Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Senyum Pencari Rumput saat Anak Diterima Kuliah Gratis UGM, Perjuangan 30 Tahun Ngajar Tak Sia-sia

Pria yang juga seorang guru honorer tersebut begitu bangga ketika anaknya diterima kuliah di UGM.

Penulis: Alga | Editor: Mujib Anwar
Dok UGM
Senyum anak pencari rumput diterima kuliah gratis di UGM 

Saat sang anak menyampaikan keinginan untuk berkuliah di UGM, awalnya Muhidin merasa berat.

Ia khawatir melepas anaknya menimba ilmu yang jaraknya lebih 800 kilometer.

Namun Muhidin sangat bahagia saat Gigih dinyatakan mendapatkan subsidi UKT 100 persen dari UGM.

Ketika itu, ia dan Gigih terkejut hingga memeriksa layar beberapa kali.

Kini, ia dan Gigih pun tinggal menunggu pengumuman beasiswa KIP Kuliah.

"Saya sangat merasa terbantu dengan adanya subsidi UKT, khususnya dalam keadaan ekonomi yang sulit seperti ini," ucapnya sambil berdoa agar subsidi ini dapat dimanfaatkan Gigih dengan sebaik-baiknya.

Menjelang keberangkatan Gigih ke Yogyakarta, Muhidin tak henti-hentinya memberikan nasihat.

Ia mengingatkan Gigih untuk selalu menjaga tutur kata dan perilaku di tanah rantau, serta memanfaatkan subsidi yang diterima secara maksimal.

Tak lupa, ia juga berpesan agar Gigih selalu disiplin menunaikan salat lima waktu.

"Nanti, setelah di Yogyakarta, jaga diri baik-baik. Jaga baik-baik apa yang keluar dari mulut sebab bila salah, itu bisa membahayakan."

"Bertutur kata yang lemah lembut, sabar, dan jangan lupa salat," pesannya.

Hingga kini nasib guru honorer di Indonesia masih saja belum sejahtera karena kebijakan pemerintah.

Hal itu seperti dialami guru honorer di Tasikmalaya, Jawa Bara.

Ia yang telah mengabdi 20 tahun, nasibnya belum sejahtera.

Curhatan guru honorer yang bernama Sudarmono itu pun viral di media sosial.

Diketahui, ia mengabdikan hidupnya untuk menjdi guru dengan tujuan ikut mencerdaskan bangsa Indonesia.

Meski hanya mendapat gaji yang kecil karena statusnya honorer, Sudarmono tetap semangat dan tidak menyerah.

Sambil menjalani profesinya sebagai guru honorer, Sudarmono pun melakoni pekerjaan sampingan untuk menyambung hidup.

Ia mengungkapkannya dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi X DPR, beberapa waktu lalu, dikutip dari Kompas.com.

Guru honorer asal Tasikmalaya, Jawa Barat, Sudarmono saat rapat dengar pendapat dengan Komisi X DPR
Guru honorer asal Tasikmalaya, Jawa Barat, Sudarmono saat rapat dengar pendapat dengan Komisi X DPR (YouTube/TVR PARLEMEN)

"Di antara kami guru untuk mencukupi kebutuhannya sangat prihatin," ucap Sudarmono.

Sudarmono mengaku, untuk menyambung hidup dan membayar pendidikan anaknya, ia rela harus berjualan kerupuk pagi-pagi buta sebelum berangkat ke sekolah.

Ia keliling berjualan kerupuk mulai dari pukul 04.30 WIB.

Setelah selesai berjualan, ia pun bersiap untuk berangkat ke sekolah untuk mengajar.

"Saya pribadi jam 04.30 WIB mempersiapkan dagang kerupuk. Berkeliling, honor kami sangat kecil.

Untuk memenuhi pendidikan putra putri kami. Sangat sedih kalau diceritakan," kata Sudarmono.

Ia berharap bisa ada kehidupan yang baik untuknya dan guru-guru melalui pengangkatan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).

Selain diangkat menjadi PPPK, Sudarmono juga ingin tidak ada pergeseran posisi guru-guru yang masih berstatus honorer dengan guru PPPK yang baru saja datang ke sekolah.

"Kami linier Bahasa Inggris, kami digeser sementara, tiga tahun mengabdi melamar dengan Sosiologi, mengeeser kami yang Bahasa Inggris.

Mohon kiranya semua ini bisa diperhatikan," ungkap Sudarmono, melansir Kompas.com.

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved