Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Wali Kota Surabaya Ajak Warga Melapor Jika Ada Sekolah yang Tetap Menarik Iuran Wisuda dan Wisata

Karenanya, Cak Eri mengajak warga, khususnya wali murid, untuk mengadu ke pihaknya apabila ada sekolah yang menyalahi aturan tersebut.

TribunJatim.com/Bobby Koloway
BERI PENJELASAN - Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi saat memberikan penjelasan di Surabaya beberapa waktu lalu. Wali Kota Eri mengajak warga untuk melapor apabila menemukan SD/SMP negeri yang nekat menggelar wisata dan wisuda dengan menggunakan pungutan dari wali murid. 

Sekolah harus kreatif. Larangan dari Pemkot seharusnya bisa menjadi acuan untuk membuat kegiatan alternatif yang tetap berkesan kepada siswa. "Kompensasi dari larangan ini bisa diwujudkan dalam bentuk lain," tutur Pengurus Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Jawa Timur ini.

Dia mencontohkan kegiatan wisata yang seharusnya tidak mengedepankan unsur rekreasi saja. Namun, sekolah turut membangun karakter anak-anak dengan berkegiatan sosial.

"Sekolah seharusnya bisa mengajak siswa untuk wisata berbentuk lain yang membangun kepedulian, sosial, dan kemanusiaan. Misalnya membersihkan pesisir pantai. Ini kan bisa masuk dalam nilai wisata, memberikan nilai kepada orang banyak, daripada sekadar pergi ke luar kota," tandas Isa.

Baca juga: Sosok Aktor Ikut Kritik Larangan Perpisahan Dedi Mulyadi, Argumennya Disorot: Saya Boleh Jadi Mentor

Pun demikian dengan wisuda. Seharusnya sekolah, terutama SD dan SMP, dapat mengajak siswa untuk mempersiapkan anak berpikir jauh ke depan dibandingkan berbicara soal seremonial semata. Mengingat, para lulusan telah ditunggu di jenjang pendidikan berikutnya dan ini seharusnya menjadi komitmen bersama untuk melanjutkan.

"Wisuda ini kan sekadar penegas bahwa siswa itu 'selesai' dalam proses kegiatan belajar di sebuah tempat. Penanda ini kan nggak harus melalui upacara atau bentuk-bentuk konvensional namun bisa dengan bentuk lain," kata Dewan Penasehat Lembaga Hikmah dan Kebijakan Publik (LHKP) Muhammadiyah Surabaya tersebut.

"Misalnya, anak-anak diajak untuk menyampaikan impian mereka yang kemudian dicantumkan dalam pohon harapan. Komitmennya sama, lima tahun lagi akan bertemu di sini, misalnya. Kita akan melihat bahwa kita nanti akan jadi apa. Nah ini kan berbentuk komitmen. Sehingga, wisuda ini bukan sekadar selebrasi yang seakan-akan bahwa proses pembelajaran itu putus," katanya.

Wisuda seharusnya menjadi komitmen bersama untuk melanjutkan pendidikan dan meraih sukses di masa depan. "Ini kan sebenarnya bentuk wisuda yang saya kira dengan cara begitu akan justru memotivasi anak-anak. Sehingga ketika mereka ke depan kembali ke tempat itu telah menjadi sesuatu," urainya.

"Jadi, masing-masing ini sebenarnya juga berbentuk wisata dan wisuda juga. Namun, kemasannya jauh lebih bermakna untuk masa depan anak-anak," kata Wakil Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Se-Indonesia (ICMI) Jawa Timur ini.

Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved