Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Jember

Gereja di Sumberpakem Jember Gunakan Injil Berbahasa Madura Selama Puluhan Tahun, Ini Sejarahnya

Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Desa Sumberpakem Kecamatan Sumberjambe Jember, Jawa Timur yang memiliki injil Berbahasa Madura.

Penulis: Imam Nawawi | Editor: Samsul Arifin
TribunJatim.com/Imam Nawawi
Estowinarno Komisi Pembinaan Teologia GKJW Sumberpakem  Jember bawa Injil Berbahasa Madura (kanan). Suasana di Gereja Kristen Jawi Wetan Sumberpakem Jember saat ibadah Natal 2024. 

Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Imam Nawawi

TRIBUNJATIM.COM, JEMBER - Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Desa Sumberpakem Kecamatan Sumberjambe Jember, Jawa Timur yang memiliki injil Berbahasa Madura.

Umat Nasrani di kawasan Jember Utara ini menggunakan injil berbahasa lokal tersebut, sudah puluhan tahun. Terhitung sejak 1994.

Pembacaan Injil Berbahasa Madura itu dilakukan setiap minggu ganji. Ketika jamaat menjalani ibadah rutinan setiap hari minggu

Sementara pada saat minggu genap khususnya pada perayaan Natal 2024. 

Penganut Agama Kristen di kawasan Gunung Raung Jember tersebut membacakan Alkitab dalam terjemahan Bahasa Indonesia, Rabu (25/12/2024).

Baca juga: 6 Gereja di Bondowoso Dijaga Ketat Selama Perayaan Natal, Dikawal Petugas Gabungan

Namun pengamatan di lapangan, sebagian jamaah sempat melantunkan puji-pujian dalam bentuk Bahasa Madura

Sebelum pendeta khotbah firman tuhan dalam Alkitab.

Suasana di Gereja Kristen Jawi Wetan Sumberpakem Jember saat ibadah Natal 2024.
Suasana di Gereja Kristen Jawi Wetan Sumberpakem Jember saat ibadah Natal 2024.

Terlihat, nama judul lembaran firman tuhan terjemahan Bahasa Madura itu ditulis dengan Alketab, serapan dari kata Alkitab.

Baca juga: Chord dan Lirik Lagu Selamat Natal dan Tahun Baru, ‘Walau Kita Tak Jumpa, Terimalah Laguku’

Kitab Suci Umat Kristen terjemahan Bahasa Madura itu berisi 66 kitab. Mulai perjanjian lama dan perjanjian Baru yang disusun dalam satu jilid buku tebal.

Tribun Jatim Network mencoba membuka Injil berbahasa daerah tersebut. Kitab itu mengawali firman tuhan berjudul Parjanjiyan Kona (perjanjian lama) dimulai dari kadaddiyan (kejadian) hingga Maleakhi.

Setelah itu, injil itu juga menceritakan soal Parjanjiyan Anyar (perjanjian baru) dimulai dari kabar bagus setotorake Matius (kabar baik yang diucapkan Matius) sampai membahas tentang wahyu.

Baca juga: Promo Natal dan Tahun Baru: Diskon Hingga Rp1,29 Juta Ini Tak Bisa Kamu Lewatkan

Estowinarno Komisi Pembinaan Teologia GKJW Sumberpakem Kecamatan Sumberjambe Jember mengatakan, pengunaan injil berbahasa Madura dilakukan sejak 1994.

"Hal itu dilakukan karena di daerah sini kebanyakan orang Madura. Sebelumnya belum ada memang Kitab injil Berbahasa Madura," ujarnya.

Menurutnya, hal itu bermula dari Lembaga Alkitab Indonesia di Jakarta, menerjemahkan injil asli berbahasa Ibrani dan Yunani menjadi bahasa Indonesia. Kemudian diterjemahkan lagi ke bahasa daerah.

Baca juga: Keluhan Pedagang Pasar Atom Surabaya Sepi Pembeli Meski Jelang Natal: Hancur-hancuran Pasang Harga

"Oleh Ibu Siti Hasaniyah dari Pamekasan, saat itu beliau mengirim teks perjanjian lama dan baru dalam bentuk bahasa Madura kepada saya, sebagai tim pengedit. Hingga akhirnya jadilah injil Berbahasa Madura," kata Winarno.

Winarno mengatakan, pengunaan Injil Berbahasa Madura sengaja dilakukan. Supaya masyarakat Jember Utara jemaat GKJW ini mudah memahami ajaran Agama Kristiani.

Baca juga: Pemkab dan Polres Pastikan Jamin Jamaah Gereja di Ponorogo Bisa Ibadah Natal dengan Aman

"Seiring perkembangan zaman, banyak pendatang baru yang tidak menguasai bahasa daerah. Akhirnya pengunaan Injil Berbahasa Madura saat minggu ganjil saja. Supaya jamaat baru dari luar daerah pun bisa belajar dan beradaptasi," ulasnya.

Pria berambut putih ini mengunakan Gereja Umat Nasrani di Desa Sumberpakem Kecamatan Sumberjambe mulai dirintis sejak 23 Juli 1882. 

Pendeta pertama yang dibaptis adalah Pak Bing, warga asal Pulau Madura.

"Warga Madura yang pertama kali dibaptis, dan bangunan gereja berdiri pada tahu 1889. Sebelum jadi gereja, bangunan ini digunakan untuk poli klinik dan sekolah dasar," kata Winarno.

Sementara, Pendeta GKJW Sumberpakem Kukuh Christanto Tripangabdi mengatakan, injil berbahasa ini memang tidak pernah di pakai oleh umat Kristen di Pulau Madura.

"Karena umat Kristen di Madura rata-rata bukan asli orang Madura.  Mereka kebanyakan pendatang kebetulan tinggal di Pulau Madura karena pekerjaan," imbuhnya.

Sementara di kawasan Jember Utara, kata dia, kebanyakan pendatangnya dari Suku Madura yang bekerja di perkebunan kopi dan tebu pada zaman penjajahan Belanda.

 "Gereja ini kan kebetulan dulu adalah klik perkebunan milik orang Belanda bernama Gaeacer. Nah pembantunya Gaeacer itulah yang menjadi Kristen pertama di sini," ucap Kukuh.

Sumber: Tribun Jatim
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved