Hal ini disebabkan karena rumah tesebut terus-menerus tergerus tanah hingga membuat kondisi bangunan tidak lagi kokoh.
"Kalau buka pintu enggak bisa kencang, kalau buka pintu kencang takutnya roboh, jadinya pelan-pelan nutup pintu karena sudah pada rapuh," kata Yani.
Kondisi bangunan yang rapuh membuat Yani dan keluarganya dihantui ketakutan setiap hari.
Saat malam tiba, mereka tak bisa beristirahat dengan tenang karena khawatir rumahnya tiba-tiba ambruk akibat diterjang hujan dan angin kencang.
"Bahkan kemarin di dapur balok sempat jatuh," katanya.
Posisi lantai yang rendah membuat rumah kontrakan yang ditempati Yani juga sering kebanjiran, bahkan hampir setiap bulan.
Hal ini membuat mereka selalu ketar-ketir setiap hujan deras mengguyur.
"Bisa sebulan sekali (kebanjiran), tapi paling parah yang dulu sampai tiang enggak kelihatan, itu kita ngungsi," ucap dia.
Meski demikian, keluarga Yani memilih bertahan di rumah tersebut.
Faktor biaya sewa yang murah menjadi alasannya bertahan.
"Di sini Rp 200.000 per bulan," kata Yani.
Baca juga: Sudah Digerebek Warga saat Berzina, Kades Zidan Juga Peras Suami Selingkuhannya
Selain itu, kata Yani, pendapatan suaminya dari bekerja sebagai kuli bangunan tidak memungkinkan ia dan keluarga menyewa rumah di lokasi lain.
Karena itu, Yani dan keluarga memilih bertahan dan berharap pemerintah membantu merelokasi mereka.
"Kalau harapan ada dari dulu, kalau seandainya kita dapat bantuan, ibaratnya pindah kontrakan yang layak, paling itu, tapi sampai sekarang belum ada," imbuh dia.
Sementara itu, penyewa lainnya menjadi sorotan lantaran mengambil barang dan benda di kontrakan yang akhirnya ia tinggalkan.
Baca juga: Akhirnya Terkuak Jam Kematian Diplomat Arya, Kesaksian Penjaga Kos Jawab Misteri Aktivitas di Kamar