Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Kepsek SDN 1 Kendalrejo Bersyukur Meski Murid Baru Cuma 1, Kelas Tetap Tak Digabung

Sekolah itu hanya memiliki murid baru di Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS), Senin (14/07/2025).

Penulis: Ani Susanti | Editor: Mujib Anwar
KOMPAS.com/SLAMET WIDODO
KEKURANGAN MURID BARU - Guru SD Negeri 1 Kendalrejo, Kecamatan Durenan, Trenggalek Jawa Timur, melaksanakan proses MPLS terhadap satu siswa baru, Senin (14/07/2025). Murid itu disebut tak malu dan percaya diri. 

"Kita komunikasi juga dengan orang tua. Anaknya kita buat senyaman mungkin, kita tanya, sekarang kan bagaimana tetap harus komunikasi antara orang tua juga. Komunikasi antara guru dengan orangtua murid itu sangat penting," terang Mita.

"Karena guru itu di sekolah juga mendampingi, di rumah anak juga tetap dipasangkan ke orang tua untuk mendampingi. Jadi tetap kita ajak komunikasi, bagaimana agar anak menjadi anak yang terbaik," sambung Mita.

Baca juga: Nestapa Guru Lulusan S1 Digaji Rp300 Ribu, Murid Baru Cuma 11 Orang, Kepsek: Hanya Bisa Berdoa

Sedangkan terkait kondisi satu siswa yang diajarnya, disampaikan bahwa satu siswa tersebut merasa nyaman dan tidak ada rasa takut atau malu.

"Anaknya merasa nyaman. Saya tanya, alhamdulillah tidak ada rasa takut, malu, dan anak ini berani serta percaya diri. Kan biasanya kalau pertama sekolah masih ditunggu orang tua, dan didampingi. Alhamdulillah, dari pagi saya lihat ia sendiri. Anaknya berarti berani," terang Mita.

Di sisi lain, anggota Dewan Pendidikan Kabupaten Trenggalek, Haris Yudhianto menilai, banyak faktor yang menyebabkan sejumlah SDN kekurangan murid.

Satu di antara penyebab utama adalah kualitas pendidikan yang tidak merata, serta fasilitas yang tidak memadai.

Menurut Ketua Persatuan Advokat Indonesia (Peradi) Kabupaten Trenggalek tersebut, pemerintah tidak mampu memberikan kualitas pendidikan yang setara dan merata, sehingga wali murid cenderung untuk memilah dan memilih sekolah yang terbaik untuk buah hatinya.

Bukan memilih yang dekat dengan rumah.

"Orang-orang cenderung memilih sekolah yang bagus, bukan sekolah yang dekat. Makanya ada sekolah yang kekurangan murid," ucap Haris, Selasa (15/7/2025).

Baca juga: Guru SMA Swasta Sedih Murid Baru 12 Orang, Terancam Sulit Penuhi Beban Mengajar, 24 Jam per Minggu

Ia juga menyoroti banyaknya sekolah di Trenggalek yang dipaksa dibangun padahal urgensi keberadaan sekolah tersebut belum tentu dibutuhkan, salah satunya karena terlalu berdekatan dengan sekolah lainnya.

"Banyak sekolah yang seharusnya tidak perlu dibangun, tampak memaksakan. Letak geografinya berdekatan tapi tetap dibangun padahal tidak strategis," tegasnya.

Hal lain, Haris juga melihat sistem Seleksi Penerimaan Murid Baru (SPMB) yang perlu diperbaiki.

Selain banyak celah untuk berbuat curang, proses pendaftaran online juga dinilai sulit diakses oleh masyarakat perdesaan yang tidak familiar dengan teknologi.

"Ketiga ini harus segera diperbaiki oleh pemerintah untuk merealisasikan pemerataan pendidikan," jelas Haris.

Solusi lainnya adalah dengan melakukan regrouping atau peleburan SD dengan murid atau siswa yang sedikit.

Dengan peleburan, maka pemerintah juga bisa menghemat anggaran, karena jika sekolah tidak ada siswanya tapi tetap dilaksanakan, maka sama saja membuang-buang anggaran.

"Pemerintah harus mengkaji sejumlah solusi-solusi tersebut untuk mewujudkan pendidikan yang lebih baik di Trenggalek," pungkasnya.

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

Halaman 3 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved