Berita Viral
Spanduk Sindir Kepsek SD 'Perusak Rumah Tangga' Dipasang di Gerbang Sekolah, Warga Heran: Kok Aneh
Spanduk bernada sensitif tersebut menghebohkan masyarakat karena dikaitkan kepsek salah satu SD Negeri di Kota Pekalongan, Jawa Tengah.
Ringkasan Berita:
- Spanduk bernada sensitif tersebut menghebohkan masyarakat karena dikaitkan kepsek salah satu SD Negeri di Kota Pekalongan, Jawa Tengah.
- Warga heran karena tak tahu siapa dan kapan spanduk tersebut dipasang.
TRIBUNJATIM.COM - Masyarakat digegerkan dengan pemasangan spanduk bernada sensitif yang dikaitkan salah satu SD Negeri di Kota Pekalongan, Jawa Tengah.
Adapun spanduk bernada sensitif tersebut viral di media sosial di Kota Pekalongan, seperti yang diunggah akun IG @beritapekalongan1.
Baca juga: Dituduh Ambil Rp11 Juta dari Iuran Komite Sekolah, Guru Abdul Muis Luruskan: Inisiatif Orang Tua
Spanduk tersebut bertuliskan 'Bermodal Tampan Berbadan Atletis Oknum Kepala Sekolah Sering Merusak Rumah tangga Orang Lain'.
Selain itu, dalam spanduk juga ada tulisan berbahasa Jawa.
Tulisan tersebut adalah 'Dikeloni dan Diutangi Duit'e. Kasihan Anak-anak Korban Selingkuhane Menjadi Anak Broken Home'.
Pada spanduk juga diakhiri kalimat 'TURUNKAN KEPALA SEKOLAH BERMENTAL BOBROK'.
Dindik Kota Pekalongan telah bergerak setelah menerima laporan dan melihat ramainya pembahasan di media sosial terkait foto spanduk bernada sensitif yang mencatut salah satu SD Negeri.
Plt Kepala Dindik Kota Pekalongan, Mabruri menyampaikan, pihaknya telah mendatangi sekolah tersebut dan meminta keterangan secara langsung.
"Tidak ada satu pun yang mengetahui soal spanduk itu," ujar Mabruri, Rabu (19/11/2025), melansir Tribun Jateng.
"Tidak terlihat kapan dipasang, tidak tahu kapan dilepas, bahkan penjaga sekolah yang datang paling pagi pun tidak menemukannya," imbuh dia
"Jadi ini benar-benar spanduk misterius," tutur Mabruri.
Menindaklanjuti situasi tersebut, Dindik bersama Bhabinkamtibmas, kepala sekolah, guru, dan pihak kelurahan menggelar pertemuan untuk menentukan langkah yang tepat.
Menurut Mabruri, isu yang menyasar lingkungan sekolah ini sangat sensitif karena berdampak langsung pada ketenangan anak-anak dan kepercayaan orang tua.
"Kami berharap kondisi cepat mereda. Citra sekolah itu dibangun dengan susah payah," kata Mabruri.
"Apalagi sekolah ini sedang berkembang, jumlah siswanya meningkat. Situasi seperti ini tentu bisa berpengaruh," ucapnya.
Saat ini, Dindik terus berkoordinasi dengan pihak kelurahan, aparat keamanan, dan sekolah sembari tetap membuka ruang komunikasi dengan masyarakat.
Mabruri menegaskan, jika memang ada pihak yang tidak puas terhadap kepala sekolah, seharusnya penyampaian dilakukan secara resmi.
"Kami sangat terbuka. Jika ada aspirasi atau ketidakpuasan, sampaikan langsung ke dinas."
"Jangan memasang spanduk di fasilitas pemerintah dengan konten sensitif, apalagi tanpa legalitas dan tidak jelas siapa yang memasang," tegasnya.
Terkait kemungkinan adanya aduan terhadap kepala sekolah, Mabruri menyebut bahwa pihaknya telah berkoordinasi dengan BKPSDM sebagai langkah antisipasi.
"Jika ada laporan resmi, tentu prosedur kepegawaian akan dijalankan."
"Untuk saat ini, kami pasang telinga dulu," pungkasnya.
Baca juga: Panut Kaget Malam Hari Dengar Suara Ayam di Kandangnya, Ternyata Ada Bahaya Mengancam: Belum Dimakan
Terpisah, Alimin (53), warga RT 04 RW 03 Kelurahan Kalibaros yang tinggal paling dekat dengan lokasi sekolah mengatakan, tidak ada satu pun warga yang melihat proses pemasangan spanduk tersebut.
"Tidak ada yang tahu sama sekali. Lingkungan sini memang sepi, jalannya juga sepi."
"Pada Sabtu pekan lalu di sekolah ada kegiatan sampai sore hari, Minggu di sebelah SD ada acara hajatan, jadi warga ramai di situ."
"Tapi soal pemasangan spanduk, tidak ada yang mengetahui," ujar Alimin.
Dia menuturkan, informasi terkait munculnya spanduk tersebut justru pertama kali dia dapatkan dari penjaga sekolah pada Senin (17/11/2025), sekitar pukul 10.00 WIB.
"Saya baru tahu dari penjaga sekolah. Itu pun setelah dikonfirmasi."
"Saya sebagai warga dekat sekolah tidak mendapat informasi apapun sebelumnya," katanya.
Menurutnya, warga justru mengetahui keberadaan spanduk tersebut setelah melihat unggahan di media sosial.
"Saya juga baru dengar tadi dari penjaga sekolah, lalu melihat dari di Instagram."
"Jadi heran saja, kok aneh, kok tidak ada yang tahu sama sekali," tambahnya.
Mengenal Kelurahan Kalibaros
Peristiwa ini terjadi di Kelurahan Kalibaros, Kecamatan Pekalongan Timur, Kota Pekalongan, Jawa Tengah, yang diketahui memiliki budaya serta kulturnya sendiri.
Secara sosial, Kelurahan Kalibaros juga pernah menjadi fokus program protokol kesehatan COVID-19 dengan pemasangan spanduk di beberapa titik strategis di kelurahan untuk mengingatkan warga memakai protokol kesehatan.
Selain itu, ada 451 kepala keluarga di Kelurahan Kalibaros yang mendapat bantuan sosial (Jaring Pengaman Sosial) dari Pemerintah Provinsi Jawa Tengah pada masa pandemi.
Di ranah pendidikan, salah satu institusi penting di Kalibaros adalah Assalam Boarding School (SMPIT dan SMAIT).
Sekolah ini juga pernah menjadi tempat silaturahmi Polsek Pekalongan Timur terkait isu keamanan lalu lintas sekitar sekolah.
Secara administrasi dan pemerintahan lokal, kantor Kelurahan Kalibaros beralamat di Jl Ir Sutami, Sokorejo, Kecamatan Pekalongan Timur, dengan nomor telepon (0285) 4460995.
Baca juga: Semprot Dirut Pertamina, Anggota DPR RI Singgung Ucapan Menkeu Purbaya: Kalah Sama Mafia
Secara keseluruhan, Kalibaros adalah Kelurahan di pesisir Kota Pekalongan yang menghadapi tantangan dataran rendah.
Meski begitu, potensi besar Kelurahan Kalibaros adalah pemberdayaan wirausaha lokal, program lingkungan, dan peran aktif dalam menjaga kesehatan masyarakat serta sosial kemasyarakatan.
Kelurahan Kalibaros juga aktif dalam program pemberdayaan masyarakat.
Pada Mei 2025, warga setempat (terutama ibu-ibu) mengikuti pelatihan wirausaha yang mencakup branding dan pemasaran online untuk produk lokal seperti tahu aci mini, sosis, dan es kreatif.
Selain itu, sebagai bagian dari upaya menjaga lingkungan, Kelurahan ini menjadi salah satu lokasi program pengolahan sampah organik di tingkat Kecamatan, dengan satu titik TPS3R (Tempat Pengolahan Sampah, Reduce-Reuse-Recycle).
Sehingga bisa dibayangkan betapa dekatnya hubungan antara masyarakat yang terjalin selama ini.
| Dituduh Ambil Rp11 Juta dari Iuran Komite Sekolah, Guru Abdul Muis Luruskan: Inisiatif Orang Tua |
|
|---|
| Sosok ASN Kadis yang Dimutasi Jadi Staf, Pemberat Penderitaan Bupati Sugiri, Harta di Bawah Rp 1 M |
|
|---|
| Propam Bongkar Nasib Karir AKBP Basuki usai Terkuak Satu KK dengan Dosen Untag, Terancam Imbas 1 Hal |
|
|---|
| Purbaya Ngotot Tak Bakal Legalkan Thrifting Barang Impor, Menkeu: Barang Masuk Saya Tangkap |
|
|---|
| Nama Baik Abdul Muis dan Rasnal Telanjur Dipulihkan Presiden, MA Buktikan Rp 11 Juta Telah Dinikmati |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jatim/foto/bank/originals/spanduk-bernada-sensitif-di-gerbang-SD-Negeri-di-Kota-Pekalongan-sindir-kepsek-bermasalah.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.