Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Ponorogo

Harga Cabai Tinggi, Petani di Ponorogo Malah Merugi, Banyak Tanaman Gagal Panen

Harga cabai sedang mahal, petani di Ponorogo malah merugi, tanaman gagal panen karena cuaca ekstrem hingga jamur.

Penulis: Pramita Kusumaningrum | Editor: Dwi Prastika
Tribun Jatim Network/Pramita Kusumaningrum
Petani cabai di Ponorogo merugi, tanaman gagal panen karena cuaca hingga jamur, Rabu (1/11/2023). 

Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Pramita Kusumaningrum

TRIBUNJATIM.COM, PONOROGO - Harga cabai di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, dilaporkan mengalami kenaikan.

Terakhir, di Pasar Legi Ponorogo, harga cabai rawit mencapai Rp 70 ribu per kilogram.

Namun kondisi meroketnya harga cabai itu, tidak lantas membuat petani di Bumi Reog meraup untung.

Bahkan sebaliknya, mereka gagal panen karena cuaca hingga tanaman terserang jamur.

TribunJatim.com mencoba ke Desa Ronosentanan, Kecamatan Siman, Kabupaten Ponorogo.

Desa Ronosentanan bisa disebut sebagai sentra petani cabai di Bumi Reog.

Ada 41 hektare yang ditanami oleh warga setempat dengan cabai rawit jenis ori.

Namun sayang, pantauan di lokasi saat ini cabai rawit jenis ori sudah gugur hingga mati.

Petani-petani datang ke lahan bukan untuk memanen. Justru sebaliknya, mereka mencabuti tanaman cabai mereka yang seharusnya mulai panen.

“Ya gimana lagi. Bisa dilihat pada rontok semua. Gagal panen saya dan teman-teman lain,” ujar salah satu petani cabai rawit di Desa Ronosentanan, Karyono, Rabu (1/11/2023).

Baca juga: Harga Cabai di Lamongan Kian Meroket, Pedagang Prediksi Bisa Tembus Rp 100 Ribu per Kilogram

Dia menjelaskan, usia cabai rawit yang ditanamnya sekitar 4 bulan. Seharusnya sesuai prediksi, saat ini, dia harusnya memanen.

“Saya hanya memanen 3 kali. Habis itu tidak bisa dipanen sama sekali cabai yang saya tanam ini,” kata 
Karyono saat ditemui di lokasi.

Dia menjelaskan, kondisi cabainya rontok, daunnya kering mati. Dia menyebut, penyebabnya karena cuaca ekstrem yang terlalu panas.

“Sudah panas, terus kemungkinan ada jamur yang menyerang. Akhirnya ya ini, dulu sekali panen saya bisa 70 kilogram hingga 90 kilogram per 5 hari,” ungkapnya.

Saat ini, jelas dia, jangankan mendapatkan 70 kilogram.

Baca juga: Imbas Kemarau Panjang, Harga Cabai Rawit di Kota Blitar Makin Pedas, Naik Lebih 2 Kali Lipat

Untuk mendapatkan 1 kilogram saja dia mengaku sangat tidak bisa.

“Kerugian tentu total. Harusnya ini meraup untung apalagi harga di pasaran Rp 70 ribu per kilogram,” bebernya.

Dia saat ini mengaku menganggur. Menunggu musim hujan untuk lahannya diganti tanaman ke padi.

“Kalau yang lain sudah beralih ke jagung atau kacang panjang. Kalau saya sendiri menunggu musim hujan lalu diganti padi,” urainya.

Petani lainnya, Rohimul Sofyan mengatakan, faktor gagal panen berawal dari cuaca.

Dia mengatakan, cuaca sangat panas. Hal itu membuat pembukaan.

“Juga kena jamur, akarnya juga mati. Sudah rugi serugi-ruginya ini. Panen 1 kilogram saja ngotot saya,” terangnya.

Menurutnya, normalnya satu kotak lahan cabai mendapatkan panen 70 kilogram hingga 90 kilogram per 5 hari. Sekarang hanya 1 kilogram bahkan ada yang tidak mencapai itu.

“Sekarang ya cuma mencabuti saja yang mati-mati. Sebagian petani mengganti ke jagung atau kacang panjang. Prihatin sekali harga mahal malah gagal panen,” pungkasnya.

Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved