalan kertas.

Wisatawan itu langsung membuka tambalan kertas hingga akhirnya muncul harga tiket Rp 10.500.

Dengan kondisi yang tidak sesuai, wisatawan tersebut langsung bereaksi lebih.

Keduanya langsung emosi dan membanting tiket/karcis objek wisata TNGHS.

"Rp 25 ribu per orang, aslinya cuma Rp 10.500 per/orang. Karcis Gunung Halimun Salak," ucapnya, melansir dari TribunBogor.

Baca juga: Viral Bus Digetok Parkir Rp 150 Ribu di Bandung Zoo, Diduga Ada Keterlibatan Orang Dalam

Menindaklanjuti polemik biaya masuk di Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) disepakati hasil rapat bahwa biaya masuk Rp15.000 baik melalui Gerbang Utama Gunung Bunder dan Gunung Sari.

Keputusan ini diambil berdasarkan kesepakatan antara pihak terkait dan masyarakat setempat dalam mediasi di Kantor Lokapurna RT 001/008 Desa Gunungsari, Kecamatan Pamijahan, pada Jumat, 25 April.

Kesepakatan ini sekaligus membantah isu tentang rencana pembongkaran yang sebelumnya beredar di masyarakat. 

Pembongkaran gerbang tersebut sempat dikabarkan sebagai upaya untuk membebaskan biaya masuk ke kawasan wisata TNGHS.

Namun, kesepakatan ini menegaskan bahwa biaya masuk sebesar Rp15.000 tetap berlaku untuk menjaga kelestarian dan pengelolaan taman nasional.

Baca juga: Wisatawan di Alun-alun Kota Batu Membeludak Saat Libur Lebaran, Pendapatan PKL Sama seperti Weekend

Sementara itu, praktik dugaan pungutan liar terjadi di objek wisata Kawasan Gunung Salak Endah (GSE), Desa Gunungsari, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor, Minggu (6/4/2025).

Rombongan wisatawan dari Kota Depok terpaksa merogoh kocek tambahan ketika menapakkan kaki di pintu gerbang GSE.

Ratih, wisatawan sedikit kecewa dengan dugaan praktik pungutan liar yang terjadi.

Bukan tanpa alasan. Dia kecewa lantaran tiket masuk ke kawasan wisata GSE yang sudah dipesan dan dibeli melalui online rupanya tak berlaku.

“Saya terkendala di gerbang masuk Gunung Halimun Salak. Ketika saya sudah memesan tiket melalui online dan mendapatkan barcode tapi saya tetap diminta biaya Rp 20 ribu,” ujarnya.

Lebih lanjut, Ratih membeberkan sedikit percakapan dengan oknum petugas di pintu masuk.

“Ketika saya menunjukkan barcodenya, terus penjaganya bilang barcode itu hanya untuk anak berusia 3 tahun. Ini terjadi di pintu gerbang Desa Gunungsari,” tegasnya.

Pengelola wisata Lembah Tepus, Chandra tak menampik adanya dugaan praktik pungutan liar di kawasan objek wisata GSE.

Menurutnya, oknum yang menjalankan praktik pungutan liar sulit untuk ditindak.

“Sudah pernah dilakukan musyawarah bersama untuk mencegah terjadinya pungli. Tapi nyatanya praktik yang dilakukan oknum itu tetap terjadi,” bebernya.

Berita Lain

Seorang wisatawan kaget ke toilet bayar Rp 20 ribu.

Padahal ia sudah membayar tiket masuk Rp 60 ribu.

Wisatawan itu berkunjung Ranu Regulo di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.

Wisatawan itu berkeluh kesah dalam unggahannya di TikTok.

Dalam kontennya, pemilik akun @desyradn tersebut mengungkapkan bahwa ia harus membayar biaya tambahan sebesar Rp 20.000 per orang untuk menggunakan kamar mandi.

Padahal, sebelumnya ia telah membayar tiket masuk sebesar Rp 60.000 per orang pada Minggu (1/12/2024).

"Bayar lagi Rp 20.000 per orang buat ke kamar mandi. Tapi kamar mandinya antre banget dan airnya keluar sedikit padahal musim hujan," tulis pemilik akun tersebut.

Ketidaknyamanan juga dirasakan saat wisatawan tersebut ingin beristirahat.

Ia mengaku dibangunkan dan diminta untuk pindah tempat atau membayar biaya tambahan sebesar Rp 175.000 karena lokasi yang ditempatinya dianggap sebagai area VIP.

Meskipun telah bertanya kepada petugas mengenai area yang bisa digunakan untuk berkemah, ia mendapatkan jawaban untuk bebas mencari tempat yang nyaman.

"Jam 9-an waktu yang lain tidur, baru didatangin dan disuruh pindah atau bayar Rp 175.000," tambahnya.

Menanggapi keluhan tersebut, Kepala Dinas Pariwisata Lumajang, Yuli Harismawati, menyatakan bahwa pungutan tambahan di luar tiket masuk tidak dibenarkan.

Ia menjelaskan bahwa Wisata Ranu Regulo dikelola sepenuhnya oleh Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (BBTNBTS), yang telah menetapkan tarif resmi untuk pengunjung.

"Untuk wisatawan lokal pada hari kerja, tarifnya adalah Rp 24.000 per orang per hari untuk berkunjung dan Rp 29.000 per orang per hari untuk berkemah."

"Sedangkan pada hari libur, tiketnya naik menjadi Rp 34.000 untuk berkunjung dan Rp 39.000 untuk berkemah," ujar Yuli.

Ia menambahkan bahwa semua tarif tersebut sudah termasuk biaya asuransi senilai Rp 4.000 per wisatawan.

Baca juga: Pantas Kusir Delman Minta Dibayar Rp600.000, Wisatawan Tertipu Harga Awal Rp150.000, Wali Kota: Maaf

Ia juga telah mengajukan protes kepada BBTNBTS terkait pungutan biaya tambahan untuk penggunaan kamar mandi dan tarif area VIP.

"Saya sudah protes ke TNBTS karena pengelola Ranu Regulo sepenuhnya TNBTS. Tarikan-tarikan biaya lain itu seharusnya tidak ada, apalagi tarif VIP karena tidak ada ketentuan tarifnya," tegas Yuli di Lumajang, Kamis (19/12/2024).

Yuli mengungkapkan bahwa TNBTS merespons keluhan tersebut dengan baik dan akan berkoordinasi dengan Dinas Pariwisata Kabupaten Lumajang untuk melakukan pendampingan kepada pengelola wisata.

"Alhamdulillah responnya baik, dan akan berkoordinasi dengan kami. Nanti juga akan ada pendampingan supaya wisata kita ini tetap eksis dan tidak ada lagi wisatawan yang kapok untuk datang," pungkasnya.

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved