Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Abdus Shomad Belasan Tahun Lapor Polisi Urus BPJS Kesehatan Anak Terlantar

Nafisah Al Mukaromah ditinggalkan ibunya sejak baru lahir. Ibunya menyerahkan Nafisah beserta ari-arinya kepada Panti Asuhan

Penulis: Tony Hermawan | Editor: Samsul Arifin
TribunJatim.com/Tony Hermawan
GENGGAM KIS - Abdus Shomad Suryanto (kanan) menunjukkan Kartu Indonesia Sehat (KIS) milik anak asuhnya sebagai hasil perjuangan panjang mengurus administrasi kependudukan. 

Salah seorang balita masih berusia 14 bulan pernah mengalami demam tinggi, disertai muntah dan diare selama dua hari. Dokter klinik tak jauh dari panti asuhan menyatakan si kecil mengalami muntaber akut dan disarankan harus segera dirawat di rumah sakit.

Salah satu rumah sakit milik instansi pemerintah di Surabaya dipilih menjadi tempat rujukan berobat. Balita laki-laki itu harus menjalani rawat inap selama tiga hari di rumah sakit tersebut. Tanpa jaminan kesehatan, dana darurat panti hampir terkuras hanya untuk satu kasus sakit.

“Tagihan rumah sakit waktu itu sampai jutaan. Saya benar-benar bingung, uang dari mana. Untung ada wartawan yang tulis kisah anak itu, akhirnya ada donatur bersedia membantu. Tapi gimana kalau semisal nggak ada yang peduli, bagaimana nasib anak itu? Makanya saya usahakan mereka masuk KK agar punya KIS, karena negara sudah janji dalam UUD 1945 Pasal 34 bahwa anak terlantar dipelihara negara,” tuturnya.

Gotong Royong, Semua Tertolong

Aragit Elgantara tumbuh dari balita menjadi pemuda dewasa di Panti Asuhan Al Mu’min. Kini, pemuda berusia 20 tahun dengan postur kekar dan tinggi sekitar 175 centimeter itu menjadi sosok kakak bagi Nafisah dan puluhan anak lainnya di sana.

Salah satu tugas yang kini ia tangani adalah mengurus dokumen administrasi untuk empat adik asuhnya. Selama tiga tahun terakhir, keempat anak itu tinggal bersamanya di panti, namun belum tercantum dalam KK milik pengasuh panti.

Baca juga: Pemkot Surabaya Tanggung Iuran BPJS Ketenagakerjaan 15 Ribu Driver Ojol, Beri Perlindungan

Saat ditemui, ia menunjukkan surat Laporan Polisi (LP) tentang pengasuhan anak yang dibuat di Polsek Lakarsantri. Laki-laki yang akrab disapa Agit itu menjelaskan, tujuan membuat laporan polisi karena syarat mengurus dokumen kependudukan anak-anak tanpa orang tua kandung harus melampirkan Berita Acara Pemeriksaan (BAP) dari kepolisian.

“Sekarang bisa cukup di polsek, kalau dulu malah harus di Polres. Saya lupa tahunnya, pokoknya belum sekolah SD pernah diajak Abah Shomad (pemilik panti, red) ke Polrestabes Surabaya untuk buat BAP, setelah itu nunggu jadwal sidang di pengadilan. Kalau sekarang BAP cukup di polsek saja sudah bisa dipakai buat mengurus ke  Dispendukcapil secara online,” terangnya.

Saat ini, proses administrasi keempat balita itu tersendat di tahap awal. Laporan di Polsek Lakarsantri yang dibuat sejak 15 Februari 2021 sebagai usahanya mendapatkan BAP, tak kunjung selesai. Akibatnya, hingga kini keempat adik itu belum memiliki jaminan asuransi seperti anak-anak lain di panti asuhan.

Baca juga: BPJS Kesehatan Malang Ajak Peserta Pahami Prosedur Layanan Program JKN

“Pernah inisiatif tanya ke Polda Jawa Timur, jawabannya disuruh nunggu mungkin masih dipelajari. Tanya lagi ke polsek, disuruh nunggu. Salah satu anak dulu masih bayi, sekarang sudah bisa jalan, tapi BAP belum juga dibuat. Padahal itu syarat agar adik-adik punya catatan sipil dan KIS,” ujarnya, Selasa (29/7).

Panti Asuhan Al Mu’min sudah berdiri sejak tahun 1994. Soal layanan kesehatan, Abah Shomad sebagai pemilik panti mengenal dekat pemilik Rumah Sakit Randegansari Husada di Gresik. Semisal ada yang membutuhkan penanganan medis, rumah sakit itu siap melayani. Fasilitas KIS bisa digunakan untuk mendapatkan layanan medis dan obat tanpa membayar sepeser pun.

Agit, yang dulu diasuh dan kini jadi pengasuh, berharap makin banyak pihak terlibat membantu anak-anak tanpa orang tua, terutama dalam mempermudah akses jaminan kesehatan. “Sakit kan nggak bisa diprediksi, bisa datang (menyerang, red) kapan saja. Makanya, kalau semua terdaftar KIS, rasanya lebih tenang,” tandasnya.

Ada yang Masih Berjuang

Tri Sugiarto tampak sibuk saat ditemui di Panti Asuhan Bonek, kawasan Cemeng Bakalan, Sidoarjo. Siang itu, pria yang akrab disapa Cak Tri itu duduk lesehan di ruang tengah lantai dua bersama beberapa anak. Mereka bercanda, sesekali bertukar cerita soal sekolah.

Panti asuhan yang terletak tak jauh dari kawasan pusat Kabupaten Sidoarjo itu sekarang dihuni delapan anak. Anak tertua sudah pelajar SD kelas enam. Namun, mereka belum ada satu pun yang terdaftar sebagai peserta KIS.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved