Berita Kota Malang
Hadapi Tantangan Berat, Lima Kampung Tematik di Kota Malang Perlu Dukungan untuk Bergairah
Tantangan berat pengelolaan kampung tematik di Kota Malang, lima kampung tematik perlu dukungan untuk bisa bergairah.
Penulis: Benni Indo | Editor: Dwi Prastika
Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Benni Indo
TRIBUNJATIM.COM, MALANG - Perkembangan pengelolaan kampung tematik di Kota Malang, Jawa Timur (Jatim), menghadapi tantangan berat.
Ada lima kampung tematik yang dinyatakan pasif dan tidak ada kunjungan wisatawan oleh Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata Kota Malang.
Lima kampung tersebut terdiri atas Kampung Kramat Kasin, Kampung Wisata Aeng Hamid Rusdi, Kampung Seribu Topeng, Kampung Nila Slilir, dan Kampung Kuburan Londo.
Berdasarkan data dari Disporapar, ada 23 kampung tematik dan wisata di Kota Malang.
Masing-masing memiliki kategori, yakni kampung aktif dan mendapat kunjungan wisatawan. Kategori ini menggambarkan pengurus di kampung tersebut aktif dan kunjungan juga rutin.
Ada juga kategori tidak ada kunjungan wisatawan, tapi pengurusnya aktif. Jumlah kampung dalam kategori ini ada 15. Kampung-kampung tersebut mendapatkan pendampingan untuk bisa menggairahkan potensi wisata yang ada.
Kepala Disporapar Kota Malang, Baihaqi menyatakan, lima kampung tersebut masuk kategori pasif dan tidak ada kunjungan wisatawan setelah dilakukan monitoring dan evaluasi pada 2023.
Kampung tematik yang telah dirintis sejak 2016 awalnya didesain untuk menjadi daya tarik wisatawan.
Dengan adanya kondisi yang berbeda, seperti tidak didatangi wisatawan, maka Diporapar berencana mengambi langkah-langkah untuk mendampingi kondisi tersebut.
Baca juga: Gairahkan Wisata, Warga Kampung Warna-warni Greges Timur Kerja Bakti Massal, Angkut 581 Kg Sampah
Baihaqi mengatakan, pihaknya mendorong agar pengurus kampung tematik aktif kembali menghidupkan potensi yang ada.
"Menjadi kewajiban untuk membina dan mengembangkan agar kampung lebih menarik dan nyaman. Kalau berbicara pada tahun ini," ujar Baihaqi saat ditemui di ruang kerjanya, Selasa (21/5/2024).
Berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi, kampung yang pasif itu terjadi karena tidak ada lagi semangat di pengurus kelompok sadar wisata (Pokdarwis).
Pihak Disporapar mengaku kesulitan untuk membangkitkan kembali semangat warga atau pengurus Pokdarwis.
Dampak yang dirasakan akibat tidak adanya kunjungan adalah minimnya pemasukan yang diterima oleh masyarakat sekitar.
"Pengurus tidak semangat, ada yang pindah, dan ada yang meninggal. Kalau mereka ingin berhenti, kami usulkan dicabut pengurus Pokdarwis. Terhadap kampung seperti ini, kami rapatkan dan beri semangat. Kalau masih belum, kami ajukan anggaran untuk kami selenggarakan kegiatan agar ada daya tarik serta keramaian," kata Baihaqi.
Kondisi berbeda terjadi di kampung yang aktif dan kunjungannya juga ramai. Seperti di Kampung Warna Warni.
Baihaqi mengatakan, dampak sosial terhadap aktifnya kunjungan kerja itu adalah meningkatnya kesejahteraan masyarakat.
Dikatakan Baihaqi, warga di Kampung Warna Warni bisa hidup mandiri dari wisata yang digerakkan.
"Di Kampung Warna Warni, sehari bisa mencapai 100 orang. Malah kalau menurut mereka, bisa beli cat sendiri. Bisa bayar tukang juga. Nilainya Rp 100 juta. Itupun masih bisa memberi santunan kepada warga yang sakit. Parcel sembako kepada warga saat hari raya. Bisa menjamin biaya kebersihan juga," terang Baihaqi.
Tantangan berat dihadapi Disporapar untuk bisa mewujudkan kampung tematik dan wisata yang bisa berdampak positif bagi masyarakat.
Menurut Baihaqi, perlu dorongan dari berbagai pihak agar cita-cita yang diharapkan terwujud.
Ketua Kelompok Sadar Wisata Kampung Warna Warni, Agus Qodar menjelaskan, sejak kondisi kampung berubah, perekonomian membaik.
Selain itu, juga meningkatkan kesadaran masyarakat, karena kampung menjadi tujuan wisata.
Tiket wisata senilai Rp 5.000 telah memberikan banyak manfaat bagi masyarakat.
Dari tiket itu, sebagian keuangan yang dikelola untuk membantu warga yang sakit.
Pengurus Kampung Warna Warni memberikan bantuan senilai Rp 500 ribu ke warga yang sakit, agar bebannya tidak terlalu berat.
Bantuan juga diberikan kepada warga yang berduka.
"Bantuannya antara Rp 500 ribu hingga Rp 1 juta. Jika kondisi ekonominya memang sulit, bantuannya mencapai Rp 1 juta," ujar Agus.
Jaminan yang diterima masyarakat tidak sekadar itu saja, masyarakat juga dibebaskan biaya iuran sampah, keamanan, layanan kesehatan dan sebagainya.
Jaminan itu bersumber dari dana tiket yang dikelola oleh pengurus.
"Dampak bagi masyarakat, lumayan bagus. Selama ini masyarakat terbantu dengan adanya Kampung Warna Warni. Semua iuran seperti uang sampah, kemanan dan lainnya, itu ditangani oleh pengelola. Hanya ada satu syarat, ketika semuanya ditanggung, masyarakat jangan buang sampah di aliran sungai. Jaga kebersihan dan sopan santun," kata Agus.
Jaminan sosial itu telah mendorong perilaku masyarakat Kampung Warna Warni lebih terbuka.
Senyum sapa selalu hadir dari warga yang menyambut wisatawan.
Menurut Agus, selain telah memberikan jaminan sosial, perubahan di Kampung Warna Warni juga meningkatkan perekonomian masyarakat, karena banyak warga yang berjualan.
kampung tematik
Malang
Baihaqi
pokdarwis
Kampung Warna Warni
TribunJatim.com
berita Kota Malang terkini
Tribun Jatim
berita Jatim terkini
Dijadikan Jaminan Utang Bank, 2 Rumah di Kawasan Elit Dieksekusi PN Malang |
![]() |
---|
Dispangtan Kota Malang Terima 200 Dosis Vaksin PMK, 75 Dosis telah Disuntikkan ke Sapi |
![]() |
---|
Dispangtan Kota Malang Upayakan Produk Urban Farming Warga Jadi Bahan Makan Bergizi Gratis |
![]() |
---|
Hendak Ambil Cabai, Emak-emak di Malang Syok Kalung Emas Ditarik Pemotor, Aksi Pelaku Terekam CCTV |
![]() |
---|
Renovasi Stadion Gajayana Malang Harus Rampung sebelum Porprov Jatim 2025 Bergulir |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.