Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Jatim

1.500 Peserta Temu Karya Didorong Hasilkan Produk Pertanian Berdaya Saing Internasional

Sebanyak 1.500 petani hutan dari berbagai daerah di Jawa Timur berkumpul dalam acara Temu Karya yang diinisiasi oleh Dinas Kehutanan Provinsi Jatim di

Penulis: Nur Ika Anisa | Editor: Ndaru Wijayanto
Pemprov Jatim
1.500 Peserta Temu Karya Didorong Hasilkan Produk Pertanian Berdaya Saing Internasional 

Dimana, keunggulannya selain memberikan nilai tambah juga memberikan dampak positif terhadap lingkungan.

Pertemuan ini sekaligus menjadi komitmen bersama dalam menjaga alam, menjaga hutan dan menjaga lingkungan. Sisi lain, juga mendapat nilai tambah untuk kesejahteraan kelompok tani hutan.

“Mereka bisa mendapatkan nilai tambah untuk membangun kesejahteraan kelompoknya dan masyarakat sekitar. Itu yang harus kita jaga, karena banyak sekali hutan yang kemudian tidak terpelihara. Ada beberapa presentasi tertentu hutan dengan tanaman keras, tidak bisa semua jahe, tidak semua kentang. Ada presentase tertentu di area tertentu,” ungkap Khofifah Indar Parawansa.

Khofifah menyebutkan bahwa hingga saat ini cukup banyak produk KTH di Jatim yang sukses tembus pasar ekspor melalui pendampingan dari Pemprov Jatim. 

Salah satunya adalah produk Jahe Gajah dari Nganjuk dan dari Ponorogo yang melalui fasilitas Misi Dagang bisa mencatatkan nilai transaksi perdagangan yang luar biasa. 

Tidak sampai disana, selain Jahe Gajah, success story petani hutan juga diwujudkan dalam penjualan kopi hingga ekspor ke luar negeri pada Nopember 2022 lalu. Ekspor kopi Javaeast Coffee itu berhasil ekspor perdana ke Mesir dengan total nilai lebih dari Rp 6,2 miliar. Pihaknya berharap potensi permintaan berikutnya adalah tanaman kakao.

Javeast Coffee ini, kata dia, merupakan merek dagang yang digunakan untuk memasarkan hasil kopi petani hutan dari tiga kabupaten, yakni Desa Sidomulyo Kecamatan Silo Kabupaten Jember, Desa Wonosalam Kecamatan Wonosalam Kabupaten Jombang dan Desa Kare Kecamatan Kare Kabupaten Madiun.

"Tiga KTH sudah dalam bentuk communal branding. Strategi Communal branding ini bisa dimanfaatkan untuk membantu dalam menjaga kualitas dan standar produk dari beberapa daerah. Dan dengan communal branding akan membantu untuk menjaga kuantitas dan kontinyuitas dalam pasar ekspor,” tuturnya. 

Selain communal branding, Pemerintah Jawa Timur tengah getol mengembangkan Desa Devisa. Khofifah menyebut ada 140 desa devisa di Jawa Timur. 

“Itu desa devisa terbanyak di antara seluruh provinsi di Indonesia,” ungkapnya.

Oleh karenanya, Khofifah mendorong KTH, Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) dan Perkumpulan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (PLMDH) untuk melakukan identifikasi produknya yang sudah bersiap ekspore untuk dikomunikasikan dengan Disperindag dan bertemu dengan Lembaga Pembiayaan Ekspor Kementerian Keuangan (LPEI).

Sehingga penyiapan produk-produk bisa mendapat pendampingan, peningkatan volume dan penguatan standart ekspor.

“Saya rasa akan sangat banyak peluang. Pertama, kalau masuk dalam identifikasi desa devisa akan ada pendampingan, quality controlnya, kadang-kadang kemampuan untuk kuantitasnya, kenapa butuh komunal branding,” ungkapnya.

Pertemuan Temu Karya ini dinilai Khofifah bisa membangun sinergitas dan akses yang lebih luas. Bukan hanya akses market tetapi juga kualitas dan standart produk-produk yang dihasilkan supaya bisa memberikan ruang yang lebih besar dan lebih luas untuk meningkatkan nilai tambah.

“Seperti tadi dari Wonosantri yang semula Rp 21 ribu menjadi Rp 130 ribu per kilo ini kan peningkatan luar biasa yang diharapkan bisa memberikan penguatan kepada masyarakatnya. Termasuk KTH Blitar dan Jombang,” kata Khofifah.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved