Breaking News
Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berangkat dari Hobi, Warga Blitar Raup Cuan dari Layang-layang Omzet Rp5 Juta per harinya

Pria 29 tahun asal Desa Bangle, Kecamatan Kanigoro, Kabupaten Blitar, sukses menjadi perajin layang-layang

Penulis: Samsul Hadi | Editor: Samsul Arifin
TribunJatim.com/Samsul Hadi
PERAJIN LAYANG-LAYANG - Mulyadi menunjukkan layang-layang produksinya di rumahnya, Desa Bangle, Kecamatan Kanigoro, Kabupaten Blitar, Kamis (31/7/2025). Mulyadi kebanjiran pesanan layang-layang di musim kemarau ini.  

Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Samsul Hadi

TRIBUNJATIM.COM, BLITAR - Di teras rumah Mulyadi terlihat sibuk merangkai bambu dan benang. 

Pria 29 tahun asal Desa Bangle, Kecamatan Kanigoro, Kabupaten Blitar, sukses menjadi perajin layang-layang

Bapak dua anak itu meraup cuan jutaan rupiah dari hasil usaha memproduksi dan menjual layang-layang

Mulyadi terlihat sibuk memproduksi layang-layang di teras rumahnya, Kamis (31/7/2025) sekitar pukul 10.00 WIB. 

Pria berperawakan kurus itu sedang merangkai bambu menggunakan benang untuk menjadi ragangan layang-layang. 

Baca juga: Dari Hobi Jadi Rezeki, Perajin Jombang Punya Cari Unik Bikin Layang-layang Pegon Ceper Tanpa Lem

"Ini sedang menyelesaikan pesanan layang-layang. Musim kemarau seperti sekarang ini, banyak pesanan layang-layang," kata Mulyadi.

Sejumlah layang-layang dengan berbagai ukuran dan bentuk tampak tergantung di teras dan ruang tamu rumah Mulyadi. 

Sebagian layang-layang sudah ada pemesan tinggal mengirim. Sedang sebagian lagi untuk stok di rumah. 

Baca juga: Main Layang-layang di Tepian Pantai, Bocah 6 Tahun di Sampang Tewas Terseret Arus Laut Pasang

Pemilik Rumah Layangan Pak Moel itu mulai menekuni usaha kerajinan layang-layang sejak 2020 atau awal terjadi pandemi Covid-19. 

Sejak kecil, Mulyadi memang hobi bermain layang-layang

Tapi, ia tidak pernah punya pikiran untuk menekuni bisnis kerajinan layang-layang

Ia membuat layang-layang hanya untuk mainan sendiri. 

Baca juga: Festival Gir Sereng dan Lomba Layang-layang Jadi Ajang Perkenalkan Pantai Permata Pilang Probolinggo

"Sebelumnya saya kerja serabutan. Saya memang suka main layang-layang. Saya buat layang-layang untuk mainan sendiri," ujarnya. 

Ide usaha itu muncul ketika Mulyadi sering ikut komunitas penghobi layang-layang

Dari situ, Mulyadi melihat ada peluang usaha memproduksi layang-layang. 

Baca juga: Musim Kemarau, PLN Tulungagung Hadapi Risiko Pemadaman Listrik karena Layang-layang Nyangkut

Mulyadi mulai memproduksi layang-layang untuk dijual. 

Namun, usahanya tidak langsung berjalan lancar. Di tahun pertama sampai tahun ketiga, usaha kerajinan layang-layangnya belum banyak peminat. 

Mulyadi tidak patah semangat dan terus berusaha memperbaiki kualitas produksi layang-layang. 

Baca juga: Ketimbang Pusing Anak Jajan Terus, Yusuf Keterusan Bikin Layangan sampai Jadi Juragan

Ia juga mulai ikut festival layang-layang untuk mengenalkan produknya. 

Lewat festival, produk layang-layang Mulyadi mulai dikenal masyarakat.

"Waktu ada festival, saya ikut. Terus layang-layang saya dibuat konten oleh teman-teman konten kreator. Setelah itu, pesanan layang-layang mulai berdatangan," ujarnya. 

