Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Surabaya

Komunitas Kain dan Kebaya Indonesia DPD Jatim Maknai Figur Kartini Masa Kini, Bahas Busana dan Masak

Sebanyak 40 wanita dari Surabaya dan Sidoarjo yang tergabung dalam Komunitas Kain dan Kebaya Indonesia (KKI) berkumpul membahas busana kebaya

Penulis: Nur Ika Anisa | Editor: Samsul Arifin
istimewa
Kegiatan Hari Kartini yang melibatkan anggota KKI Jatim membahas busana kebaya, makeup hingga lomba masak 

TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA - Sebanyak 40 wanita dari Surabaya dan Sidoarjo yang tergabung dalam Komunitas Kain dan Kebaya Indonesia (KKI) berkumpul membahas busana kebaya, kecantikan hingga lomba masak.

Acara yang diadakan oleh Premier Place Surabaya Airport ini dalam rangka mengisi nuansa Hari Kartini yang diperingati pada 21 April. Kegiatan ini diisi bincang-bincang santai sore hari dengan pemandangan area kolam.

Ketua Dewan Pimpinan Daerah Komunitas Kain dan Kebaya Indonesia (KKI) Jawa Timur Mieke Sifora mengatakan, kebaya merupakan busana leluhur yang harus dilestarikan.

Oleh karenanya sejak 2019 lalu, Mieke bersama rekanan mengumpulkan para wanita dari berbagai kalangan untuk sama-sama melestarikan budaya.

“Saya ingin semua wanita melestarikan budaya, kebaya. Harusnya tidak boleh lepas dari itu sayangkan kalau diklaim negara lain,” ungkapnya kepada Tribun Jatim, Selasa malam (23/4/2024).

Baca juga: Inspirasi Kartini, Ajak Perempuan Sehat Melalui Manfaat Olahraga Pound Fit

Mieke dan para anggota KKI ingin terus ‘menyuntikan’ semangat melestarikan budaya melalui busana kebaya. Ia mengaku turut bangga banyak anak muda yang sadar akan budaya dan turut melestarikan dengan cara memulai berkain.

Didorong penggunaan wastra yang makin berkembang di kalangan anak muda dengan memilih beragam model. Seperti yang disebut kebaya kartini.

Di sisi lain, pakaian etnik dan adati ini juga memiliki pakem atau ketentuan yang harus diikuti. Mieke menjelaskan, pakem kebaya mesti diikuti saat mengikuti kegiatan seperti upacara adat, busana perkawinan, kenegaraan maupun acara formal lainnya.

Artinya, jika tak digunakan dalam acara tersebut, maka sah sah saja menggunakan kebaya dalam bentuk lain. Misalnya kebaya kartini yang tidak mengikuti pakem dan bisa dikombinasikan dengan berbagai tampilan.

“Anak muda berkebaya bagus. Tujuannya memang melestarikan itu. Kebaya pakem pakai kutu baru, bersanggul, selendang itu sudah pakem tapi sekarang kan ada model kartini lebih simpel. Kain juga tidak harus wiru, tapi kalau pakem contoh ini wiru di depan,” ungkapnya sambil menunjukan contoh busana.

Mieke menyebut, dengan adanya Keputusan Presiden nomor 19 tahun 2023 tentang Hari Kebaya Nasional yang diperingati setiap tanggal 24 juli turut meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap kebaya.

Oleh karenanya dengan mewadahi lebih dari 1000 wanita di Jawa Timur yang tersebar pada 10 Dewan Pimpinan Cabang (DPC), diharapkan dapat terus menyebar semangat melestarikan budaya melalui busana kebaya

“KKI itu adalah pelestarian budaya dari wanita berdaya dan berbudaya dengan kegiatan yang ada di Indonesia maupun DPC. Membuat komunitas ini gampang-gampang susah apalagi perempuan ini kan banyak yang kerja dan ada ibu rumah tangga. Kesibukannya berbeda-beda,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Mieke menceritakan awal mula dan kegiatan dari komunitas tersebut. Sempat terhalang saat pandemi membuat Mieke dan rekan dalam komunitas harus bertahan membangun komunitas. Sebab, kegiatan tak bisa dilakukan dan banyak bidang mati suri. 

Ia berpesan kepada seluruh wanita untuk tidak menyerah dan tak lelah berusaha. Sembari bangkit dari pandemi, peluang usaha terus dilakoni.

Sumber: Tribun Jatim
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved