Berita Viral
Akibat Mengoplos Pertamax dengan Pertalite, Bagian Mesin Bakal Terdampak, Tak Langsung Terasa
Selain itu, risiko knocking dari mesin juga meningkat dan jika dibiarkan terus-menerus, bisa menyebabkan kerusakan pada komponen mesin.
Ringkasan Berita:
TRIBUNJATIM.COM - Sebaiknya jangan mencampur BBM Pertamax dengan Pertalite.
Biasanya, pencampuran ini dilakukan karena untuk menghemat biaya BBM tapi tak ingin mengorbankan performa mesin.
Tak hanya itu, ada juga yang terpaksa mencampur karena ketersediaan di antara dua BBM tersebut.
Lalu, apa dampak jika mencampur Pertamax dan Pertalite pada mesin kendaraan?
Baca juga: Setelah Pertalite, Kini Warga Tuban Keluhkan Kualitas Pertamax, Sebut Motor Berat dan Susah Digas
Dosen teknik mesin Universitas Gadjah Mada (UGM) Jayan Sentanuhady mengatakan, pencampuran kedua jenis bahan bakar tersebut akan menghasilkan nilai oktan di tengah-tengah, sekitar Research Octane Number (RON) 91.
Hal ini tentu tidak sesuai dengan standar masing-masing bensin.
Akibatnya, kualitas pembakaran menurun dan performa mesin bisa terganggu.
“Kalau 50 banding 50, jadi RON 91,” katanya kepada Kompas.com, belum lama ini.
Pertalite memiliki angka oktan 90 (RON 90).
Sedangkan Pertamax memiliki angka oktan 92 (RON 92).
Apabila pengendara biasanya memakai bensin Pertalite, performa mesin kendaraannya menjadi lebih baik.
Sebaliknya, jika seorang pengendara biasanya menggunakan Pertamax untuk kendaraannya, bensin oplosan tersebut justru merugikan.
“Kalau oktan lebih rendah, dampaknya ke mesin dan juga emisi,” katanya.
Ia juga menjelaskan, campuran Pertamax dan Pertalite dapat menyebabkan emisi memburuk atau efisiensi pembakaran menurun.
Selain itu, risiko knocking dari mesin juga meningkat dan jika dibiarkan terus-menerus, bisa menyebabkan kerusakan pada komponen mesin.
"Knocking itu suara gemerutuk dari dalam ruang bakar. Kalau berlangsung terus menerus, bisa membuat mesin jadi rusak," ucap Jayan.
Meski begitu, Jayan menambahkan, mesin modern umumnya sudah lebih adaptif terhadap variasi bahan bakar.
Sehingga efek negatifnya mungkin tidak langsung terasa.
Namun tetap tidak disarankan mencampur Pertamax dan Pertalite secara sengaja.
"Tidak akan ada masalah karena mesin modern biasanya sudah adaptif terhadap bahan bakar," katanya.
Menteri ESDM sempat membahas soal etanol di tengah keluhan warga soal Pertalite
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menghadiri Pembukaan Tanwir Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) bertema 'Energi Kolektif untuk Negeri,' di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Jawa Timur, Rabu (29/10/2025).
Kedatangannya menjadi pusat perhatian mahasiswa yang hadir.
Sebelum Bahlil datang, Bahlil sudah mendapatkan sorakan dari mahasiswa UMM saat namanya disebutkan.
Sosok Bahlil tampaknya menjadi daya tarik mahasiswa dalam kegiatan ini.
Terlihat dari kapasitas UMM yang hampir terisi penuh oleh mahasiswa UMM yang hadir dalam kegiatan itu.
Suasana pun pecah ketika Bahlil datang. Mahasiswa pun bersorak.
Banyak yang meminta foto ketika Bahlil hendak menuju tempat duduknya di dalam Dome UMM.
Ada pula mahasiswa yang memegang poster untuk mengkritisi arah kebijakan dari Menteri ESDM itu.
Bahlil tampaknya menjadi magnet dalam kegiatan ini.
Meskipun ada sejumlah pejabat yang turut hadir, di antaranya ialah Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, Ketua DPD RI, Sultan Bachtiar hingga Penasihat Khusus Presiden Bidang Haji, Prof Dr Muhadjir Effendy, dan Rektor UMM Prof Dr Nazaruddin Malik.
Baca juga: Bahlil Lahadalia Buka Suara Terkait Kasus Dugaan BBM Bermasalah di Jatim, Turunkan Tim Khusus
Dalam orasi ilmiahnya, Bahlil menyoroti persoalan energi yang tengah dihadapi Indonesia.
Ia menegaskan, pemerintah tidak sedang berbicara soal oplos bensin, melainkan tengah mengembangkan etanol sebagai bahan bakar alternatif yang lebih ramah lingkungan dan berbasis pada kekayaan alam Indonesia.
"Saya tegaskan, kita tidak bicara soal oplos bensin. Yang sedang kami kembangkan adalah etanol, energi bersih yang bisa dibuat dari jagung dan singkong," ujarnya.
"Ini bukan akal-akalan, tapi langkah nyata agar Indonesia tidak terus bergantung pada impor," katanya.
Bahlil menjelaskan, etanol merupakan bentuk bahan bakar bioenergi yang mampu menggantikan sebagian kebutuhan bensin, sekaligus mengurangi emisi karbon.
Ia mencontohkan negara seperti Brazil dan India yang telah sukses mengembangkan industri etanol, sehingga dapat menekan biaya impor bahan bakar dan meningkatkan nilai ekonomi pertanian.
Kalau serius dalam mengembangkan etanol, menurut Bahlil, petani akan diuntungkan, lapangan kerja bertambah, dan devisa negara bisa diselamatkan.
"Ini tinggal keseriusan saja, maka Indonesia akan punya potensi itu, tinggal kemauan dan keberanian untuk mengeksekusinya," ucapnya.
Baca juga: Emak-emak di Surabaya Keluhkan Motor Brebet Usai Isi Pertalite, Ada 5 Persyaratan Ajukan Klaim
Lebih lanjut, ia menegaskan, Indonesia memiliki bahan baku melimpah untuk memproduksi etanol, terutama dari hasil pertanian.
Karena itu, ia mendorong agar riset dan inovasi di perguruan tinggi terus dikembangkan guna memperkuat ketahanan energi nasional.
"Saya ingin mahasiswa, termasuk kader IMM, ikut terlibat dalam pengembangan energi alternatif ini," ujarnya.
"Jangan biarkan potensi negeri ini diambil alih pihak luar karena kita ragu untuk mulai," tambahnya.
Sementara itu, Rektor UMM, Prof Dr Nazaruddin Malik, menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya Tanwir IMM.
Ia menilai forum ini bukan sekadar pertemuan organisasi, melainkan ruang strategis untuk mengkonsolidasikan gagasan besar tentang masa depan Indonesia.
"Tanwir IMM bukan sekadar forum seremonial, melainkan momentum untuk meneguhkan peran mahasiswa sebagai penggerak perubahan," ujarnya.
"Kami di UMM berkomitmen mendukung lahirnya generasi muda yang berani, cerdas, dan siap memimpin masa depan Indonesia," tandasnya.
Kedatangan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia mendapat perhatian mahasiswa di tengah ramainya keluhan terkait kualitas Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis Pertalite.
Banyak masyarakat Jawa Timur yang mengaku kendaraannya 'brebet' bahkan mogok usai mengisi Pertalite di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU).
Kejadian ini terjadi di sejumlah daerah, yakni di Malang, Lamongan, Gresik, Surabaya, Sidoarjo, Tuban, dan sejumlah daerah lainnya di Jatim.
Dalam wawancara, Bahlil Lahadalia menegaskan, pemerintah telah menurunkan tim khusus untuk menyelidiki dugaan kasus BBM bermasalah yang menyebabkan sejumlah kendaraan rusak.
Pernyataan itu disampaikan Bahlil usai menghadiri Pembukaan Tanwir Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Jawa Timur, Rabu (29/10/2025).
"Begitu saya mendarat, saya langsung panggil Dirut Pertamina Patra Niaga, BPH Migas, dan Lemigas untuk menerima laporan langsung," kata Bahlil.
"Sekarang tim saya masih berada di daerah sini, nanti saya akan rapat dengan mereka di bandara," tambahnya.
Bahlil menegaskan, pemerintah tidak akan tinggal diam apabila ditemukan kesalahan dari pihak Pertamina.
Ia memastikan sanksi tegas akan diberikan bila terbukti ada pelanggaran dalam distribusi atau kualitas BBM.
"Kalau ditemukan ada pelanggaran yang dilakukan oleh Pertamina, maka pemerintah akan memberikan sanksi tegas," ujarnya.
"Tapi semuanya masih dalam proses. Kita harus cek dulu kebenarannya tentang kualitas minyaknya,” ujarnya.
Bahlil menyebut, hasil uji laboratorium Lemigas terkait kualitas BBM yang diduga bermasalah di Jawa Timur akan keluar dalam 1–2 hari ke depan.
Ia meminta masyarakat bersabar dan tidak berspekulasi sebelum hasil tersebut diumumkan resmi.
"Saya belum bisa menyimpulkan benar atau tidaknya. Kita tunggu hasil kajian dari tim," ujarnya.
"Paling lama saya butuh waktu 1–2 hari, besok saya akan langsung memimpin rapat di Jakarta," tegasnya.
Adapun tim investigasi yang diturunkan terdiri dari perwakilan Ditjen Migas, Lemigas, BPH Migas, dan Pertamina Patra Niaga.
Mereka akan memeriksa rantai distribusi BBM, mulai dari sumber hingga ke SPBU, untuk mencari tahu di mana letak persoalan sebenarnya.
Sementara itu, ketika ditanya soal skema ganti rugi bagi masyarakat yang kendaraannya terdampak, Bahlil mengatakan hal itu baru bisa dibahas setelah hasil penyelidikan keluar.
"Nanti kami akan melakukan pertemuan dengan Pertamina baru akan kami cek," ujarnya.
"Kalau memang benar rusak, nanti saya minta kepada Pertamina untuk membenahi semuanya," tandasnya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com
| Panik Aplikasi Tak Bisa Diakses, Pria ini Kaget Saldonya Raib Rp 10 Juta, Terungkap Kelakuan Teman |
|
|---|
| Viral Kakek 110 Tahun Nikahi Gadis 27 Tahun, ini Kerugian dan Keuntungan Punya Pasangan Lebih Tua |
|
|---|
| 15 Tahun Ngajar, Achmad Siswanto Lega Akhirnya Diangkat Jadi Dosen ASN PPK: Awal yang Baru |
|
|---|
| Sarno Syok Temukan Kerangka Mbah Sarmi saat Mencari Pakan Ternak, Dicari Keluarga Berminggu-minggu |
|
|---|
| Sutia Penjual Sayur Lemas Uang Rp 6 Juta Hasil Utang Bank Keliling Raib, Pilih Tak Lapor Polisi |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jatim/foto/bank/originals/BBM-Pertamax-Pertalite-Bio-Solar-dan-Pertamina-Dex-SPBU-Pertamina.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.