Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Awal Yanti Tahu Anaknya Jadi Korban Bully hingga Sering Linglung, Pelaku Ogah Tanggung Jawab Penuh

Seorang siswa SMPN menjadi korban bullying oleh teman sekelasnya. Ibu korban pun tak terima atas apa yang dialami anaknya.

Penulis: Ani Susanti | Editor: Ani Susanti
Freepik via Kompas.com
KASUS SISWA DIBULLY - Foto ilustrasi terkait berita siswa SMPN di Tangerang Selatan berinisial MH (13) diduga menjadi korban bullying oleh teman sekelasnya. Ibu korban, Yanti (37), mengatakan dugaan perundungan terhadap anaknya bukan kali pertama terjadi. 
Ringkasan Berita:
  • Kasus bullying yang dialami siswa SMPN di Tangerang Selatan terkuak
  • Orangtua korban mengungkap awal mula ia curiga anaknya jadi korban bully
  • Penjelasan pihak sekolah dan sikap orangtua pelaku yang janji tanggung jawab

TRIBUNJATIM.COM - Seorang siswa SMPN menjadi korban bullying oleh teman sekelasnya.

Ibu korban pun tak terima atas apa yang dialami anaknya.

Diketahui, siswa SMPN di Tangerang Selatan yang diduga menjadi korban bully berinisial MH (13).

Ibu korban, Yanti (37), mengatakan hal ini bukan kali pertama dialami anaknya.

Baca juga: Anak Kepsek Bully Siswi Gegara Piket, Rasjudin Keluarkan Putrinya Sendiri dari Sekolah: Saya Tegas

Yanti mengatakan, sang anak mengalami kekerasan sejak masa Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS).

“Awal dari MPLS udah kena juga dia, ditabokin sampai tiga kali," ujar Yanti ditemui di Serpong, Tangerang Selatan, Senin (10/11/2025), melansir dari Kompas.com.

Sejak masa itu, sang anak diduga mengalami intimidasi, salah satunya adalah pemukulan.

Puncak kejadian itu terjadi pada Senin (20/10/2025). Ia mengatakan, MH mengalami kekerasan sesama temannya dengan dipukul menggunakan kursi besi.

"Sering ditusukin sama sedotan tangannya. Kalau lagi belajar, ditendang lengannya. Asal nulis ditendang, sama punggungnya itu dipukul," kata Yanti.

Ia mengaku baru mengetahui kejadian itu setelah sang anak menunjukkan gejala aneh pada tubuhnya, Selasa (21/10/2025).

Yanti Curiga Anak Sering Lingung

Yanti mengaku selalu melihat sang anak selalu dalam kondisi linglung saat sedang berjalan.

Bahkan, ia melihat ada yang aneh pada mata korban.

"Jadi pas kejadian itu hari Senin, dia gak langsung bilang, Selasa juga masih sekolah, karena hari itu saya juga abis keluar dari ruang ICU, dia takut," kata dia.

"Terus saya tanya lagi, 'Abang kenapa?' terus dia bilang 'tapi mama jangan kaget, jangan takut, jangan nyesek. Aku dijedotin sama temen aku'," sambung dia.

Setelah pengakuan itu, Yanti kaget dan segera menghubungi pihak sekolah untuk melaporkan dugaan kekerasan tersebut.

Pada Rabu (22/10/2025), kakak sepupu korban, Rizky Fauzi (29), mengatakan, keluarga korban sudah melakukan mediasi dengan keluarga teman yang diduga memukuli korban.

Pertemuan itu dijembatani oleh pihak sekolah.

Dalam pertemuan itu, keluarga pelaku sudah berjanji akan membiayai pengobatan korban hingga sembuh.

“Awalnya pihak pelaku mau tanggung jawab penuh. Tapi waktu korban dibawa ke Fatmawati, keluarga pelaku malah lepas tangan, sampai nyuruh orangtua korban cari pinjaman uang sendiri,” kata Rizky.

Merasa kesal dengan tindakan keluarga terduga pelaku. Rizky pun langsung mengadu peristiwa itu ke pihak sekolah, namun justru mereka diminta untuk melaporkannya langsung ke Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Tangsel.

"Bukannya membantu gimana caranya korban pulih tapi malah nyuruh kita ke pihak pendidikan," jelas dia.

Baca juga: Nasib Siswa SMP Dipukuli Tapi Teman-teman Malah Provokasi, Kepsek Minta Maaf: Saya Jamin Keamanannya

Menurut Rizky, dugaan perundungan itu terjadi saat jam istirahat sekolah.

Pelaku disebut merupakan teman sekelas korban.

Kepala Sekolah SMPN di Tangerang Selatan, Firda, membenarkan, pihaknya telah melakukan mediasi pada 22 Oktober 2025.

Dalam pertemuan itu, kedua belah pihak disebut sudah mencapai kesepakatan.

“Sudah ada kesepakatan, pihak pelaku bertanggung jawab untuk biaya pengobatan korban,” ujar Firda.

Sementara itu, guru Bimbingan Konseling (BK) SMPN Tangsel, Sriwida, menyebut kejadian dugaan kekerasan terjadi pada 20 Oktober 2025 sekitar pukul 09.00 WIB, setelah jam istirahat.

Baca juga: Siswa SDN 22 Desa Rias Meninggal Dunia usai Jadi Korban Bully, Kepsek dan Guru Terancam Dipecat

Saat peristiwa itu, Sriwida mengatakan, tidak ada laporan atau aduan dari siswa yang bersangkutan.

Baik korban maupun temannya yang melakukan perundungan masih sekolah seperti biasa sampai tanggal 21 Oktober 2025.

Tetapi, pihak sekolah baru mendapat informasi dari orangtua korban pada sore hari tanggal 21 Oktober 2025. Setelah itu, mediasi dilakukan pada 22 Oktober 2025.

“Kami sempat menerima hasil CT scan dari keluarga, dan hasilnya normal. Tapi kondisi korban saat ini kami belum tahu pasti karena masih dirawat,” jelas dia.

Hingga kini, korban masih menjalani perawatan intensif di RSUP Fatmawati.

Keluarga berharap kondisi korban segera pulih dan kasus ini mendapat perhatian dari pihak berwenang.

“Yang kami inginkan sekarang cuma kesembuhan adik saya. Itu saja,” kata Rizki.

Apa yang Harus Dilakukan Orangtua Jika Anak Jadi Korban Bullying?

Pasti kesal dan sedih rasanya kalau buah hati menjadi korban tindakan yang tidak semestinya di sekolah.

Nah, berikut tips yang bisa ibu dan ayah lakukan jika anak menjadi korban bullying, melansir dari laman HaloDoc:

1. Jeli Melihat Tanda-tandanya

Sayangnya, tidak semua anak akan bercerita pada orangtuanya jika mengalami tindakan tidak menyenangkan di sekolah. Umumnya, mereka lebih memilih merahasiakannya.

Artinya, ibu harus pandai mengenali tanda anak mengalami bullying, seperti anak terlihat murung atau sangat ketakutan jika disuruh pergi ke sekolah, seperti dilansir dari KidsHealth.

Jika benar bahwa anak telah di-bully, dengan pelan-pelan minta ia agar mau menceritakan kejadian yang sebenarnya. Ibu dapat mengambil tindakan yang tepat untuk mengatasi situasi tersebut, namun hindari mendorong anak membalas pelaku bully.

Baca juga: Bikin Siswa Akhiri Hidup, Guru Fisika Ngotot Tak Bully, Ucapannya Bikin Ayah Korban Bergetar Emosi

2. Beri Tahu Pihak Sekolah

Setelah mengetahui anak menjadi korban bullying, segera bicarakan masalah ini dengan pihak sekolah seperti guru atau kepala sekolah untuk sama-sama mencari solusinya. Hindari terbawa emosi, namun tetap fokuskan semuanya bertujuan agar anak mendapatkan keamanan.

Pasalnya, sebagian besar kasus bullying justru tidak diketahui oleh pihak sekolah, karena anak-anak pelaku bully baru mulai beraksi saat tidak ada guru di sekitarnya, seperti ketika sedang jam istirahat atau pulang sekolah.

3. Arahkan Anak Menghadapi Pelaku Bully

Beritahu anak bagaimana harus bersikap di depan pelaku bully. Si Kecil tidak boleh malu, minder, atau takut saat berhadapan dengan anak-anak nakal pelaku bully. Sebaliknya, mereka harus berani berkata kepada pelaku “berhenti mengejekku”, “diam”, dan “hentikan”. 

Laman BullyingUK menyarankan, orangtua untuk meyakinkan sang buah hati bahwa hal ini bukan kesalahan mereka. Mengalami bullying bukan berarti Si Kecil adalah anak yang lemah, pelaku tidak selalu adalah anak yang lebih kuat atau dominan. Jadi, penting untuk tetap membuat anak merasa percaya diri. 

Baca juga: Siswi MTs Dikeluarkan dari Sekolah karena Bully Teman, Tak Terima Diadukan ke Guru saat Bolos Kelas

4. Pantau Terus Keadaan Anak

Jangan menyerah ketika anak merengek tidak ingin sekolah karena menjadi korban bullying. Sebaliknya, tetap dukung sang buah hati untuk pergi ke sekolah, tetapi pastikan tetap memantau keadaan anak dengan aktif bertanya, seperti “Bagaimana hari ini?”, “Apakah anak itu masih melakukan bullying?”, “Lalu apa yang kamu lakukan saat mereka melakukan itu?”, dan lain-lain.

Jika memang diperlukan, ibu bisa meminta bantuan ahli psikologi anak melalui aplikasi Halodoc. Ceritakan saja masalah ibu pada dokter melalui fitur chat dengan dokter, tidak akan lama, dokter akan membantu ibu menemukan solusi terbaiknya. Apa pun masalah kesehatan ibu, percayakan saja pada Halodoc. 

5. Pindah Sekolah

Jika masalah bullying terus berlanjut dan kondisi anak semakin parah, maka ibu bisa memikirkan untuk memikirkan solusi lainnya, seperti memindahkan anak ke sekolah baru atau mengganti konsep belajarnya menjadi belajar di rumah (homeschooling) untuk sementara waktu.

Pada intinya, jangan pernah sepelekan bullying pada anak. Hal ini bisa menyebabkan trauma anak akibat bullying bisa terbawa hingga ia dewasa dan memengaruhi kehidupannya nantinya.

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved