Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Sosok Rizky Lulus S3 UGM di Usia 25 Tahun, Bongkar Tips Lulus Doktor Fisika dengan Cepat

Inilah Rizky Aflaha, mahasiswa Program Studi Doktor Fisika FMIPA UGM yang lulus dengan predikat doktor termuda di usia 25 tahun

Editor: Ani Susanti
Dok UGM
Inilah sosok Rizky Aflaha, mahasiswa Program Studi Doktor Fisika FMIPA UGM atau Universitas Gadjah Mada yang lulus dengan predikat doktor termuda di usia 25 tahun 10 bulan 1 hari. 

TRIBUNJATIM.COM - Inilah sosok Rizky Aflaha, mahasiswa Program Studi Doktor Fisika FMIPA UGM atau Universitas Gadjah Mada yang lulus dengan predikat doktor termuda di usia 25 tahun 10 bulan 1 hari.

Baru-baru ini, UGM baru saja mewisuda para lulusan S1, S2, sampai S3.

Pada wisudawan doktor (S3), rata-rata usia lulusan Program Doktor adalah 41 tahun 6 bulan 15 hari.

Tetapi, Rizky menjadi satu anak muda yang justru lulus S3 dengan usia 25 tahun.

Rizky bahkan mendapatkan gelar cumlaude.

Terpaut hampir 16 tahun dari rata-rata usia lulusan doktor, pencapaian Rizky bukanlah hasil dari program akselerasi formal melainkan strategi dan pemanfaatan peluang beasiswa.

Rizky menjelaskan bahwa kunci utamanya adalah pemanfaatan beasiswa jalur cepat PMDSU setelah menyelesaikan studi sarjananya dalam 7 semester.

“Program magister hanya satu tahun dan doktor tiga tahun. Maka dari itu, saya dapat gelar lebih muda dibanding yang lain,” ungkapnya, dilansir dari laman UGM.

Menurut Rizky keberhasilannya lulus di usia muda dikarenakan mendaftar program akselerasi. Perjalanannya sebagai seorang peneliti muda bukan tanpa tantangan.

Ia mengaku sempat dipandang sebelah mata karena usianya yang terpaut jauh dari rekan-rekan. Namun, keraguan tersebut ia jawab tuntas dengan produktivitas akademik yang luar biasa.

“Awalnya sempat merasa dipandang sebelah mata karena masih muda. Sampai akhirnya perlahan-lahan aku mulai menunjukkan diri bahwa aku bisa dan alhamdulillah terhitung dari mulai studi doktor sampai hari ini sudah melahirkan 40 publikasi internasional, padahal syarat lulusnya hanya 2,” ungkapnya.

Baca juga: Tegar Kuliah Gratis di Kedokteran UGM dengan IPK Sempurna Meski Tanpa Orang Tua, Kakek Nenek Berjasa

Di balik kesuksesannya, Rizky memberikan penghargaan tertinggi kepada promotornya, yakni Prof. Kuwat Triyana, Prof. Roto dan Dr. Aditya Rianjanu.

Ia merasa sangat terbantu oleh bimbingan ketiganya.

“Beliau memberi arahan dari mulai hal-hal kecil, mulai dari membuat roadmap riset, desain riset, menulis jurnal internasional, sampai hal-hal seperti penyajian gambar yang bagus di jurnal.” tuturnya. 

Rizky harus mengatur manajemen waktu dengan baik.

“Aku tidak bermain game online dan tidak terlalu banyak menghabiskan waktu bermain sosmed sehingga aku mengalihkannya ke berbagai kegiatan, misalnya bulu tangkis, organisasi, dan naik gunung. Bahkan, sepertinya orang-orang di Jogja lebih mengenalku sebagai atlet bulu tangkis ketimbang mahasiswa doktor,” kelakarnya.

Ia menekankan pentingnya modal untuk selalu menumbuhkan sikap optimis dan percaya diri dengan melaksanakan tugas akademik dan riset.

“Kita hanya perlu percaya diri. Melalui percaya diri, kita akan banyak mendapatkan kesempatan untuk meningkatkan kapasitas lebih jauh. Sebaliknya, seberbakat apapun kita, kalau tidak percaya diri, maka tidak akan kemana-kemana.” pungkasnya.

Baca juga: Demi Biayai Anak Sekolah di UGM, Nunung Rela Jadi Driver Ojol, Tiap Bulan Bayar Cicilan Rp2,4 Juta

Kisah inspiratif lainnya datang dari Tegar Inang Pratama, yang sukses diterima Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM).

Pemuda ini sejak kecil diasuh oleh kakek dan neneknya.

Meski tumbuh dalam keterbatasan, Tegar berhasil diterima Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (UGM).

Ia juga terus mencatat prestasi akademik dengan meraih IPK sempurna setiap semester.

Tegar sangat bersyukur bisa mendapat beasiswa kuliah kedokteran, ia merupakan penerima KIP Kuliah.

“Saya sadar bahwa dana KIP (Kartu Indonesia Pintar, red) Kuliah itu berasal dari masyarakat, dan selayaknya manfaatnya juga ke masyarakat,” ucap mahasiswa Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan UGM tersebut, dilansir dari laman Kemdiktisaintek, Rabu (15/10/2025).

Perjalanan hidup sejak kecil menuntun mimi besarnya menjadi seorang dokter.

Melalui tontonan masa kecilnya tentang anime medis, cita-cita Tegar pun mulai dirajut.

 “Menonton anime medis, di sana berkembang rasa kepedulian saya untuk bisa berguna, dan bermanfaat untuk banyak orang, saya suka untuk menolong sesama,” katanya.

Tegar menyadari bahwa masa depannya hanya bisa dibangun dari kerja keras dan doa.

“Saya bukan orang yang punya privilege. Jadi saya belajar untuk tidak menyerah. Kalau bukan saya yang berjuang untuk masa depan saya, siapa lagi,” katanya.

Ia selalu bertekad untuk selalu optimal dalam mengejar mimpinya.

Hingga akhirnya ia berhasil masuk UGM melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN 2022).

Namun, nama seleksi ini telah berubah. Saat ini, jalur undangan tersebut dikenal sebagai SNBP (Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi).

Kini, Tegar duduk di semester tujuh perkuliahan.

Baginya, ini bukan perjalanan mudah. Ritme akademik kedokteran yang padat, ujian tiap dua pekan, dan tumpukan bahan belajar tidak menyurutkan semangatnya.

Tantangan utama baginya adalah mengatur waktu dan menjaga semangat, sesuatu yang ia atasi dengan disiplin dan tekad luar biasa.

“Biasanya saya langsung fokus pada jadwal kuliah saya, kemudian setelah itu saya akan menuliskan pada seminggu ke depan, saya ingin melakukan kegiatan apa, dan saya mau belajar di mana,” ungkap Tegar.

Baca juga: Pantas Ayi Anak Penjual Pulsa yang Masuk ITB Gratis Punya Banyak Medali, Dosen: 2 Dinding Tak Muat

Tegar membuktikan bahwa penerima KIP Kuliah bukan hanya penerima manfaat, tapi juga pemberi manfaat.

Selama kuliah, ia aktif dalam kegiatan sosial dan relawan.

Selain itu, ia juga menjadi panutan di lingkungan kampus karena prestasi akademiknya yang luar biasa.

Ia konsisten meraih Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) sempurna (4,00) sejak awal perjalannnya di tahun 2022.

Selain itu, ekosistem belajar yang positif menjadi sesuatu yang ingin ditularkannya kepada mahasiswa lain di Indonesia.

 Kisah inspiratif datang dari Tegar Inang Pratama, seorang pemuda yang sejak kecil diasuh oleh kakek dan neneknya. Kini ia kuliah gratis kedokteran dan konsisten raih IPK sempurna. (Tribunnews.com)
“Saya mencoba untuk mempertahankan lingkungan akademis itu. Teman-teman saya, jadi setiap kami ketemu, topik obrolan kami sudah belajar sampai mana, terus saling cross check materi satu sama lain,” kata Tegar.

“Bagi saya, arti KIP Kuliah adalah sebuah nyawa,” lanjutnya.

Berkat KIP Kuliah, ia bisa melanjutkan pendidikan kedokteran tanpa terbebani biaya besar yang kerap menjadi penghalang bagi banyak siswwa berpotensi dari keluarga sederhana.

Ia mengaku tidak menyangka bisa kuliah kedokteran secara gratis.

“Ketika lolos KIP Kuliah, ya enggak nyangka juga sih, soalnya siapa yang nyangka kuliah kedokteran gratis, sampai jadi dokter, dan enggak cuma saya, mungkin orang-orang di sekitar saya pun juga kaget,” ujar Tegar.

Baca juga: Perjuangan Risma dan Sofi, Anak Pedagang Pasar & Tukang Las Lolos di ITB, Beri Pesan untuk Anak Muda

KIP Kuliah membantunya untuk memperoleh alat-alat penunjang belajar seperti stetoskop, tensimeter, penlight, dan perangkat belajar digital, yang menjadi sarana penting dalam perkuliahan dan praktik kedokteran.

Selain itu, KIP Kuliah membuka jalan Tegar untuk berkarya dan berkontribusi.

Ia dan rekan-rekannya turun langsung ke masyarakat untuk mengedukasi warga mengenai kesehatan dasar.

Ia berkomitmen bahwa kesempatan yang didapat, harus dioptimalkan.

Di tengah kesibukan sebagai mahasiswa kedokteran, Ia mengikuti berbagai kegiatan, organisasi, pengabdian dan relawan, baik di lingkungan kampus, hingga kolaborasi dengan pemerintah daerah dan pusat.

Melalui kisahnya, Tegar menginspirasi ribuan mahasiswa di Indonesia untuk tidak takut bermimpi besar. Semangat ini, tidak hanya berhenti di dirinya, namun harapannya bagi seluruh anak bangsa yang selama ini takut bercita-cita di tengah tantangan keterbatasan.

“Jangan takut bermimpi jadi orang sukses, karena selalu ada jalan bagi mereka yang berani bermimpi,” pesan Tegar.

Kesadaran itu menjelma menjadi prinsip hidupnya bahwa KIP Kuliah  bukan sekadar hak, tapi amanah.

Bisa mempertahan IPK 4,00 selama tujuh semester berturut-turur tentu bukan hal yang mudah.

Tegar mengatakan kuncinya mendapatkan IPK sempurna adalah manajemen waktu.

"Setiap minggu kita harus tahu mau ngapain aja. Kalau belajar mau di mana, jam berapa, bobotnya berapa, terus sehari kita sanggupnya berapa," ujar Tegar dalam video di akun Instagram dosen ITB Imam Santoso, @santosoim dikutip Rabu (15/10/2025).

Setelah membuat jadwal belajar teratur, ia menambahkan perlu konsistensi dalam menerapkannya.

Selain itu, menurut Tegar lingkungan pertemanan sangat berpengaruh. Seperti lingkungan yang bahasannya akademis.

"Setiap kita ketemu itu ngomonginnya udah belajar sampai mana, terus yang enggak paham materinya apa," ucap Tegar.

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved