Berita Surabaya
Berbagi dan Mengenal Filosofi Permainan Tradisional Bareng Kampoeng Dolanan
Getol mengenalkan permainan tradisional kepada anak-anak menjadi upaya Kampoeng Dolanan dalam mengaktifkan kembali dan melestarikan mainan tradisional
Penulis: Nur Ika Anisa | Editor: Ndaru Wijayanto
Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Nur Ika Anisa
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA- Getol mengenalkan permainan tradisional kepada anak-anak menjadi upaya Kampoeng Dolanan dalam mengaktifkan kembali dan melestarikan mainan tradisional.
Cara tersebut dikemas menjadi berbagai program. Salah satunya mengunjungi tempat terbuka di Surabaya yakni Taman Surya dengan mengajak para pengunjung orang tua dan anak untuk berbagi mainan tradisional.
Kegiatan ini dilakukan sekaligus memeriahkan Hari Anak Nasional, beberapa waktu lalu. Kampoeng Dolanan menggandeng Puteri Anak Indonesia Budaya 2022 Karina Aliya Afandi.
Ketua Komunitas Kampoeng Dolanan Mustofa Sam mengatakan, kolaborasi ini diharapkan dapat mensejahterakan pedagang mainan anak konventional dengan cara membeli produk mereka. Produk tersebut kemudian dibagikan kepada anak-anak di Surabaya dan sekitarnya.
Kegiatan bagi-bagi mainan tradisional ini sengaja diberikan kepada orang tua untuk anak mereka.
Tujuannya, orang tua ikut serta mendekatkan permainan tradisional kepada anak-anak.
“Kami siapkan paket mainan yang dibagikan ke anak-anak. Tempatnya memang dipilih yang umum dan family banget. Mainannya kami yang beli dan packing, tapi dari mainan itu dibeli oleh Karina Aliya. Beliau juga punya kepedulian di permainan tradisional kemarin sempat diskusi apa kegiatan yang bermanfaat,” ungkapnya kepada Tribun Jatim, belum lama ini.
Baca juga: Kenalkan Permainan Tradisional, Komunitas Kampoeng Dolanan Ajak Anak-anak Bermain di Luar Ruangan
“Kami sampaikan bahwa hari anak ini sekaligus menjadi moment orang tua mendekatkan permainan tradisional kepada anak-anak,” tambahnya.
Total ada 50 paket berisi lima jenis mainan tradisional. Jumlah tersebut dikatakan Cak Mus, lebih sedikit dibanding total anak-anak yang terlibat dalam kegiatan. Alhasil sebagian dari mereka dibagikan beberapa jenis saja mainan tradisional.
“Kami tidak berekspektasi sebanyak itu ternyata antusiasnya banyak sekali. Kisaran saya di angka 80 anak-anak,” katanya.
Acara dikemas fun dengan beberapa rangkaian. Ada membagikan mainan, tebak berhadiah, tebak tebakan lucu hingga kenal cerita Kota Surabaya.
Baca juga: Kenalkan Permainan Tradisional, Ubaya Luncurkan Pojok Doelanan di Desa Ketapanrame Mojokerto
Pada moment Hari Anak Nasional ini sekaligus menjadi moment orang tua mendekatkan permainan tradisional kepada anak-anak.
Cak Mus ini mengenalkan filosofi, layang-layang sebagai penyampaian pesan. Yang mana anak-anak diminta untuk menuliskan cita cita dan keinginannya di layang-layang untuk kemudian bisa diterbangkan. Hal ini seakan mengisyaratkan pesan-pesan tersebut sampai ke langit.
Sementara, permainan ular tangga yang dapat dimainkan bersama-sama, diartikan merekatkan hubungan harmonis orang tua dan anak maupun keluarga dengan permainan tradisional.
Dengan permainan tersebut, diharapkan bisa saling bermain bersama.
Ketiga, catur jawa yaitu permainan mengasah strategi. Permainan ini dihadirkan dengan versi lebih baik. Biasanya permainan ini dihadirkan menggunakan kertas yang digarap silang dan sekali pakai kemudian dibuang.
Untuk mengurangi pemakaian sekali pakai, Kampoeng Dolanan membuatnya dengan kertas lebih tebal dan mengemasnya.
“Permainan ini sering dimainkan cuma kendalanya secara alat banyak yang tidak punya atau bikin sekali pakai selesai. Kami bikin permainan catur jawa versi dimainkan untuk keluarga. Kertas agak tebal, kami siapkan biji-biji dan packing plastik jadi tidak hanya main sekali tapi selesai,” ungkapnya.
Selanjutnya ada dakon. Permainan ini punya filosofi berbagi kepada orang terdekat kita, yang jauh dari kita atau bahkan musuh.
Sehingga diharapkan rasa berbagi tidak memandang siapapun. Kebaikan tetap sama dilakukan dan sama rata kepada siapapun. Kemudian ada permainan bekel.
“Ada lima permaian dan ada semacam ikrar yang tidak tertulis untuk sama-sama melestarikan permaianan tradisional kepada anak-anak agar permainan tradisional tidak hilang,” ungkapnya.
Anak-anak juga diajak mengenal tentang kearifan lokal surabaya, tebak-tebakan lucu, pengenalan wawasan surabaya dan cerita Kota Surabaya.
Harapannya, di masa endemi, orang tua sudah mulai aware dan mengajak anak-anak lebih aktif mendekatkan permainan tradisional sebagai salah satu interaksi yang harmonis dalam bermain.
“Keterlibatan hal hal seperti itu harapannya semakin diperbanyak baik dari orang tua, guru, lingkungan sekolah, kalangan akademisi, tokoh dan pemerintah dengan semakin banyak terobosan mengaktifasi permainan tradisional agar anak-anak menjadi manusia seutuhnya dan bukan perantara,” tutupnya
| 5 Tempat Wisata Hits di Surabaya Wajib Dikunjungi, Atlantis Land hingga Adventure Land Romokalisari |
|
|---|
| Sosok Suami Tumini yang 15 Tahun Tinggal Ponten Umum, Nasib Kini Harus Pindah, Bakal Dapat Bantuan |
|
|---|
| Nasib Pengantin Nyaris Gagal Nikah Gegara Ditipu WO hingga Rugi Rp 74 Juta, Sosok Pelaku Terungkap |
|
|---|
| Beda Cara Eri Cahyadi & Dedi Mulyadi Bina Anak Nakal, Jabar Ada Barak Militer, Surabaya Buka Asrama |
|
|---|
| Lokasi Jan Hwa Diana Sembunyikan 108 Ijazah Eks Karyawan Terjawab, Terancam Hukuman 4 Tahun Penjara |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/jatim/foto/bank/originals/Berbagi-dan-Mengenal-Filosofi-Permainan-Tradisional-Bareng-Kampoeng-Dolanan.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.