Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Dari Sampah Jadi Cuan, Bank Sampah Dusun Randulawang Jombang Ubah Pola Hidup Warga

Warga Dusun Randulawang Santren, Desa Bandung, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang Jawa Timur menabung sampah mendapat cuan

Penulis: Anggit Puji Widodo | Editor: Samsul Arifin
TribunJatim.com/Anggit Puji Widodo
BANK SAMPAH - Potret warga Dusun Randulawang Santren, Desa Bandung, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur saat membawa sampah untuk ditabung dijadikan uang di Bank Jombang desa setempat, Jumat (21/11/2025). sampah yang terkumpul disetor ke pengepul untuk didaur ulang, nilai jualnya masuk ke tabungan masing-masing warga.  
Ringkasan Berita:
  • Bank Sampah Randulawang berdiri sejak Agustus 2025, mengubah kebiasaan warga dalam mengelola sampah.
  • Harga sampah bervariasi, tabungan warga mencapai Rp300 ribu yang dicairkan menjelang Ramadan.
  • Manfaat bukan hanya uang, tetapi lingkungan lebih bersih dan anak-anak belajar memilah sampah sejak dini.

Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Anggit Pujie Widodo

TRIBUNJATIM.COM, JOMBANG - Satu per satu warga Dusun Randulawang Santren, Desa Bandung, Kecamatan Diwek, Kabupaten Jombang, Jawa Timur mulai berdatangan ke sebuah pos sederhana di pinggir jalan desa. 

Mereka datang bukan membawa beras atau sayuran, tetapi karung-karung berisi sampah rumah tangga yang telah dipilah rapi. Di tempat inilah, setiap bulan mereka menabung. Bukan dengan uang, tetapi dengan sampah.

Menjelang Ramadan, kegiatan yang tampak sepele ini justru menjadi momen yang ditunggu-tunggu. Bagi warga, tabungan dari sampah adalah rezeki kecil yang terasa besar ketika kebutuhan rumah tangga meningkat. 

Sejak Bank Sampah di desa mereka berdiri pada Agustus 2025, cara pandang terhadap sampah pun berubah total.

Dahulu, membakar sampah adalah kebiasaan lama yang sulit dilepas. Kini, kardus, botol plastik, gelas air mineral, lembaran sak semen, hingga potongan besi dikumpulkan dengan telaten. 

Baca juga: Kurangi 1.600 Ton Sampah per Hari, Wali Kota Eri Cahyadi Ingin Bentuk 1.361 Bank Sampah di Surabaya

Harga Sampah dan Tabungan Warga

Saat hari penimbangan tiba, pos Bank Sampah berubah layaknya pasar kecil penuh karung, tawa, dan rasa penasaran warga tentang berapa saldo yang akan bertambah.

Nina Dwi Astuti, perempuan muda yang menjadi pengelola bank sampah itu, terlihat sibuk mencatat setiap setoran di buku tabungan kecil warga. 

Dengan timbangan berada di hadapannya, ia menimbang satu per satu sampah botol plastik dihargai Rp1.500/kilogram, kardus dan buku Rp1.500/kilogram, paku sekitar Rp2.000/kilogram, sementara besi mencapai Rp3.500/kilogram. Jumlahnya tidak selalu besar, tapi cukup untuk menggoreskan senyum di wajah para penyetornya.

Awal Mula dari KKN

"Program ini awalnya dari KKN. Melihat lingkungan penuh sampah, mahasiswa waktu itu memberi ide untuk mengelolanya. Setelah mereka kembali, kami pikir sayang kalau berhenti. Akhirnya warga sepakat melanjutkan," ucap Nina saat dikonfirmasi TRIBUNJATIM.COM, pada Jumat (21/11/2025).

Sejak itu, pola hidup perlahan berubah. Informasi penimbangan dibagikan lewat grup WhatsApp, sampah dipilah dari rumah, dan sebulan sekali warga berkumpul membawa hasil pilahan sampahnya masing-masing. 

Baca juga: Pasar di Banyuwangi Dilengkapi dengan Bank Sampah, Bupati Ipuk Fiestiandani: Ditangani dari Hulu

Semua sampah yang terkumpul kemudian disetor ke pengepul untuk didaur ulang, sementara nilai jualnya masuk ke tabungan masing-masing warga. Hingga kini, total saldo warga mencapai sekitar Rp300 ribu dan semuanya akan dicairkan menjelang Ramadan.

Namun, bagi warga, manfaat program ini tidak hanya soal uang. Ada kebanggaan baru yang tumbuh, lingkungan dusun kini lebih bersih, udara terbebas dari asap pembakaran, dan anak-anak pun mulai belajar memilah sampah sejak dini.

Mereka belajar bahwa sampah tidak selalu berarti kotor. Kadang, sampah justru bisa menjadi ladang rezeki.

"Tidak apa-apa punya sampah banyak. Yang penting, sekarang bisa jadi cuan dan lingkungan tetap bersih," kata Nina melanjutkan.

Di balik tumpukan kardus dan botol plastik, tersimpan cerita tentang perubahan perilaku dan semangat gotong royong. 

Bank Sampah Randulawang bukan sekadar tempat menabung, ia adalah bukti bahwa perubahan besar dapat dimulai dari langkah paling sederhana. Dan di desa kecil ini, menjelang Ramadan, sampah telah menjelma menjadi berkah.

"Kalau kesadaran masyarakat sudah tinggi soal urusan sampah ini, saya meyakini, lingkungan yang bersih dan tertata pasti akan muncul. Salah satunya dengan Bank Sampah yang dijalankan berkelanjutan ini," pungkas Nina. 

Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved