Hingga kini, kondisi ekonomi Indonesia juga ikut merugi karena dengan terjadinya karhutla ini, sumber devisa negara dari produk hutan kayu dan non-kayu, serta ekowisata juga berkurang.
Hal ini karena kebakaran hutan menyebabkan berbagai kerugian untuk masyarakat Indonesia, mulai dari gangguan kesehatan, sosial, ekologi, ekonomi dan juga reputasi.
Kerugian kesehatan adalah yang paling jelas. Asap dari kebakaran hutan menyebabkan berbagai penyakit, terutama infeksi saluran pernapasan akut (ISPA).
Selain itu, berdasarkan data Bank Dunia pada tahun 2015, ada beberapa sektor yang terganggu dan mengalami kerugian.
Sektor-sektor tersebut tidak hanya terkait pendidikan dan kesehatan namun juga terdapat sektor kehutanan dan pertanian, perdagangan/bisnis, manufaktur dan pertambangan, pariwisata, perhubungan, hingga pariwisata.
Kondisi yang ada, jika tanpa dukungan dan inovasi penanganan, bisa menjadi sama buruknya dengan tahun 2015.
Saat itu, wilayah terdampak seluas 510.564,21 ha dengan kerugian mencapai Rp 221 triliun atau setara dengan 1,9 persen PDB Indonesia.
(Global Qurban-Aksi Cepat Tanggap Siap Distribusikan Lebih Banyak Manfaat untuk Kurban 2020)
Tidak ingin kondisi tersebut terulang, ACT terus mengajak masyarakat luas ikut andil dalam kampanye #BantuMerekaBernapas.
Kampanye ini menjadi bukti nyata bahwa tim medis, tim tanggap darurat, hingga posko bencana asap ACT terus melakukan pelayanan bagi warga terdampak bencana kabut asap di berbagai wilayah.
Kampanye #BantuMerekaBernapas menjadi semangat dalam menghidupkan kembali kebersamaan dalam aksi-aksi kebaikan.
(Aksi Cepat Tanggap Kelola Ribuan Hewan Kurban Terbaik Sedari Bibit, Begini Proses Pemeliharaannya)