Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Demo PMII dan PKL di Tuban

'Gara-gara Kebijakanmu Membunuh Istriku,' Jerit PKL Tuban Usai Direlokasi ke Pantai Boom

Dengan mata berkaca-kaca, Wahyudi, PKL di Tuban membawa secarik kertas bertuliskan “Gara-gara kebijakanmu membunuh istriku.”

Penulis: Muhammad Nurkholis | Editor: Dwi Prastika
TribunJatim.com/Muhammad Nurkholis
PKL - Wahyudi (54), PKL asal Kelurahan Gedongombo, Kecamatan Semanding, Kabupaten Tuban, Jawa Timur, Senin (13/10/2025). Ia membawa poster bertuliskan “Gara-gara kebijakanmu membunuh istriku,” sebagai protes atas kebijakan relokasi PKL ke Pantai Boom Tuban. 

Ringkasan Berita:
  • Wahyudi, warga Kelurahan Gedongombo, Tuban, merupakan satu di antara PKL Alun-alun Tuban yang direlokasi ke kawasan Pantai Boom Tuban.
  • Ia berharap bisa kembali berjualan di Alun-alun Tuban.
  • Hasil berjualan di kawasan Pantai Boom tak sebanyak saat di alun-alun.

Laporan Wartawan TribunJatim.com, Muhammad Nurkholis

TRIBUNJATIM.COM, TUBAN - Wahyudi (54), warga Kelurahan Gedongombo, Kecamatan Semanding, Kabupaten Tuban, Jawa Timur, merupakan satu di antara Pedagang Kaki Lima (PKL) Alun-alun Tuban yang direlokasi ke kawasan Pantai Boom Tuban.

Relokasi dilakukan usai Bupati Tuban, Aditya Halindra Faridzky, mensterilkan kawasan Alun-alun Tuban demi keindahan tata ruang kota.

Selama 10 bulan hidupnya terombang-ambing karena pendapatan saat berjualan di Pantai Boom Tuban tak menentu.

Wahyudi akhirnya ikut melakukan aksi damai pada 11–12 Oktober 2025. Ia kembali berjualan di kawasan Alun-alun Tuban sambil menyuarakan isi hatinya.

Dengan mata berkaca-kaca, Wahyudi membawa secarik kertas bertuliskan “Gara-gara kebijakanmu membunuh istriku.”

Melalui tulisan itu, ia ingin memperjuangkan nasib dan masa depan keluarganya yang semakin berat setelah relokasi.

“Kalau dulu di alun-alun bisa dapat ratusan ribu rupiah, sekarang hanya puluhan ribu rupiah, bahkan kadang minus,” ujarnya, Senin (13/10/2025).

Tulisan tersebut bukan sekadar kritik, namun ungkapan kekecewaan lantaran Istrinya, Emirnowati (47), meninggal dunia akibat tekanan pikiran yang semakin berat setelah pendapatan keluarga anjlok usai relokasi.

Baca juga: PKL Direlokasi ke Parkiran Pantai Boom, Dewan Desak Pemkab Gencar Promosi Digital dan Event Wisata

“Istri kena serangan sesak napas semenjak direlokasi. Kebanyakan mikir anak masih sekolah, masih kecil-kecil,” imbuhnya.

Wahyudi bercerita, sebelum direlokasi, penyakit sang istri jarang kambuh.

Namun, semenjak penghasilan mereka turun drastis, serangan sesak napas kerap datang.

Ditambah lagi, keluarga kecil ini terlilit utang, sehingga kondisi semakin runyam.

“Kemarin jualan di alun-alun, sebentar saja sudah dapat Rp 150 ribu,” bebernya.

Kini, Wahyudi hanya bisa mendoakan istrinya yang telah genap 100 hari meninggal dunia.

Sumber: Tribun Jatim
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved