Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Nasib Malang Bocah 9 Tahun di NTT Hidupi 2 Adiknya, Ayah Merantau Tak Ada Kabar, Ibu Gangguan Jiwa

Seorang bocah berusi 9 tahun menjadi tulang punggung untuk kedua adiknya. Ayah mereka pergi merantau tak ada kabar, sementara sang ibu gangguan jiwa.

Dokumen pemerhati sosial
Foto Kris (9), Yoan (7), dan Erto (4), tiga bersaudara di Bajawa, Kabupaten Ngada, NTT hidup di pondok kecil di kebun tanpa orangtua. 

TRIBUNJATIM.COM - Cerita sedih menimpa kakak beradik asal Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Masa kana-kanak yang identik dengan keceriaan kini berubah menjadi penuh kerja keras.

Bocah 9 tahun di Nusa Tenggara Timur (NTT) berikut ini justru menjadi tulang punggung untuk dua adiknya yang masih kecil.

Kris (9) terpaksa banting tulang untuk menghidupi dua adiknya, Yoan (7), dan Erto (4).

Hal ini dikarenakan tak pernah ada kabar lagi tentang ayahnya yang merantau hingga sang ibu alami gangguan jiwa sejak ditinggal ayahnya merantau.

Sakit dan Tak Lagi Miliki Dua Kaki, Harapan Ibu Muda di Lamongan Ini Punya Kaki Palsu Mulai Terjawab

Entas Kemiskinan dengan Inovasi, Pemkot Surabaya Punya Laman Data MBR: Warga Bisa Cek Update

Kakanwil Jatim Belum Tahu Sumber Penularan Covid-19 di Lapas Klas 2B Mojokerto

Foto  Kris (9), Yoan (7), dan Erto (4), tiga bersaudara di Bajawa, Kabupaten Ngada, NTT hidup di pondok kecil di kebun tanpa orangtua.
Foto Kris (9), Yoan (7), dan Erto (4), tiga bersaudara di Bajawa, Kabupaten Ngada, NTT hidup di pondok kecil di kebun tanpa orangtua. (Dokumen pemerhati sosial)

Dilansir dari Kompas.com (TribunJatimcom Network ), ayahnya tak ada kabar setelah pergi merantau.

Sementara sang ibu mengalami gangguan jiwa sejak sang ayah pergi meninggalkan mereka pada tahun 2017 silam.

Sang ibu juga pergi meninggalkan rumah sambil membawa si bungsu.

Kris sebenarnya adalah anak kedua dari lima bersaudara. Mereka sempat tinggal bersama dengan neneknya di Kampung Woewali Desa Were 1, Kecamatan Golewa.

Puluhan Warga Jember Unjuk Rasa di Depan Kantor Gubernur Jatim, Minta Copot Jabatan Bupati Faida

Seniman Jember Gelar Pameran Seni Rupa, Tumbuhkan Optimisme di Tengah Pagebluk Covid-19

KoinWorks Gandeng Kementrian Keuangan RI, Luncurkan KoinBond: Dorong Pemulihan Ekonomi Masa Pandemi

Namun setelah sang ibu ganguan jiwa, mereka memilih tinggal di kebun milik ayahnya. Sementara sang kakak pertama yang berusia 12 tahun mencari nafkah di Kota Bajawa.

Otomatis sebagai anak paling tua di rumah, ia harus menghidupi dua adiknya.

"Sejak bapak dan mama mereka meninggalkan mereka, si Kris yang umur 9 tahun jadi tulang punggung mereka," ungkap Jeremias F Bhobo, pemerhati sosial Ngada, Selasa (25/8/2020).

Untuk mendapatkan uang, Jeremias F Bhobo bercerita, Kris bekerja memetik kopi di kebun warga. Upah dari memetik kopi itu lah yang ia gunakan untuk membeli beras.

Ponorogo Tambah 22 Pasien Positif Covid-19 dalam 5 Hari, Bupati Ipong: Disiplin Protokol Kesehatan!

Beredar Chat Sekda Bondowoso Panggil Sayang Dokter Gigi RSUD, Disebar Nomor Ini: Orang Tak Dikenal

Genap 100 Santri Positif di Ponpes Darussalam Banyuwangi, Dinkes: Disiplin Protokol Covid-19!

Foto: Kris (9), Yoan (7), dan Erto (4), tiga bersaudara di Bajawa, Kabupaten Ngada, NTT hidup di pondok kecil di kebun tanpa orangtua.
Foto Kris (9), Yoan (7), dan Erto (4), tiga bersaudara di Bajawa, Kabupaten Ngada, NTT hidup di pondok kecil di kebun tanpa orangtua. (Dokumen pemerhati sosial)

Mereka bertiga tinggal di pondok kecil di sebuah kebun tanpa ada orang dewasa sejak tiga tahun terakhir.

Pondok mungil tersebut tak ada listrik. Saat malam hari mereka mengandalkan lampu pelita untuk penerangan.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved