Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Pendapatannya Rp 8,9 Juta Seminggu, Lulusan S3 Tak Malu Jadi Kurir Makanan, Anggap Pekerjaan Stabil

Inilah kisah lulusan S3 yang tak malu jadi kurir makanan. Pria itu diketahui bernama Ding Yuanzhao.

Penulis: Ani Susanti | Editor: Mujib Anwar
India Today
SUSAH CARI KERJA - Sosok Ding Yuanzhao (39) dijuluki "pekerja pengantar makanan dengan tingkat pendidikan tertinggi" di China karena ia memperoleh gelar dari beberapa universitas global bergengsi, termasuk Oxford University. 

TRIBUNJATIM.COM - Inilah kisah lulusan S3 yang tak malu jadi kurir makanan.

Pria itu diketahui bernama Ding Yuanzhao.

Meski gelarnya tinggi, Ding kini memutuskan jadi kurir makanan dengan pendapatan Rp 8,9 juta per minggu.

Tiap hari ia bekerja 10 jam.

Melansir dari portal berita 163.com dan SCMP via Kompas.com, Ding adalah penduduk asli provinsi Fujian, China mengikuti ujian masuk universitas nasional (gaokao) pada tahun 2004.

Ia diterima di Universitas Tsinghua dengan skor mengesankan, hampir 700 dari total 750.

Lulus dengan gelar sarjana kimia, Ding melanjutkan studi di Universitas Peking dan memperoleh gelar master di bidang rekayasa energi.

Ia kemudian meraih gelar doktor di bidang biologi dari Nanyang Technological University, sebuah sekolah terkemuka di Singapura.

Selain itu, ia memperoleh gelar master di bidang keanekaragaman hayati dari Universitas Oxford di Inggris.

Ding pernah melakukan penelitian pascadoktoral di Universitas Nasional Singapura (NUS), tempat pekerjaan kontraknya berakhir pada Maret tahun lalu.

Meskipun telah mengirimkan banyak resume dan menghadiri lebih dari 10 wawancara, ia tidak kunjung mendapatkan pekerjaan yang sesuai.

Baca juga: Susah Cari Kerja, Lulusan S2 Jualan Sosis Sambil Jawab Teori ke Pembeli, Dapat Rp200 Ribu Sehari

Akhirnya ia mendaftar sebagai pekerja pengirim makanan di Singapura.

Ia memperoleh sekitar 700 dolar SG (Rp 8,9 juta) per minggu dengan bekerja 10 jam sehari.

“Ini pekerjaan yang stabil. Saya bisa menghidupi keluarga dengan penghasilan ini. Kalau kerja keras, bisa dapat penghasilan yang lumayan. Ini bukan pekerjaan yang buruk,” kata Ding berbagi di media sosial.

Ding mengungkapkan bahwa ia memilih untuk tidak bekerja sebagai guru privat untuk siswa muda karena ia merasa "terlalu malu" untuk mencari pelanggan sendiri.

“Salah satu keuntungan dari pengiriman makanan adalah Anda bisa berolahraga di waktu yang sama,” imbuh Ding, yang merupakan seorang penggemar berat lari.

Beberapa bulan kemudian, Ding kembali ke China.

Sekarang ia menjadi pekerja pengiriman makanan untuk Meituan di Beijing, sebuah platform belanja terkemuka.

Baca juga: Kisah Bu Guru Lulusan S2 Nyambi Driver Ojol setelah Ngajar, Dapat Beasiswa S3: Tetep Ngojol Nanti

Baru-baru ini, ia menarik perhatian besar warganet setelah mengunggah video menyemangati siswa yang baru saja menyelesaikan ujian gaokao.

"Jika Anda belum mencapai hasil yang baik, jangan pesimis atau putus asa. Jika Anda telah melakukannya dengan baik, ingatlah bahwa kerja keras kebanyakan orang tidak membuat banyak perbedaan dalam gambaran besar," saran Ding.

Sementara itu, sebelumnya juga viral aksi sekelompok pria lulusan S2 jualan sosis.

Cara mereka berjualan unik.

Mereka menyiapkan sosis sambil menjawab pertanyaan pelanggan tentang isu sosial, teori, atau sekadar pengalaman pribadi.

Mereka diketahui sama-sama berasal dari Universitas Sun Yat-sen jurusan filosofi.

Meski pekerjaannya tidak menghasilkan banyak uang, mereka menyebut gaji tinggi tidak menjamin kebahagiaan.

Sembilan pria tersebut kompak membuat usaha sembari ingin bersosialisasi dan bertukar pikiran dengan para pelanggan.

"Silakan membeli sosis enak dan bertukar pikiran dalam hal akademis filosofis dengan kami," tulis mereka di depan kedainya.

Adapun pencetus bisnis tersebut adalah Ziheng, dia merupakan mahasiswa lulusan PhD.

Dilansir Tribun Trends, Rabu (24/7/2024), dari Yangtse Evening Post, Ziheng mengaku jika aksinya dan beberapa temannya itu digunakan sebagai wadah berdiskusi.

"Kami semua terlibat dalam riset filosofis dan berharap sosis bisa digunakan sebagai medium untuk bertukar pikiran dengan pelanggan dan berteman baik dengan mereka," katanya.

Selama menyiapkan sosis, mereka sering kali menjawab pertanyaan pelanggan tentang isu sosial, teori, atau sekadar pengalaman pribadi.

Mereka mengaku merasa senang karena dapat bertemu dengan banyak orang.

"Bagi mahasiswa yang biasanya kuliah di kampus, berjualan sosis di pinggir jalan memungkinkan kami bertemu berbagai macam orang, menjadi cara unik untuk berhubungan dengan masyarakat," ujar Ziheng.

Baca juga: 7 Lulusan Sarjana Rela Melamar Jadi Petugas Kebersihan, Dites Mengambili Sampah dari Selokan

Setiap malam mereka menghasilkan rata-rata Rp 200 ribu hingga Rp 300 ribu.

Dengan gelar PhD, mereka tentu bisa memilih pekerjaan yang lebih prestis dan menghasilkan.

Tapi meski tidak mendulang banyak keuntungan, mereka bertekad untuk meneruskan jualan sosis karena membawa kebahagiaan.

"Gaji tinggi tidak selalu membawa kebahagiaan. Orang muda harus punya minat. Bahkan hal-hal kecil bisa membawa kesenangan," kata mereka.

Aksi sekumpulan pria berjualan sosis itu dengan cepat viral di media sosial.

Namun sayangnya, ada saja yang mengkritik aksi sembilan pria berprestasi tersebut.

"Ini buang-buang sumber edukasi. Mereka seharusnya menggunakan waktu untuk kontribusi yang lebih berarti," kata salah satu warganet.

Meski begitu, ada juga warganet yang memuji sembilan mahasiswa tersebut.

"Mereka seharusnya dapat pujan karena mau berbagi dengan rendah hati," timpal warganet lain.

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved