Desa Beji di Kota Batu Bersiap Jadi Tujuan Wisata Edukasi Tempe
Tiga dusun yang berada di Desa Beji, Kota Batu ditargetkan menjadi tujuan wisata. Tiga dusun di Desa Beji itu terdiri atas Dusun Krajan Sae,
Penulis: Benni Indo | Editor: Yoni Iskandar
TRIBUNJATIM.COM, BATU - Tiga dusun yang berada di Desa Beji, Kota Batu ditargetkan menjadi tujuan wisata. Tiga dusun di Desa Beji itu terdiri atas Dusun Krajan Sae, Jamberejo dan Karang Jambe.
Kepala Desa Beji, Deni Cahyono mengatakan potensi desanya salah satunya adalah tempe. Dusun Karang Jambe menjadi tujuan utama wisata edukasi tempe. Sedangkan wisata produksi olahan tempe bisa ditemui di Krajan Sae.
"Bisa dikatakan produksi tempe di Kota Batu itu di Desa Beji," ujarnya kepada TribunJatim.com.
Rencananya, peresmian wisata edukasi tempe itu dibuka pada 2021. Sejatinya, peresmian dilakukan pada 2020, namun jadwal berubah karena Pandemi Covid-19.
"Awal tahun depan diresmikan, tidak tahun ini," ujarnya kepada TribunJatim.com, Senin (19/10/2020).
Deni mengatakan, potensi wisata di Beji dibuka untuk mewujudkan setiap desa atau kelurahan di Kota Batu menjadi tujuan wisata. Pada akhirnya, dapat mendongkrak perekonomian warga.
Baca juga: Pemkab Tulungagung Ingin Boyong Prasasti Ladawan, Akta Kelahiran Tulungagung ke Pendopo
Baca juga: Vaksinasi Covid-19 di Kota Malang Kemungkinan Bakal Dilakukan pada Pertengahan Desember 2020
Baca juga: Konsinyasi Buntu, Warga Warugunung Gugat BPN dan Pemkot Surabaya
Untuk itu, Pemdes Beji tengah menyusun skema untuk memfasilitasi lokasi tujuan wisata. Di anataranya adalah membangun gedung tempat edukasi bagi wisatawan.
Pelaku usaha olahan tempe, Sulis Andriani mengatakan, di tempat tinggalnya, Dusun Krajan Sae, sebagian besar penduduknya memiliki usaha olahan tempe. Produknya berupa kripik dan olahan lain.
Per hari produksi sekitar 20 Kg kripik tempe. kalau tempenya menghabiskan sekitar 15 sampai 20 Kg kedelai.
"Kalau pas banyak bisa sampai 50 Kg," ujarnya.
Adanya rencana Desa Beji menjadi tujuan wisata edukasi tempe, Sulis menyambut positif. Pasalnya, hal itu bisa meningkatkan perekonomian warga.
"Kalau saya kira, lokasi kebersihan dan jalurnya ini perlu dipertimbangkan," kata Sulis menyarankan.
Selama ini, Sulis menjual kripik tempe dengan harga Rp 45 ribu per Kg. Ia mengolah tempe dengan menggunakan minyak pilihan agar kualitasnya terjaga.
"Saya ada reseller, mereka packing ulang. Mereka pakai merknya sendiri. Kapasitasnya 10 sampai 20 kilo sebulan. Sebulan itu bisa sampai 2 kali. Ada tiga reseller yang pasti," katanya.
Menurutnya, tempe adalah makanan yang harganya nerakyat, sekaligus menyehatkan. Jika dijadikan tujuan wisata, maka akan sangat penting memberikan edukasi kepada wisatawan tentang khasiat tempe.
"Selain makanan murah dan sehat, proses pembuatan tempe harus bersih. Makanan yang saat ini aman dikonsumsi. Tentunya Bisa bernilai ekonomis," ujarnya. (Benni Indo/Tribunjatim.com)