Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Melihat Sentra Tembakau di Desa Purworejo Ponorogo, Dijaga hingga Turun-temurun

Langkah kakinya tegap menuju area persawahan, mata dimanjakan dengan tanaman tembakau jenis virgin terlihat menghijau

TribunJatim.com/Pramita Kusumaningrum
SURGA TEMBAKAU - Petani Tembakau di Desa Purworejo saat memanen di lahannya di Desa Purworejo, Kecamatan Balong, Kabupaten Ponorogo, Jatim, Selasa (16/9/2025). Lahan di Desa Purworejo totalnya adalah 100 hektar. Dan 98 persen lahan di Desa Purworejo ditanami tanaman tembakau. 

“Mulai dari tembakau yang kecil-kecil itu sampai tembakau virgin,” ucapnya.

Sehingga, kata dia, sentra tanaman tembakau itu masih dipegang oleh Desa Purworejo sampai sekarang. Ada anak hingga cucu yang meneruskan.

“Dalam satu tahun itu, kami ada 2 tanaman. Padi dan tembakau. Nanti kalau musim penghujan sekitar bulan Desember kami menanam padi,” terangnya.

Kemudian pada bulan Maret atau April, jelas dia, warga mulai menanam tembakau. Bukan rahasia umum lagi, lantaran di Desa Purworejo adalah salah satu daerah yang susah dengan air.

Menurutnya, warga Desa Purworejo pun tidak susah untuk menjual hasil tanaman tembakau. Dimana, mulai 2009 lalu sudah kerjasama dengan pihak ketiga.

“Perihal harga tergantung pihak ketiga. Tahun ini sudah 3 kali petik harganya per kilogram Rp 35 ribu. Harga itu bisa naik, semakin daun atas semakin harganya bagus,” ucapnya.

Bahkan, jelas dia, 2024 lalu harganya cukup fantastis. Pihak ketiga berani membeli tembakau seharga Rp 45 ribu per kilogram.

Ketika ditanya, berarti setiap masa panen, warga Desa Purworejo mendadak jadi jutawan? “Warga Desa Purworejo mendadak jutawan, iya mungkin,” tambahnya sambil tersenyum.

Dia berharap seluruh warga yang menggantungkan hidup terhadap tembakau bisa lancar. Terlebih saat ini, BMKG menyebutnya kemarau basah.

Dimana kemarau yang sesekali terjadi hujan. 

“Semoga panen lancar. Petani sukses lulus sampai selesai panen . Setelah panen beli macam-macam, bisa motor, mobil maupun umroh,” tambahnya.

Walaupun terlihat hasil fantastis, namun bukan berarti petani tembakau di Desa Purworejo tidak pernah gagal panen. 7 tahun lalu, pernah banjir.

“7 tahun lalu pernah banjir. 2017-2018 sempat banjir dan gagal panen. Sempat panen beberapa kali. Ditengah perjalanan terkena banjir,” paparnya.

Pihak ketiga, tetap membeli yang telah dipanen. Namun harganya tidak sebagus biasanya. “Ya rugi, menutupi modal saja ndak bisa saat itu,” urainya

Dia menjelaskan satu kali panen, dalam satu kotak mencapai Rp 25 juta hingga Rp 30 juta. Kemudian dipotong untuk modal awal, pembelian bibit, perairan dan lain-lain mencapai Rp 5 juta dalam satu kotak 

Halaman
123
Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved