Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Jadi Aplikasi Populer Dunia, China Justru Dilarang Pakai Chat GPT, Dinilai Bisa Sebarkan Propaganda

Usai jadi aplikasi populer di dunia, Pemerintah China justru melarang penggunaan Chat GPT karena layanan chatbot OpenAI dinilai bisa sebar propaganda

Editor: Elma Gloria Stevani
Screenshot
Chat GPT ketika ditanya soal domestikasi kucing dan anjing. 

Hingga baru-baru ini, Regulator China akhirnya semakin mengetatkan aturannya terkait Chat GPT.

Hilangnya Chat GPT Dikutip dari laman Guardian, sejumlah perusahaan teknologi besar di China termasuk perusahaan induk WeChat, Tencent, dan Ant Group telah diperintahkan untuk memutus akses ke Chat GPT.

Dengan adanya perintah tersebut, Yibai Technology menghapus tombol untuk mengaktifkan Chat GPT dari aplikasinya.

Sebagaimana dikutip dari SCMP, perusahaan lainnya yakni Shenlan BL dan AI Duihua juga menyampaikan mereka tak lagi menyediakan layanan akses Cha tGPT.

Meski demikian, sejauh ini tak ada komentar apapun dari perusahaan-perusahaan tersebut.

Sementara, seorang pengguna yang tak mau disebutkan namanya mengatakan, akun WeChat pribadinya diblokir tiga hari usai ia menyematkan API Chat GPT.

Ia mengatakan, WeChat telah memberitahunya akses ke akunnya akan dikembalikan lagi jika ia berjanji untuk tak menyematkan API ke dalam akunnya.

Dinilai propaganda

Menurut media pemerintahan China, Chat GPT dianggap sebagai alat potensial bagi Amerika Serikat untuk menyebarkan artikel palsu.

Media Pemerintah China mencontohkan, pertanyaan yang diajukan ke Chat GPT tentang Xinjiang selalu menghasilkan jawaban konsisten yang terkait dengan propaganda politik pemerintah AS, yakni dikaitkan dengan genosida.

Kini regulator bahkan menghapus hasil pencarian mengenai Chat GPT di platform pencarian China.

“Model ini dilatih tentang informasi terbuka yang berbasis di negara-negara barat. Berpotensi menimbulkan banyak masalah bagi pemerintah China, karena orang dapat menggunakannya untuk mengajukan pertanyaan tentang topik sensitif, seperti pelanggaran hak asasi manusia di Xinjiang, Taiwan, kepulauan Diaoyu," kata peneliti senior di Peace Research Institute Oslo, Dr Ilaria Carrozza. OpenAI sendiri kata dia, sebenarnya sudah melarang orang di China melakukan pendaftaran namun memang tampaknya hal ini tak sepenuhnya bisa diatasi. Pendiri firma riset TI Marbridge Consulting Mark Natkin menilai chatbot AI semacam ChatGPT tentunya tak akan disukai China.

Pasalnya, saat ada pertanyaan "Apakah Presiden China Xi Jinping sah?", Chat GPT akan memberikan jawaban yang seimbang yakni menjelaskan stabilitas dan pertumbuhan ekonomi namun juga akan menjelaskan terkait masalah hak asasi dan represi politik.

Ia menilai, chatbot yang akan disukai pemerintah China saat ini adalah chatbot yang bisa dipakai menyebarkan propaganda kepada lawan politik.

“Ini adalah teknologi lain yang sedang berkembang yang menurut China perlu untuk menjadi kompetitif.

Sumber: Kompas
Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved