Berita Viral
Pengabdian Bu Guru Ida Ajari Anak-anak Autis, Gus Iqdam Terenyuh Motifnya, Sudah 9 Tahun
Bu guru bernama Ida belakangan jadi sorotan, ia adalah seorang guru yang ajari anak-anak autis di sebuah sekolah SLB di Kabupaten Blitar, Jawa Timur.
Penulis: Ignatia | Editor: Mujib Anwar
TRIBUNJATIM.COM - Bu Guru Ida adalah potret pengabdian tanpa pamrih dari seorang guru untuk murid-muridnya.
Apalagi tantangan pekerjaan Bu Ida cukup besar, yakni menghadapi para anak-anak luar biasa atau kebanyakan autis.
Di tengah hiruk-pikuk dunia maya, nama Bu Ida, seorang guru dari Kabupaten Blitar, Jawa Timur, tengah menjadi sorotan.
Aksinya yang sederhana namun penuh makna viral di berbagai platform media sosial, mengundang simpati dan kekaguman dari warganet hingga tokoh publik.
Bu Ida merupakan pengajar di Sekolah Luar Biasa (SLB) Tunas Bangsa Kanigoro, sebuah sekolah yang didedikasikan untuk anak-anak berkebutuhan khusus.
Bukan sekadar mengajar, pengabdian Ida menyentuh hati banyak orang ketika sebuah video memperlihatkan dirinya rela berbasah-basahan di tengah hujan demi mendampingi murid-muridnya menari di atas panggung.
Dalam video tersebut, Ida tampak memberi contoh gerakan tarian di bawah guyuran hujan, membantu para murid yang tampil dalam sebuah acara.
Meski kondisi tidak mendukung, ia tetap berdiri tegar dan bersemangat agar anak-anak didiknya yang menyandang disabilitas dapat mengikuti gerakan tarian dengan baik dan percaya diri.
Aksi tulusnya ini tidak hanya viral, tetapi juga menyentuh hati Gus Iqdam, seorang tokoh agama yang dikenal luas.
Baca juga: Kisah Bu Guru Lulusan S2 Nyambi Driver Ojol setelah Ngajar, Dapat Beasiswa S3: Tetep Ngojol Nanti
Dalam sebuah kesempatan, Gus Iqdam secara khusus mengundang Ida untuk hadir dan berbagi kisah perjuangannya sebagai guru SLB.
Pertemuan mereka penuh kehangatan.
Gus Iqdam secara terbuka menyampaikan kekagumannya atas dedikasi Ida yang telah mengabdi selama sembilan tahun sebagai guru honorer untuk anak-anak dengan autisme.
Dalam perbincangan tersebut, Gus Iqdam bertanya tentang status pernikahan Ida.
“Iki Bu Ida wong mulia tenan. Yuswa pinten?” tanya Gus Iqdam dalam video yang diunggah akun TikTok @.wahyu.shubuch
“30 taun,” jawab Ida singkat.

Gus Iqdam kemudian melanjutkan pujiannya. Menurutnya, pengabdian Ida selama bertahun-tahun adalah bentuk kemuliaan sejati.
Ia bahkan penasaran, apa yang membuat Bu Ida mampu bertahan mengajar di SLB selama itu.
“Karena saya sudah sayang sama anak-anak,” jawab Ida, seperti dikutip TribunJatim.com via TribunnewsMaker.com, Senin (26/5/2025).
Dedikasi tanpa pamrih ini membuat banyak orang tersentuh.
Termasuk Gus Iqdam sendiri, yang secara terang-terangan mengapresiasi sikap Ida yang tak menghiraukan pandangan orang lain ketika ia harus berdiri di tengah hujan, demi memastikan murid-muridnya bisa tampil dengan maksimal.
“Anak-anak nari di panggung dalam kondisi hujan sambil tangannya bergerak-gerak. Bu Ida tidak peduli orang-orang melihat, yang penting anak-anak tampil,” ucapnya.
Baca juga: Dikira Hilang Hanyut di Sungai, Calon Pengantin Pria Ternyata Kabur ke Rumahnya, Warga Emosi
Sekolah tempat Bu Ida mengajar, SLB Tunas Bangsa Kanigoro, terletak di Kabupaten Blitar dan saat ini menampung sekitar 75 siswa dengan beragam kebutuhan khusus.
Di sana, Ida bukan hanya seorang guru.
Ia adalah teman, pelindung, sekaligus pendorong semangat bagi anak-anak istimewa yang ia dampingi setiap hari.
Dalam kesempatan yang sama, Ida menyampaikan rasa terima kasihnya kepada Gus Iqdam serta para donatur yang telah memberikan kesempatan kepada murid-muridnya untuk tampil di hadapan publik.
“Saya mengucapkan terima kasih kepada panjenengan dan para donatur karena sudah memberikan kesempatan kepada putra-putri spesial kami untuk tampil dan menunjukkan karya mereka,” ujar Ida.
Baca juga: Tunggakan PBB Rp 24 Miliar Dihapus, Pemkab Pasuruan Bikin Warga Bahagia, Sejak 1994 hingga 2001
Namun lebih dari sekadar rasa terima kasih, Ida juga menyampaikan harapan besar: agar masyarakat lebih terbuka dan peduli terhadap anak-anak disabilitas.
“Mohon kepada masyarakat, jika ada anak spesial di sekitar Anda, jangan dijauhi, jangan dikucilkan, dan jangan dibully,” pintanya penuh harap.
Penutup: Ketulusan yang Menyentuh Hati
Kisah Bu Ida adalah pengingat bahwa kasih sayang dan pengabdian sejati tidak membutuhkan sorotan, namun justru bersinar dengan sendirinya.
Sosok seperti Ida menunjukkan bahwa menjadi pendidik bukan hanya soal mengajar, tetapi tentang mencintai dan memahami, terutama mereka yang paling membutuhkan.
Baca juga: Pedagang Dipalak Oknum Ormas GRIB hingga Rp17,5 Juta di Tanah Milik BMKG, Awalnya Ditawari Pak RT
Guru asal Jawa Timur lainnya yang menunjukkan rasa cintanya kepada murid-murid diantaranya adalah satu ini.
Teras rumah milik Panut di Dusun Pelasbawang, Desa Depok, Kecamatan Bendungan, Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, berubah menjadi tempat ujian dadakan.
Lima siswa SDN 04 Depok terlihat konsentrasi mengerjalan soal Ujian Satuan Pendidikan Jenjang SD, Kamis (22/5/2025).
Mereka adalah Citra Maura Nazlatul M (12), Ayra putri A (12), M Aldo Kurniansyah (12), Fiki Catur R (12), dan
Amanda Putri M (12).
Mereka duduk lesehan di atas tikar, dan mengerjakan soal di atas meja panjang.
Para siswa ini tidak bisa datang ke sekolah, karena rumah mereka terisolasi akibat bencana tanah longsor.
Satu-satunya akses yang bisa dilewati hanya tebing dengan kemiringan sekitar 60 derajat.
Plt Kepala SDN 04 Depok, Budi Sunyoto, mengatakan, ada 5 siswa yang terisolasi di hari kedua ujian, Selasa (20/5/2025).
Keberadaan mereka sempat menjadi pembahasan khusus.
Semua berupaya tetap memberi pelayanan agar 5 anak ini tetap bisa ikut ujian.
"Akhirnya diputuskan guru pengawas yang mendatangi mereka. Mereka dijadikan satu di rumah warga untuk ikut ujian," jelas Budi.
Sebenarnya guru pengawas ujian dari luar SDN 04 Depok yang seharusnya mengawasi ujian 5 anak ini.
Baca juga: Perbaiki Saluran Air, Suminto Lihat Istri Gendong Anaknya Tergulung Tanah Longsor di Trenggalek
Namun karena guru pengawas adalah perempuan, sementara medannya sangat berat, mereka diganti 2 guru laki-laki dari SDN 04 Depok.
Kedua guru ini adalah Hamdan Fauzi dan Wahyi Ramadan.
"Terpaksa kami yang harus datang karena lokasinya terisolasi total. Semua jalan tertutup longsor," ucap Hamdan.
Untuk mencapai lokasi ujian, Hamdan dan Wahyu harus berjuang keras.
Mereka membawa naskah ujian lewat tebing dengan kemiringan sekitar 60 derajat, dengan vegetasi semak belukar dan pepohonan.
Medan bertambah berat karena medannya tanah merah yang lembek.
Ketinggian tebing yang dilewati sekitar 300 meter.
Salah pijakan atau tak berpegangan, risiko tergelincir dan jatuh.
Hamdan mengaku, sebenarnya masih merasa khawatir karena lokasi ujian masih dekat zona bencana.
"Sebenarnya tetap merasa khawatir, tapi demi kelancaran ujian harus tetap dilaksanakan," sambung guru kelas 6 SDN 04 Depok.
Meski di tengah isolasi bencana longsor, ujian 5 siswa ini berjalan lancar.
Mereka tetap bisa berkonsentrasi untuk mengerjalan soal ujian.
Citra, salah satu siswa yang ikut ujian mengaku tetap bisa mengerjakan soal ujian meski situasi kurang mendukung.
Sebelumnya, longsor di Dusun Kebonagung, Desa Depok, Kecamatan Bendungan pada Senin (19/5/2025) menyebabkan 6 warga hilang tertimbun.
Mereka adalah Mesinem (90), Nitin (36), Tulus (65), Yatini (50), Yatemi (70) dan T (2).
Hingga Kamis (22/5/2025) siang tim SAR belum berhasil menemukan korban.
Berita viral lainnya
Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com
Sosiolog Jelaskan Cara Jika Pelaku Masuk Kamar Diplomat ADP Tanpa Jejak, Ponsel Sangat Penting |
![]() |
---|
Kasus Tom Lembong Mirip Thomas More VS Raja Inggris, Pakar Hukum Feri Amsari: Dihukum Raja Jawa |
![]() |
---|
Tumpal Lapor Polisi Rumahnya Digunduli Penyewa Tak Terima Pintu, Jendela dan Genteng Hilang |
![]() |
---|
Ayahnya Pelit Tak Mau Beri Uang, Remaja Difabel Mengais Rezeki Jadi Penjaga Perlintasan Kereta |
![]() |
---|
Baru Masuk Mobil, Penumpang Taksi Online Dipaksa Keluar oleh Ojek Pangkalan saat Hujan: Bawa Bayi |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.