Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Pemilu 2024

Hasil Survei Capres 2024 Terbaru LSI Denny JA: Prabowo VS Ganjar, Presiden Jokowi Tak Suka Anies?

Perbedaan hasil survei capres 2024 LSI Denny JA, head to head Prabowo Subianto vs Ganjar Pranowo disorot.

Editor: Hefty Suud
Handout via Tribun Manado
Elektabilitas Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, dan Anies Baswedan disorot jelang Pemilu 2024. Efek Presiden Joko Widodo (Jokowi) pun diperhitungkan. 

"Harusnya karena sama-sama berasal dari partai yang sama gitu ya, dari PDIP dan terlihat langsung menghadiri deklarasi Ganjar," ujar Saiful dalam acara daring, pada Kamis (3/8/2023)

"Setidak-tidaknya dari harapan pendukung Ganjar itu mayoritas di masyarakat punya opini bahwa Pak Jokowi mendukung Ganjar," sambungnya memaparkan.

Senada, lembaga survei Indikator Politik Indonesia juga menyebut Ganjar Pranowo menjadi bakal capres yang paling didukung Presiden Jokowi.

Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi mengatakan, temuan itu mengacu pada hasil survei yang digelar pada 20-24 Juni 2023.

Dalam surveinya, Indikator Politik memberikan tiga nama untuk dipilih responden yakni Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Prabowo Subianto.

"Ganjar dinilai paling didukung Jokowi, baru Prabowo, dan Anies," demikian rilis resmi lembaga itu, Minggu (23/7).

Ganjar menduduki posisi paling tinggi sebagai kandidat capres yang didukung Jokowi dengan angka 45,2 persen. Kemudian Prabowo dengan 29,8 persen, lalu Anies dengan 9,6 persen.

Diberitakan TribunJatim.com sebelumnya, menurut SBY, Jokowi tak suka Anies Baswedan maju sebagai capres 2024.

Hal itu termuat dalam buku Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) soal Pilpres 2024 dan Cawe-Cawe Presiden Jokowi

Dilansir dari Tribunnews, Presiden ke-6 Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) meluncurkan buku terbarunya.

Buku berjudul Pilpres 2024 dan Cawe-Cawe Presiden Jokowi, The President Can Do No Wrong, itu memiliki ketebalan sebanyak 27 halaman dengan cover berwarna merah hitam.

Buku yang bisa dibaca publik melalui versi digital ini berisikan tentang fokus SBY terhadap pemilihan presiden (Pilpres) 2024 mendatang.

Kepala Badan Komunikasi Strategis (Bakomstra) sekaligus Juru Bicara Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra menyatakan, ini sejatinya disampaikan khusus untuk jajaran kepemimpinan dan kader Partai Demokrat di seluruh tanah air.

"Jadi, tulisan ini dimaksudkan untuk memperluas wawasan dan memperdalam pemahaman para pimpinan dan kader Demokrat mengenai situasi terkini terkait Pilpres 2024 dan cawe-cawe Presiden Jokowi," kata Herzaky dalam keterangan tertulisnya, Senin (26/6/2023).

Lebih lanjut, Herzaky menyatakan, buku ini diyakini memiliki manfaat bagi kader Demokrat dan masyarakat dalam menjaga demokrasi Indonesia agar bisa semakin bergerak maju.

Tribunnews.com sudah melihat isi buku yang ditulis langsung SBY ini.

Dimana, dari buku tersebut terdapat lima poin yang dijadikan fokus oleh SBY.

Pertama, terkait dengan cawe-cawe yang diakui oleh pihak istana atau bahkan Presiden RI Jokowi dalam Pilpres 2024.

Kedua, Presiden Jokowi dinyatakan hanya menghendaki dua pasang calon presiden dan wakil presiden untuk Pilpres 2024 mendatang.

Ketiga, SBY menyebut dalam bukunya kalau Presiden Jokowi tidak suka dengan upaya Anies Baswedan maju sebagai calon Presiden (capres).

Keempat, SBY menyatakan kalau Presiden Jokowi memberikan endorsement kepada sejumlah tokoh untuk menjadi capres atau cawapres.

Kelima, dalam buku tersebut SBY menyatakan, Presiden Jokowi merupakan penentu siapa sosok pasangan capres-cawapres yang harus diusung oleh partai politik, informasi tersebut didapat SBY dari para pimpinan partai politik.

Pertemuan Presiden Jokowi dan SBY di Istana Merdeka, Sabtu (28/10/2017). Presiden Joko Widodo alias Jokowi tak suka Anies Baswedan. SBY beber dalam buku baru soal Pilpres 2024 dan cawe-cawe presiden Jokowi.
Pertemuan Presiden Jokowi dan SBY di Istana Merdeka, Sabtu (28/10/2017). Presiden Joko Widodo alias Jokowi tak suka Anies Baswedan. SBY beber dalam buku baru soal Pilpres 2024 dan cawe-cawe presiden Jokowi. (Istimewa)

Buku ini sendiri sudah dibedah oleh para kader Partai Demokrat di Kantor DPP Partai Demokrat pada Senin (26/6/2023) siang tadi.

Acara itu sendiri diikuti oleh Pengurus Pleno DPP Partai Demokrat dan dibuka atau diresmikan oleh Sekjen Partai Demokrat, Teuku Riefky Harsya.

Dalam sambutannya, Teuku Riefky mengatakan, tulisan Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat tersebut ibarat penerang dalam redupnya demokrasi di negeri ini.

"Bagi kita (kader Demokrat), buku ini menjadi obat penawar rindu akan pandangan dan gagasan besar Bapak Susilo Bambang Yudhoyono. Insya Allah momentum ini bisa untuk kita resapi, agar kita bisa menjadi ujung tombak perjuangan partai," ungkap Teuku Riefky Harsya.

Sementara itu, Sekretaris Majelis Tinggi Partai Demokrat, Andi Mallarangeng yang menyebut kalau buku tersebut dibuat SBY karena mantan Presiden RI itu disebut tergelitik dengan fenomena akhir-akhir ini.

"Isu tentang cawe-cawe Jokowi dalam Pilpres 2024 nanti, bisa kita jadikan pelajaran.

Apa batas-batas kekuasaan itu, sehingga tidak membuat kekuasaan itu menjadi ilegal," ulasnya.

Sebab menurut Andi Mallarangeng, pemimpin negara demokratis itu harus tahu batasannya.

Apa lagi dalam UUD 1945, ada pasal impeachment yang bisa memberhentikan presiden.

"Boleh saja Presiden Jokowi cawe-cawe dalam Pilpres. Boleh saja Presiden Jokowi menginginkan Pilpres 2024 hanya diikuti 2 pasang calon saja.

Tetapi tidak boleh menggunakan sumber daya negara, instrumen negara, fasilitas negara untuk mendukung, memastikan misinya tercapai. Ini yang berbahaya," kata Andi.

"Buku ini mengajarkan kepada seluruh kader bagaimana cara mengelola kekuasaan itu sendiri. Jangan sampai kita melanggar batas-batasan itu dan membuat kita terjerumus," tukasnya.

Artikel ini telah tayang di TribunKaltim.co 

Berita tentang Pemilu 2024 lainnya

Sumber: Tribun Kaltim
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved