TRIBUNJATIM.COM, TULUNGAGUNG - Gugus Tugas Percepatan Penanganan (GGTP) Covid-19 Tulungagung akan melakukan penyaringan di semua pondok pesantren yang akan memulai kegiatan belajar mengajar.
Pondok pesantren menjadi kelompok yang lebih awal memulai kenormalan baru ( new normal ) di masa wabah virus Corona ( Covid-19 ).
GGTP bersama seluruh pondok pesantren di Tulungagung dan Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) sudah merumuskan prosedur standar operasional (SOP) untuk pondok pesantren.
• Kehabisan Bensin, Jambret yang Tewaskan Driver Ojol Wanita di Surabaya Tertangkap: Masih 19 Tahun
• Kesaksian Azriel Soal Kehidupan Anang Setelah Cerai dari KD, Nangis, Kini Bahagia dengan Ashanty
SOP ini juga sudah dituangkan dana surat edaran bupati, tertanggal 9 Juni 2020.
“SOP itu sudah berlaku, sehingga pondok pesantren sudah bisa memulai kegiatan. Tapi sebagian sudah siap, ada juga yang belum siap,” terang Wakil Juru Bicara GTPP Covid-19 Tulungagung, Galih Nusantoro Rabu (10/6/2020).
Pondok yang siap melakukan kegiatan diminta menghubungi GTPP, sehingga petugas medis bisa melakukan skrining.
• Kapten Persela Lamongan Sebut Rencana Kompetisi Liga 1 2020 Digelar Home Tournament Sangat Tepat
• Kesha Ratuliu Geram Penampilan Hijabnya Dikritik Sahabat Sang Ibunda Mirip Ibu-ibu: Stop
Khusus untuk santri dari luar kota, diwajibkan membawa surat sehat disertai hasil rapid test.
Penyaringan nantinya untuk mengetahui santri luar kota yang belum melakukan rapid test.
“Kalau memang ada santri dari luar kota lolos masuk Tulungagung tanpa rapid test, nanti kita rapid test di sini. Jangan sampai ada yang punya potensi penularan selama di pondok,” sambung Galih.
• Mahasiswa di Sampang Geruduk Mapolres Sampang, Ini Alasannya
Pada tahap awal GTPP melakukan penyaringan di Ponpes PPHM Ngunut.
Ponpes ini salah satu yang sudah menyatakan siap memulai kegiatan.
Penyaringan awal berupa assesmen kesiapan penerapan kenormalan baru.
“Hasil screening kesiapan, skornya bagus di atas 50. Sehingga dilanjutkan screening terhadap para santri, saat balik ke pondok,” tutur Galih.
Sementara seorang orang tua santri bernama Abdul Kohar, asal Kenjeran Surabaya mengaku kesulitan mendapat surat sehat.
Baik Puskesmas maupun dokter praktik pribadi tidak melayani permohonan surat ini.
Sebenarnya ada rapid test massal, namun Kohar mengaku justru takut jika bergabung.
“Saya khawatir malah tertular kalau ikut rapid test ramai-ramai,” ucapnya.
Karena itu Kohar nekat mengantar putrinya kembali ke PPHM Asrama Sunan Giri, di Lingkungan 9 Desa/Kecamatan Ngunut, tanpa membawa surat hasil rapid test.
Kohar bersyukur tidak ada kendala dan anaknya tetap diterima di pondok pesantren ini.
Namun sebelum memasuki asrama, dua petugas medis yang melakukan penjaringan memeriksa anaknya dengan detail.
“Saya nekat berangkat dari pada nanti telat ikut kegiatan. Dan di sini dilayani dengan baik,” pungkasnya.
Penulis: David Yohanes
Editor: Heftys Suud