Awalnya, pesanan layang-layang hanya datang dari lokal Blitar. 

Lalu, Mulyadi mencoba memasarkan layang-layang lewat media sosial Facebook dan Tiktok. 

Dari pemasaran online di media sosial itu, pesanan layang-layang datang tidak hanya dari dalam kota tapi luar kota bahkan luar pulau seperti Jambi, Riau, Lampung, Kalimantan, Tangerang, Bekasi, dan Jawa Tengah. 

"Saya hanya memasarkan layang-layang lewat Facebook dan Tiktok," katanya. 

Saat musim kemarau seperti sekarang ini, Mulyadi kebanjiran pesanan layang-layang. Ia sampai kewalahan mengerjakan pesanan layang-layang

Di awal musim kemarau ini, Mulyadi sudah melayani sekitar 400 pesanan layang-layang. Semua pesanan layang-layang sudah terkirim ke pelanggan. 

Ia sudah menghabiskan bambu untuk bahan layang-layang sekitar lima unit truk di awal kemarau ini. 

"Saya dibantu delapan pekerja untuk memproduksi layang-layang. Pekerjanya bagiannya sendiri-sendiri, ada yang mengolah bambu, membuat ragangan, dan menyampul layang-layang," ujarnya. 

Mulyadi memproduksi berbagai macam ukuran dan jenis layang-layang mulai yang untuk mainan harian hingga untuk lomba. 

Layang-layang mainan biasanya dijual dengan harga mulai Rp 25.000 sampai Rp 350.000.

Sedang layang-layang untuk lomba dijual dengan harga di atas Rp 1 juta. 

Layang-layang untuk lomba pembuatannya lebih rumit. Biasanya, layang-layang untuk lomba sampulnya bermotif. 

Ia harus menggabungkan bermacam warna plastik untuk membentuk motif pada sampul layang-layang

Pengerjaan layang-layang untuk lomba paling cepat butuh waktu dua minggu. 

"Motif layang-layang untuk lomba ini murni dari penggabungan warna plastik, tidak menggunakan cat. Pengerjaannya lama, makanya harganya lebih mahal," katanya. 

Mulyadi pernah menjual layang-layang untuk lomba ukuran lebar 2,5 meter dan tinggi 2,3 meter dengan harga Rp 4 juta. 

Itu harga layang-layang paling tinggi yang pernah dijual Mulyadi. Pembelinya penghobi layang-layang dari Lampung.

"Satu layang-layang untuk lomba pernah laku Rp 4 juta. Itu harga paling tinggi yang pernah saya jual," ujarnya. 

Mulyadi mengatakan, selama musim kemarau bisa memproduksi dan menjual layang-layang hingga 1.000 biji. 

Tiap hari, ia bisa mendapatkan omzet Rp 4 juta sampai Rp 5 juta dari menjual layang-layang

"Selama musim layang-layang, penjualan saya bisa tembus 1.000 biji. Kalau omzet rata-rata bisa Rp 4 juta sampai Rp 5 juta per hari," katanya.

Menurut Mulyadi, ketersediaan bahan baku terutama bambu menjadi kendala di usaha kerajinan layang-layang

Bahan baku utama membuat layang-layang, yaitu, bambu, plastik, dan benang.

Bambu yang digunakan untuk membuat layang-layang harus bambu petung yang pilihan. 

Saat ini, ketersediaan bambu petung di masyarakat sudah sangat minim. 

"Pesanan layang-layang sebenarnya banyak, tapi kadang bahan baku bambunya yang kesulitan. Akhirnya, saya tidak berani menerima semua pesanan," katanya. 

Biasanya, di saat musim hujan atau tidak musim layang-layang, Mulyadi menyetok bahan baku bambu. 

Ia membeli bambu dalam jumlah banyak untuk stok di rumah. Bambu itu baru akan diolah saat musim layang-layang tiba. 

"Tapi itu juga risiko. Karena, selama disimpan di rumah, kondisi bambu bisa rusak. Tapi, dengan cara itu, saya bisa start lebih awal produksi saat musim layang-layang tiba. Karena, perajin lain belum tentu sudah punya bahan saat musim layang-layang datang," katanya. 

Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved