Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Abdus Shomad Belasan Tahun Lapor Polisi Urus BPJS Kesehatan Anak Terlantar

Nafisah Al Mukaromah ditinggalkan ibunya sejak baru lahir. Ibunya menyerahkan Nafisah beserta ari-arinya kepada Panti Asuhan

Penulis: Tony Hermawan | Editor: Samsul Arifin
TribunJatim.com/Tony Hermawan
GENGGAM KIS - Abdus Shomad Suryanto (kanan) menunjukkan Kartu Indonesia Sehat (KIS) milik anak asuhnya sebagai hasil perjuangan panjang mengurus administrasi kependudukan. 

Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Tony Hermawan 

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Nafisah Al Mukaromah ditinggalkan ibunya sejak baru lahir. Ibunya menyerahkan Nafisah beserta ari-arinya kepada Panti Asuhan Al Mu’min beberapa jam setelah proses persalinan di salah satu praktik bidan kawasan Surabaya Barat. 

Saat diserahkan, bayi yang lahir dengan bobot sekitar 2 kilogram itu belum diberi nama.

Nama Nafisah baru didapatnya tiga hari setelah lahir. Itu pun atas pemberian dari Hr. Abdus Shomad Suryanto, pemilik Panti Asuhan Yatim Piatu Al Mu’min yang terletak di Jalan Wisma Lidah Kulon B-125, Surabaya. Sejak saat itulah, Nafisah tinggal di panti asuhan tersebut.

Bayi mungil itu kini tumbuh menjadi gadis kecil menginjak usia tujuh tahun dan sudah menjadi pelajar kelas I Sekolah Dasar (SD) Negeri Lidah Kulon. 

Sehari-hari ia tinggal bersama puluhan anak di panti asuhan, yang sebagian besar nasib mereka terpisah dari orang tua. Bagi mereka, sosok pengganti orang tua yaitu pemilik panti asuhan, yang sehari-hari dipanggil Abah Shomad.

Baca juga: Bahagianya Puluhan Ribu Petani Tembakau Jember Dapat Jaminan Keselamatan Lewat BPJS Ketenagakerjaan

Mereka hidup di rumah berlantai tiga, tak jauh dari gerbang masuk komplek perumahan Wisma Lidah Kulon. 

Ruang tengah di lantai dasar rumah mereka bukan sekadar tempat berkumpul, tapi juga difungsikan sebagai penyimpanan kebutuhan harian anak-anak. 

Mulai dari barang sembako, susu, popok, termasuk perlengkapan mandi disusun di sebuah rak besi yang tingginya hampir sekitar 3 meter.

Bukan hanya barang-barang saja yang tertata di rumah tersebut. Masing-masing nama anak, mulai dari kelahiran tahun 2001 hingga 2019, masuk di dalam Kartu Keluarga (KK) pemilik panti asuhan berusia 63 tahun itu. Nafisah tercatat sebagai keluarga yang ke-20.

Baca juga: Rawat Inap BPJS Dibatasi 3 Hari? Dirut BPJS Kesehatan Janji Beri Layanan Bagus: Laporkan 165

Ada sebanyak 21 anak yang masuk di dalam KK Abah Shomad. Lansia yang sudah sejak tahun 2012 ditinggal wafat istrinya itu tercatat sebagai kepala keluarga dalam dokumen tersebut. Jumlah anak yang dimasukkan cukup banyak, sehingga berkas kependudukannya sampai tercetak hingga tiga lembar.

“Setiap ada penghuni baru, saya selalu usahakan masuk dalam KK. Supaya identitas mereka jelas, dan satu lagi, semisal kalau tiba-tiba saya nggak ada umur, asal-usul mereka jelas, jadi tidak terlantar,” tegasnya.

Tiga lembar KK bukan sekadar dokumen administratif bagi puluhan anak di panti asuhan. Mereka bisa menjadi peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dengan jenis kepesertaan Kartu Indonesia Sehat (KIS). Dengan begitu, siapa pun yang sakit, bisa pergi berobat tanpa perlu membuka laci dana darurat atau menunggu bantuan dari dermawan.

“Donatur sifatnya seperti bersedekah, tl tidak mengikat. Penghasilan saya sehari-hari swasta hanya buka sewa mobil. Kalau punya KIS bisa lebih tenang, ada yang sakit bisa langsung berobat, tidak usah bingung mikir biaya karena pengobatan dibayar sama negara,” ucapnya.

Baca juga: Pemerintah dan BPJS Kesehatan Wajibkan Jemaah Haji Indonesia Terdaftar Program JKN

Ia masih ingat satu peristiwa yang membuatnya sadar jaminan kesehatan penting bagi puluhan anak asuhnya. 

Halaman
123
Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved