Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Kasus Gagal Ginjal di Usia Muda Meningkat, Dokter di Surabaya Ingatkan Pentingnya Pemeriksaan Rutin

Fenomena gagal ginjal kini tak lagi hanya menyerang orang tua. Dalam beberapa tahun terakhir, kasus gagal ginjal menyerang usia muda

Penulis: Nur Ika Anisa | Editor: Ndaru Wijayanto
tribunjatim.com/Nur Ika Anisa
KESEHATAN GINJAL - dr. Decsa Medika Hertanto saat ditemui di sebuah acara seminar kesehatan di Whyndam Hotel Surabaya. Saat ditanya terkait kondisi gagal ginjal, dokter spesialis penyakit dalam konsultan ginjal hipertensi itu menilai perubahan gaya hidup akibat kemajuan teknologi juga berpengaruh besar terhadap meningkatnya risiko gagal ginjal di usia muda 

 

Ringkasan Berita:
  • Kasus gagal ginjal kini meningkat di kalangan usia muda
  • Penyebab utama gagal ginjal tidak hanya genetik, tapi juga gaya hidup tidak sehat
  • Disebut sebagian besar pasien datang ke rumah sakit saat sudah pada stadium akhir karena tidak merasakan gejala awal.

Laporan Wartawan TribunJatim.com, Nur Ika Anisa

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA – Fenomena gagal ginjal kini tak lagi hanya menyerang orang tua. Dalam beberapa tahun terakhir, kasus gagal ginjal justru banyak ditemukan pada usia muda.

Hal itu diungkapkan oleh dr. Decsa Medika Hertanto, yang menyoroti tren meningkatnya kasus gagal ginjal.

Salah satunya faktor gagal ginjal disebut perubahan gaya hidup masyarakat modern.

“Ini trennya tidak tiba-tiba meningkat. Sudah 5–10 tahun terakhir angka gagal ginjal yang usia muda itu mulai meningkat. Utamanya yang 18 tahun ke atas di Surabaya,” jelas dr. Decsa Medika Hertanto, Selasa (4/11/2025).

“Usia muda presentasi belum melihat tapi dalam satu sesi tindakan dialisis, itu 30-40 persen usia muda,” tambahnya.

Menurutnya, penyebab utama gagal ginjal bukan hanya faktor genetik, tetapi juga dipicu oleh gaya hidup yang tidak sehat.

“Penyebabnya bisa karena diabetes, hipertensi, batu ginjal, autoimun, atau infeksi. Tapi rata-rata semuanya berakar dari gaya hidup,” ungkapnya.

Baca juga: Dokter Surabaya Jelaskan Manfaat Japanese Walking, Tren Kebugaran dengan 30 Menit Jalan Kaki 

Bahkan, sebagian besar pasien pria muda datang ke rumah sakit dalam kondisi sudah stadium akhir.

“Sekitar 80–90 persen pasien datang terlambat karena merasa tidak ada keluhan. Saat diperiksa, ternyata sudah stadium akhir,” tambahnya.

Ia menyebutkan, faktor risiko yang perlu diwaspadai antara lain obesitas, tekanan darah tinggi, kadar gula darah tinggi, dan riwayat keluarga dengan penyakit ginjal.

dr. Decsa menyarankan agar masyarakat mulai melakukan medical check-up rutin minimal setahun sekali, terutama bagi yang berusia di atas 25 maupun di atas 30 tahun.

“Dulu check-up disarankan di atas usia 40 tahun, tapi sekarang angka gagal ginjal meningkat, jadi mulai usia 25 atau 30 tahun sebaiknya sudah rutin periksa, apalagi jika punya faktor risiko,” ujarnya.

Selain faktor medis, dokter spesialis penyakit dalam konsultan ginjal hipertensi itu menilai perubahan gaya hidup akibat kemajuan teknologi juga berpengaruh besar terhadap meningkatnya risiko gagal ginjal di usia muda.

Selain itu, dr Decsa juga mengimbau masyarakat untuk memperhatikan komposisi makanan. Seperti menghindari makanan tinggi garam, tinggi gula dan produk ultraproses.

Ia mengingatkan pentingnya aktivitas fisik harian.

“Dulu kalau mau beli makan, harus jalan kaki. Sekarang tinggal pesan lewat aplikasi. Aktivitas fisik makin berkurang. Belum lagi tren makanan viral, mukbang, semua dicoba,” katanya.

Dengan menjaga pola hidup sehat tersebut dapat mengurangi risiko gagal ginjal.

Terkait peluang sembuh, dr Decsa menjelaskan bahwa tingkat kesembuhan bergantung pada jenis gagal ginjal yang dialami pasien.

Ia berharap masyarakat semakin sadar akan pentingnya deteksi dini dan perubahan gaya hidup.

“Kalau gagal ginjal akut masih bisa sembuh, tapi kalau sudah kronik dan ginjalnya rusak, tidak bisa kembali seperti semula. Biasanya dibantu dengan cangkok ginjal atau cuci darah,” jelasnya.

Terkait transplantasi ginjal, dr. Decsa menyebut dapat meningkatkan kualitas hidup pasien, tidak lagi bergantung pada dialisis dan dapat beraktivitas kembali.

Tindakan tersebut sudah dapat dilakukan di Surabaya. Sehingga menambah opsi modalitas terapi pada penyakit ginjal stadium 5.

“Justru berminat tapi yang sulit mencari donornya karena yang bisa kita lakukan sekarang mencari donor keluarga, kalau di luar negeri masing-masing penduduknya sudah punya kesadaran bahwa saya merelakan ginjal saya untuk didonorkan agar bermanfat. Pada saat meninggal tidak lagi butuh ginjal untuk kelangsungan hidup yang masih hidup, sehingga itu didonorkan tapi di kita terkendala tradisi budaya,” ucapnya

Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved