Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Tragedi Arema vs Persebaya

Inilah Efek Jangka Panjang Gas Air Mata di Tragedi Kanjuruhan, Korban Alami Bronkitis Kronis

Dokter spesialis paru dan dosen Fakultas Kedokteran Unair bicara efek jangka panjang gas air mata kedaluwarsa di tragedi Kanjuruhan.

Penulis: Zainal Arif | Editor: Arie Noer Rachmawati
TRIBUNJATIM.COM/ZAINAL ARIF
dr Wiwin Is Effendi SpP (K) PhD, Dokter Spesialis Paru dan Dosen Fakultas Kedokteran Unair bicara soal efek jangka panjang gas air mata kedaluwarsa di tragedi Kanjuruhan, Senin (23/1/2023). 

Ini yang membuat paru-paru tidak mengembang bagus sehingga tidak bisa bernapas sempurna.

Efek jangka panjang, terjadi bronkitis kronis.

Selain itu, gangguan pada alveolus paru mengakibatkan gangguan pertukaran oksigen dan karbondioksida.

Orang yang punya penyakit pernapasan seperti asma dan penyakit paru obstruktif kronis memiliki risiko dua hingga tiga kali gejala serius lebih tinggi.

Namun ada juga sumber lain yang mengatakan bahwa bahaya gas air mata kedaluwarsa justru lebih tinggi, daripada yang belum kedaluwarsa.

Di mana setelah melewati masa kedaluwarsa, berbagai komponen yang ada dalam gas air mata akan terurai menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana.

Senyawa-senyawa gas air mata yang kedaluwarsa justru dapat terurai menjadi gas sianida yang jauh
lebih berbahaya dan beracun bagi manusia.

dr Wiwin Is Effendi SpP (K) PhD, Dokter Spesialis Paru dan Dosen Fakultas Kedokteran Unair bicara soal efek jangka panjang gas air mata kedaluwarsa di tragedi Kanjuruhan, Senin (23/1/2023).
dr Wiwin Is Effendi SpP (K) PhD, Dokter Spesialis Paru dan Dosen Fakultas Kedokteran Unair bicara soal efek jangka panjang gas air mata kedaluwarsa di tragedi Kanjuruhan, Senin (23/1/2023). (TRIBUNJATIM.COM/ZAINAL ARIF)

Jika seseorang terpapar gas sianida dalam jumlah kecil, gas tersebut dapat larut oleh selaput lendir dengan mudah.

Namun, apabila seseorang terpapar gas sianida dalam jumlah besar, sel tubuh akan sulit menggunakan oksigen untuk menjalankan fungsinya dan merusak berbagai organ tubuh bahkan paling parah menyebabkan kematian.

Kondisi inilah yang disebut asfiksia, dimana kadar oksigen dalam tubuh berkurang.

Ada beragam penyebab asfiksia, mulai dari tersedak, paparan zat kimia atau asap, hingga mengidap penyakit tertentu.

Kondisi ini bisa menyebabkan hilangnya kesadaran, cedera otak, hingga kematian.

Saat mengalami asfiksia, seseorang akan merasa sesak napas atau kesulitan untuk menarik maupun
mengembuskan napas, sehingga membuat tubuhnya kekurangan oksigen.

Sementara itu, karbon dioksida, sebagai salah satu limbah sisa metabolisme, juga tidak dapat dikeluarkan dari tubuh.

Kedua kondisi tersebut merupakan hal yang berbahaya dan berpotensi mengancam nyawa penderitanya apabila tidak segera ditangani.

Saat mengalami asfiksia pasien harus segera diajak ke tempat yang longgar kemudian diberi oksigen.

Berita Tragedi Arema vs Persebaya lainnya

Informasi lengkap dan menarik lainnya di GoogleNews TribunJatim.com

Sumber: Tribun Jatim
Halaman 3 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved