Tragedi Arema vs Persebaya
Kisah Korban Tragedi Kanjuruhan Berjuang Sembuh dari Hilang Ingatan dan Kelumpuhan, Ortu Pasrah
Inilah kisah korban Tragedi Kanjuruhan yang berjuang sembuh dari kehilangan ingatan dan kelumpuhan.
TRIBUNJATIM.COM, MALANG - Mata Cahayu Nur Dewata kembali berwarna putih.
Tangan kiri yang sebelumnya tak bisa digerakkan kini mulai pulih.
Cewek yang baru berusia 17 tahun itu mulai bisa beraktivitas.
Dia sempat tersenyum ketika kami mendatangi rumahnya di Embong Brantas gang II, Kota Malang.
Cahayu merupakan satu dari ratusan korban luka akibat tragedi Kanjuruhan.
Sebanyak 135 orang tewas akibat tragedi Kanjuruhan tersebut.
Di malam kelam 1 Oktober 2022 itu, Cahayu mengalami koma selama tiga hari di Rumah Sakit Umum Daerah Kepanjen, Kabupaten Malang.
Tragedi Kanjuruhan terjadi seusai pertandingan Arema FC vs Persebaya Surabaya.
Cahayu mengalami cedera parah .
Matanya merah karena gas air mata.
Tangan kirinya tak bisa digerakkan, hingga mengalami luka lebam di bagian mata dan kepala.
Cahayu pun belum ingat betul peristiwa tragedi Kanjuruhan yang hampir merenggut nyawanya itu.
Dia hanya ingat, ada gas air mata berada tepat di depannya saat berlari untuk menyelamatkan diri ke
pintu 12 Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang.
Ingatan itulah yang masih terngiang di pikirannya.
Berdasarkan kesaksian ibunda Cahayu, Nurul Aini, putrinya itu sempat mengalami hilang ingatan.
Cahayu tidak bisa mengingat memori dalam beberapa bulan terkahir sebelum tragedi Kanjuruhan.
Namun, setelah 100 hari tragedi Kanjuruhan, ingatan Cahayu mulai membaik.
Baca juga: Terungkap Penyebab Awal Kanjuruhan Chaos, Terdengar Suara Ledakan di Dalam dan Luar Stadion
Dia kini mulai beraktivitas normal meski ada perbedaan dalam kepribadian Cahayu.
"Dulu anak saya ini periang. Tapi sekarang lebih banyak diam. Kalau dinasihati ngomel-ngomel. Emosinya masih labil," ucap Abdul Rohim, ayah Cahayu, Sabtu (21/1/2023).
Rohim pun hanya bisa pasrah melihat perbedaan kepribadian dari anak keduanya itu.
Sebagai ayah, dia hanya berdoa yang terbaik untuk putrinya.
"Ya sebagai orang tua, kami berusaha untuk memberikan yang terbaik untuk anak. Saya masih berharap anak saya bisa pulih seperti semula," ujarnya.
Saat ditemui di kediamannya, Cahayu duduk di samping ayahnya.
Dia hanya diam, sembari memegangi handphone.
Beberapa pertanyaan yang kami lontarkan kepada cewek berambut panjang itu juga dijawab dengan
singkat.
Dia mengaku masih belum ingat sepenuhnya tragedi Kanjuruhan.
"Kejadiannya saya belum ingat. Saya ingatnya hanya gas air mata ada di depan saya. Setelahnya saya nggak ingat," jelasnya.
Baca juga: 3 Kekecewaan Tim Advokasi Tragedi Kanjuruhan, Pilih Tak Hadiri Sidang Perdana di PN Surabaya
Cahayu mengungkapkan, saat ini kondisinya mulai membaik.
Hanya tangan kirinya masih lemas, akibat cedera yang dialami.
Kondisi ini berbeda saat 10 hari setelah tragedi Kanjuruhan.
Saat itu, tangan kiri Cahayu tak bisa digerakkan.
Matanya merah, dan ketika melihat keramaian selalu berteriak histeris.
"Kalau mata sekarang tidak apa-apa. Cuma tangan ini yang masih lemas," ucapnya sambil memegangi tangan kiri.
Kondisi Cahayu belum sembuh total sehingga masih butuh pengobatan.
Namun, keterbatasan ekonomi menjadi kendala yang dialami orangtua Cahayu untuk pengobatan sang putri.
Sebelumnya, Cahayu rutin mengonsumsi obat dan beberapa kali menjalani terapi hingga tangan kirinya bisa digerakkan kembali.
"Dulu kalau kontrol habis Rp 400 ribu. Tapi semenjak ada Mas Dimas (relawan kesehatan dari Tim Gabungan Aremania) itu gratis dan bisa sembuh," ungkapnya.
Dia berkeinginan bekerja agar dapat meringankan beban orangtua.
Sebelumnya, Cahayu sempat bekerja sebagai pegawai di hotel.
Namun semenjak tragedi Kanjuruhan dia sudah tidak bekerja lagi.
Cahayu juga masih trauma akan tragedi Kanjuruhan.
Bahkan dia menolak, meski beberapa kali diajak teman dan ayahnya untuk melakukan doa bersama di Stadion Kanjuruhan.
"Saya nggak mau (ke Stadion Kanjuruhan dan menonton Arema). Saya trauma," ucap Cahayu.
Cahayu hanya berpesan agar tragedi Kanjuruhan bisa segera diusut tuntas.
Agar kejadian serupa tak terulang kembali.
"Saya pinginnya segera diusut tuntas. Saya nggak mau teman saya ada yang meninggal lagi," tegas Cahayu, sembari mengingat temannya yang bernama Najwa.
Baca juga: Terungkap Alasan Sebenarnya Sidang Kasus Tragedi Stadion Kanjuruhan Digelar di Surabaya: Traumatik
Najwa merupakan korban tragedi Kanjuruhan yang kini telah tiada.
Selain di rumah, Cahayu juga rutin menjaga neneknya yang sedang menjalani perawatan di rumah sakit.
Menurut informasi dari ibunda Cahayu, nenek Cahayu telah
mengembuskan nafas terakhirnya pada Minggu 22 Januari 2023.
Sedangkan proses wawancara kami dengan Cahayu dilakukan pada 21 Januari 2023.
Pada saat itu, Cahayu baru saja menjenguk neneknya yang menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Saiful Anwar Malang.
Terpisah, Pemerintah Kabupaten Malang (Pemkab Malang) menegaskan akan terus memperhatikan korban maupun keluarga korban tragedi Kanjuruhan.
Di antaranya, adalah dengan memberikan santunan kepada keluarga korban yang ditinggalkan.
"Insyaallah Pemerintah Kabupaten Malang telah berbuat sebaik-baiknya untuk seluruh korban
tragedi Kanjuruhan," ujar Wakil Bupati Malang, Didik Gatot Subroto, Rabu (18/1/2023).
Didik mengatakan, bentuk perhatian yang diberikan ke keluarga korban di antaranya adalah
memberikan bantuan pendidikan.
Pemkab Malang menggandeng pondok pesantren di Kecamatan Bululawang untuk anak korban tragedi Kanjuruhan yang meninggal dunia.

"Seperti disampaikan Pak Bupati (Sanusi) sepanjang anaknya mau dipondokkan, bisa di Bululawang, Nanti biaya akan ditanggung pemerintah daerah," ujar Didik.
Soal pengobatan korban luka, Pemkab Malang juga masih menanggungnya.
Pemkab menyediakan RSUD Kanjuruhan, RSUD Lawang, dan puskesmas untuk penyembuhan korban secara gratis.
"Bagi korban yang memiliki gangguan mata, pemkab telah bekerjasama dengan dokter spesialis mata yang praktek di kabupaten dan kota, semuanya nanti dibiayai oleh pemkab," tandasnya.
Lanjut Didik, sebelumnya Pemkab Malang dan Bank Jatim telah memberikan santunan kepada keluarga korban meninggal dunia.
"Bantuan Rp 10 juta dari pemkab, kemudian dari Bank Jatim totalnya hampir Rp 20 juta per keluarga korban. Itu belum bantuan-bantuan dari pihak lain," imbuhnya.
Ia mengungkapkan, Pemkab Malang telah mengeluarkan dana sebesar Rp 1,8 miliar untuk membiayai delapan rumah sakit, tempat merawat dan mengurus korban tragedi Kanjuruhan.
Baik biaya untuk korban meninggal dunia maupun korban terluka. (Rifky Edgar/Lu'lu'ul Isnainiyah)
Berita Tragedi Arema vs Persebaya lainnya
Informasi lengkap dan menarik lainnya di GoogleNews TribunJatim.com
Cahayu Nur Dewata
Malang
Tragedi Kanjuruhan
Arema FC
Persebaya Surabaya
Tragedi Kanjuruhan Malang
korban tragedi Kanjuruhan
Tragedi Arema vs Persebaya
Tribun Jatim
TribunJatim.com
jatim.tribunnews.com
berita Jatim terkini
Keluarga Korban Tragedi Kanjuruhan Malang Gelar Kamisan Tolak Renovasi, Ada Doa Bersama hingga Orasi |
![]() |
---|
Keluarga Korban Tragedi Kanjuruhan Audiensi dengan DPRD Malang, Tuntut Keadilan sebelum Renovasi |
![]() |
---|
Kuasa Hukum Panpel Arema FC Bersikukuh Sebut Polisi yang Bertanggung Jawab dalam Tragedi Kanjuruhan |
![]() |
---|
2 Terdakwa Kasus Tragedi Kanjuruhan Divonis Bebas, Penasehat Hukum Korban Sebut Banyak Kejanggalan |
![]() |
---|
Terdakwa Kasus Kanjuruhan Security Officer Arema FC Divonis 1 Tahun, 4 Hal Jadi Pertimbangan Hakim |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.