Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Jupriadi 16 Tahun Mengabdi Jadi Guru, Dipecat usai Ngaku Sambat Pesan Politik di Grup WA Sekolah

Jupriadi merupakan guru honorer di SMAN 10 Makassar, Sulawesi Selatan. Ia dipecat pada Maret 2023 setelah mengabdi selama 16 tahun di sekolah itu.

Editor: Torik Aqua
Tribun Kaltar
DIPECAT - Ilustrasi guru honorer sekolah negeri. Nasib Jupriadi malah dipecat usai sambat soal pesan politik di grup WA sekolah. Sudah 16 tahun mengabdi. 

TRIBUNJATIM.COM - Sosok Jupriadi atau Deng Joe, guru honorer yang dipecat setelah 16 tahun mengabdi di sekolah itu.

Jupriadi merupakan guru honorer di SMAN 10 Makassar, Sulawesi Selatan.

Ia dipecat pada Maret 2023 setelah mengabdi selama 16 tahun di sekolah itu.

Dia masuk menjadi guru pada tahun 2007 ketika SMAN 10 Makassar kekurangan guru mata pelajaran (mapel) Teknik Informatika.

Baca juga: Guru Curhat Gagal PPPK hingga Dipecat Setelah 16 Tahun Mengabdi, Ternyata Pernah Nyaleg

Saat itu, dia diminta mengajar tentang ilmu komputer.

Namun, ketika mapel Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dihapus dari kurikulum, Jupriadi dipindahtugaskan ke pengelolaan laboratorium komputer.

Pria itu mengurus jaringan, peralatan, dan membantu bagian tata usaha.

Dia kemudian menjadi operator utama program Smart School di SMAN 10 Makassar

Jupriadi aktif memenuhi kewajibannya selama bertahun-tahun.

Dia juga melakukan sosialisasi ke kelas-kelas.

Meski demikian, dia kerap mempertanyakan status dan kelayakan tugasnya sebagai operator Smart School.

Dia mengaku, tidak pernah mendapat tanggapan dari pihak sekolah ataupun Dinas Pendidikan.

Konflik mendera Jupriadi

Hidup Jupriadi dilanda konflik setelah ada pesan politik yang dikirim ke grup WhatsApp sekolah.

Jupriadi mengeluhkan pesan itu.

Dia mengatakan, grup pendidikan seharusnya tidak diwarnai oleh pesan politik

Setelah menyampaikan keluhannya, Jupriadi dikeluarkan dari grup.

Lalu, sehari kemudian dia dipanggil oleh Kepala Tata Usaha.

Jupriadi lalu menerima surat yang isinya adalah pemberitahuan bahwa dia telah dibebastugaskan. 

Jupriadi sangat kecewa dengan keluarnya surat itu.

“Saya pribadi tidak terima. Tidak pernah dipanggil sebelumnya, tidak ada SP 1 sampai SP 3,” ujar Jupriadi, Senin, (29/9/2025), dikutip dari Tribun Timur.

Dia mengeklaim, tidak pernah menjalani evaluasi kinerja. Di samping itu, dia mengaku sudah menjalankan tugasnya dengan baik.

Sekarang Jupriadi berharap, ada kejelasan dan keadilan atas statusnya.

Dia juga menginginkan adanya perlindungan untuk tenaga honorer yang sudah lama mengabdi.

Dia sempat berupaya mendaftar sebagai pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK) penuh waktu pada tahun 2024 dan paruh waktu pada tahun 2025.

Akan tetapi, upayanya itu tidak membuahkan hasil karena namanya sudah dihapus dari sistem Dapodik.

Tanggapan pihak sekolah

Kepala SMAN 10 Makassar Bahmansyur menanggapi viralnya kisah Jupriadi dipecat.

Bahmansyur mengatakan, Jupriadi mulai mengabdi sebagai guru sejak sekolah itu dipimpin Drs. Syamsu Alam.

Menurut Bahmansyur, Jupriadi tidak mempunyai Akta IV dan NUPTK (nomor unik pendidik dan tenaga kependidikan).

Selain itu, Jupriadi tidak tercatat dalam daftar hadir guru sejak Januari 2022.

“Selama tiga bulan terakhir, kami menilai tidak ada peningkatan dan perbaikan kinerja dari sisi kedisiplinan dan efektivitas pekerjaan,” kata Bahmansyur, Minggu, (28/9/2025).

Pihak sekolah kemudian memutuskan untuk membebastugaskan Jupriadi sejak 8 Maret 2023.

Adapun tugas terakhir Jupriadi adalah sebagai pengelola laboratorium komputer dan penanggung jawab Smart School.

Pernah menjadi caleg di Makassar

Jupriadi pernah maju sebagai calon anggota DPRD Kota Makassar tahun 2019.

Dia diusung oleh Partai Keadilan dan Persatuan (PKP) dan bertarung di Dapil IV Panakkukang-Manggala.

Menurutnya, tidak ada aturan yang melarang tenaga honorer untuk maju sebagai caleg.

Saat itu, Jupriadi mengaku, ingin memperjuangkan nasib guru honorer merupakan salah satu yang akan diperjuangkan Jupriadi jika terpilih sebagai anggota dewan.

Dia mengeklaim, memahami nasib guru honorer karena sudah belasan tahun melakoni pekerjaan itu.

“Saya sangat  ingin sekali memperjuangkan kawan kawan tenaga honorer yang ada di Kota Makassar karena guru honorer juga manusia butuh makan dan biaya transportasi, apalagi jika guru honorer tersebut sudah berkeluarga, tentu butuh kesejahteraan untuk menafkahi keluarganya,” katanya, Kamis, (23/11/2019).

Dalam upayanya menjadi anggota dewan, Jupriadi mengaku tidak didukung dana yang memadai.

Namun, dia yakin bahwa dengan ketulusan, kerja keras, dan sosialisasi secara di masyarakat, upayanya akan membuahkan hasil.

Akan tetapi, takdir berkata lain karena dia pada akhirnya gagal.

Sebagian artikel ini telah tayang di Tribun-Timur.com 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved