10 Cara Mencegah Infeksi Virus Mpox, Kasus di Indonesia Melonjak Tinggi, Siap Masker dan Cuci Tangan
Kasus infeksi virus Mpox atau Monkeypox di Indonesia belakangan melonjak tinggi, meski masih dalam golongan Epidemi tetapi tindakan siaga dibutuhkan.
Penulis: Ignatia | Editor: Mujib Anwar
TRIBUNJATIM.COM - Simak berikut 10 cara mencegah infeksi virus Mpox yang kini angka penularan kasusnya melonjak tinggi di Indonesia.
Mpox, sebelumnya disebut dengan monkeypox, adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus monkeypox.
Untuk diketahui, jumlah kasus Mpox di Indonesia yang ditemukan adalah sebanyak 88 kasus per Sabtu (17/8/2024).
Infeksi virus ini bisa menyebar melalui kontak fisik dengan pasien Mpox dan tidak selalu terjadi pada pasangan seksual.
Kondisi ini bisa dicegah dengan beberapa cara, seperti dengan mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir atau hand sanitizer, menggunakan masker, dan menghindari untuk memegang barang di sarana publik.
Ada beberapa langkah pencegahan agar kita terhindarkan dari virus ini.
Berikut 10 langkah pencegahan yang bisa dilakukan seperti dikutip TribunJatim.com dari Kompas.com, Kamis (29/8/2024).
Tindakan pencegah yang bisa dilakukan adalah dengan menjaga kebersihan dan menghindari kontak fisik dengan orang-orang yang mengalami infeksi virus ini.
Dilansir dari Cleveland Clinic, terdapat beberapa tindakan pencegah Mpox virus yang bisa dilakukan, seperti:
Baca juga: Virus Mpox di Indonesia Melonjak, Menular Antar Manusia, Dosen Unair Beberkan Langkah Pencegahan
- Melakukan vaksinasi, khususnya setelah melakukan kontak dengan orang-orang yang mengidap Mpox
- Mencuci tangan secara teratur dengan menggunakan sabun dan air mengalir, atau hand sanitizer, dengan teknik yang benar
- Menghindari kontak langsung dengan primata, tikus, atau hewan yang mati mendadak atau sedang sakit
- Menghindari kontak fisik dengan pasien Mpox
- Menghindari penggunaan barang yang sama atau terkontaminasi pasien Mpox
- Memasak makanan yang mengandung daging hingga matang
- Melakukan hubungan seksual yang sehat, termasuk menggunakan kondom
- Menggunakan masker yang menutup area mulut dan hidung, khususnya jika berada di ruang publik
- Membersihkan dan menggunakan disinfektan untuk barang-barang yang sering disentuh
- Menggunakan barang-barang pribadi ketika merawat pasien Mpox
- Orang-orang yang mengalami Mpox perlu melakukan isolasi hingga luka atau lesi di kulit mengering dan terkelupas.

Selain melakukan isolasi, orang-orang yang mengalami Mpox juga diimbau untuk menutup luka dan menggunakan masker jika berada di ruang publik untuk menghindari penyebaran infeksi ini.
Menggunakan kondom saat melakukan hubungan seksual tidak akan mencegah penularan Mpox karena tetap bisa menularkan infeksi ini dari kontak fisik.
Untuk itu, seseorang yang mengalami Mpox perlu menghindari hubungan seksual dan menggunakan kondom sebagai tindakan pencegahan setidaknya selama 12 minggu setelah dinyatakan sembuh.
Melakukan pemantauan dengan ketat juga diperlukan ketika Anda melakukan kontak erat dengan pasien Mpox agar bisa segera melakukan tindakan pengobatan dan perawatan medis yang diperlukan.
Baca juga: Wabah Virus CIkungunya Hantui Warga Bojonegoro, 4 Orang Lumpuh, Mayoritas Lansia
Data terbaru dari Kemenkes RI seperti dikutip TribunJatim.com dari Kemkes.go.id, Kamis (29/8/2024), kasus di Indonesia melonjak cukup tinggi.
Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mengumumkan data kasus konformasi Monkeypox (Mpox) terbaru di Indonesia. Hingga Sabtu (17/8/2024), terdapat 88 kasus konfirmasi Mpox.
Secara rinci, kasus tersebar di DKI Jakarta sebanyak 59 kasus konfirmasi, Jawa Barat 13 kasus konfirmasi, Banten 9 konfirmasi, Jawa Timur 3 konfirmasi, Daerah Istimewa Yogyakarta 3 konfirmasi, dan Kepulauan Riau 1 konfirmasi.
Dari jumlah tersebut, sebanyak 87 kasus telah dinyatakan sembuh. Jika dilihat tren mingguan kasus konfirmasi Mpox di Indonesia dari tahun 2022 hingga 2024, periode dengan kasus terbanyak terjadi pada Oktober 2023.
Plh. Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes RI dr. Yudhi Pramono, MARS mengatakan, dari 88 kasus yang dikonfirmasi, sebanyak 54 kasus memenuhi kriteria untuk dilakukan whole genome sequencing (WGS) guna mengetahui varian virusnya.
Baca juga: RESMI Status Pandemi Covid-19 di Indonesia Dicabut, 161 Ribu Warga Direnggut Virus Corona
“Dari 54 kasus ini seluruhnya varian Clade IIB. Clade II ini mayoritas menyebarkan wabah Mpox pada Tahun 2022 hingga saat ini dengan fatalitas lebih rendah dan ditularkan sebagian besar dari kontak seksual,” ujar dr. Yudhi pada konferensi pers Perkembangan Kasus Mpox di Indonesia, Minggu (18/8/2024).
Terdapat dua Clade Monkeypox virus, yakni Clade I berasal dari Afrika Tengah (Congo Basin) dengan subclade 1a. Subclade 1a ini memiliki case fatality rate (CFR) lebih tinggi daripada clade lain dan ditularkan melalui beberapa mode transmisi. Sementara itu, subclade 1b ditularkan sebagian besar dari kontak seksual dengan CFR 11 persen.
Berbeda dengan Clade I, Clade II berasal dari di Afrika Barat dengan subclade IIa dan IIb dengan CFR 3,6 persen . Clade II memiliki CFR rendah dengan kasus sebagian besar berasal dari kontak seksual pada saat wabah pada 2022.
Dr. dr. Prasetyadi Mawardi, SPKK(K), dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI) mengatakan, varian Mpox Clade I, baik 1a maupun 1b, belum terdeteksi di Indonesia. Sejak 2022 hingga saat ini, varian yang ditemukan di Indonesia adalah varian Clade II.

“Clade I memang menurut refleksi angka fatalitas rate nya relatif lebih tinggi dibanding Clade II, terus kemudian varian ini biasanya disebabkan oleh close contact (kontak erat), tidak melulu seksual kontak,” ucapnya.
Karena Mpox terutama menyerang kulit, dr. Prasetyadi mengimbau kepada siapa pun yang dicurigai terinfeksi Mpox dan muncul gejala untuk tidak melakukan manipulasi pada lesi yang ada di kulit seperti memencet, dan menggaruk, serta sebaiknya membiarkan lesi tersebut. Sebab, lesi tersebut, baik yang basah maupun yang sudah mengering, berpotensi menularkan virus.
“Pasien juga tidak boleh berbagi barang-barang pribadi seperti handuk dan pakaian. Apabila terdapat benjolan atau bintil dan mengalami luka atau erosif, sebaiknya segera diberi obat,” ucapnya.
Baca juga: Curhat Wanita Digigit Selingkuhan Suami hingga Infeksi, Ternyata Didukung Mertua, Dia yang Dibela
Seiring dengan peningkatan kasus ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menyatakan status PHEIC (Public Health Emergency of International Concern) untuk wabah Mpox.
Dr dr Kurnia Dwi Artanti MSc, Dosen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (Unair) mengungkapkan Virus Mpox yang terdeteksi termasuk dalam Varian IIb.
“Virus varian tersebut dapat menyebar antarmanusia melalui kontak langsung cairan tubuh atau lesi,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Dr Kurnia menyebut pola penyebaran Mpox menunjukkan gejala yang mirip dengan cacar biasa.
Ia menjelaskan gejala khas Mpox meliputi demam tinggi, ruam kulit yang khas, dan pembengkakan kelenjar getah bening.
“Ruam yang muncul umumnya melalui wajah lalu menyebar ke seluruh tubuh. Meskipun begitu, perlu pemeriksaan spesifik untuk memastikan infeksi Mpox karena virus ini bersifat self-limited, yang artinya dapat sembuh dengan sendirinya jika sistem imun tubuh baik, ” jelas dr Kurnia.
Dr Kurnia mengungkapkan upaya mencegah transmisi virus Mpox, dapat dilakukan dengan meningkatkan kesadaran diri pada masyarakat serta isolasi bagi individu yang terinfeksi.
“Mencegah penularan Mpox sangat bergantung pada kebersihan diri. Kebiasaan mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir setelah beraktivitas di tempat umum serta menggunakan masker dapat menjadi benteng pertahanan yang efektif,"urainya.
Selain itu, WHO dan CDC merekomendasikan pemberian vaksin diprioritaskan terutama pada Petugas laboratorium, Tenaga kesehatan di RS rujukan dan Populasi berisiko.
Selain itu, pentingnya status PHEIC dalam meningkatkan kewaspadaan penyebaran wabah Mpox.
PHEIC merupakan status yang menunjukkan tingkat keparahan situasi global. WHO menetapkan status ini karena melihat persebaran penyakit yang semakin meluas.
"Ada beberapa kriteria yang dipertimbangkan, seperti penilaian risiko global yang jika tidak segera diantisipasi, dapat menyebabkan penyebaran yang lebih luas. Selain itu, respons dan dukungan dari negara-negara anggota WHO juga menjadi faktor penting dalam mengendalikan penyebaran penyakit ini,” pungkasnya.
Siswa SMA Keluhkan Nasi di MBG Berlendir hingga Telur Masih Mentah: di Sekolah Kita Nggak Enak |
![]() |
---|
Persebaya vs Semen Padang, Milos Raickovic Tak Khawatir Main tanpa Rivera |
![]() |
---|
Sidoarjo Terima 196.000 Blangko e-KTP, Layanan Cetak Kini di Seluruh Kecamatan |
![]() |
---|
Minimalkan Parkir Liar, Trenggalek Sediakan Empat Kantung Parkir Gratis, ini Lokasinya |
![]() |
---|
Heboh Bayi Laki-Laki Ditemukan di Teras Rumah Warga di Kediri, Begini Kondisinya usai Dibawa ke RS |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.