Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Kisah Luqman Kuli Bangunan sempat Dicibir Buka Lapak Baca Buku Gratis: Wawasanmu Kan Kurang?

Seluruh operasional lapak berasal dari dana pribadi Luqman hasil kerja sebagai kuli bangunan.

Penulis: Alga | Editor: Mujib Anwar
KOMPAS.COM/AKHMAD DHANI
LAPAK BACA BUKU - Aktivis literasi yang juga kuli bangunan, Muhammad Luqman (39), membuka lapak baca buku gratis di kawasan Car Free Day, Jalan Yos Soedarso, Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Minggu (14/9/2025). 

Temannya tersebut kemudian menilai Luqman punya pengetahuan yang tak terlalu banyak, tetapi nekat menggelar lapak buku, sehingga temannya menyebut Luqman anomali.

"Dia kemudian nanya, 'lu enggak khawatir ketika ditanya orang-orang, sementara wawasan lu kan kurang?'. Lalu saya jawab begini, 'justru itu kan sama-sama belajar'," tuturnya.

Dia kemudian meluruskan cara berpikir temannya agar tidak anti dengan hal-hal yang berbau pengetahuan.

Sebab menurut Luqman, pengetahuanlah yang bisa mengeluarkan orang dari kebodohan.

"Aku jelaskan ke dia, misalnya aku tukang becak, sementara ada orang parlemen, sah-sah saja bagiku membicarakan politik, karena itu berpengaruh besar bagi hajat hidup orang banyak."

"Jangan hanya karena kita tukang becak, jadi membatasi diri karena merasa tidak mampu membicarakan itu, padahal kan kita harus kritis apapun profesi kita," tutur pria kelahiran 10 September 1986 ini.

Baca juga: Tak Tahu Karyawannya Wisata ke Bromo hingga Kecelakaan, Dirut RSBS: Rumah Sakit Tidak Tahu

Literasi juga membuat antusiasme siswa-siswi SD untuk bersekolah tetap tinggi meski berada di wilayah perbatasan Indonesia–Malaysia.

Mereka adalah murid Sekolah Dasar Negeri (SDN) 004 Sungai Limau, Pulau Sebatik, Nunukan, Kalimantan Utara, 

Sebagian besar menempuh perjalanan sekitar dua kilometer untuk sampai ke sekolah.

Pantauan Kompas.com pada Senin (11/8/2025) pagi, para siswa sudah hadir sebelum upacara bendera dimulai pukul 07.00 WITA.

"Walau anak-anak kami tinggal di daerah perbatasan, namun mereka memiliki impian yang tidak terbatas," ujar Kepala SDN 004 Sungai Limau, Sittiara Razak (55).

Salah satu siswa, Amirun (12), kelas 5 SD, setiap hari diantar orang tuanya pukul 06.00 sebelum mereka berangkat bekerja di perkebunan kelapa sawit di Malaysia.

Demi tepat waktu, Amirun bangun pukul 04.00 WITA.

"Aku setiap hari diantar jam 06.00, bangunnya jam 04.00 supaya tidak telat. Setelah itu orang tuaku bekerja tapak kelapa," kata Amirun.

Ia bercita-cita menjadi polisi agar bisa membanggakan orang tua.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved