Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Dedi Mulyadi Rela Dicaci Imbas Polemik Study Tour, Soroti Keuangan Ortu Siswa Tak Mampu: Beban

Dedi Mulyadi menyinggung kondisi keuangan para orang tua siswa di Jawa Barat yang kebanyakan tak mampu.

Penulis: Alga | Editor: Mujib Anwar
Instagram/dedimulyadi71
TAK PEDULI DICACI - Tangkapan layar unggahan akun Instagram Dedi Mulyadi, @dedimulyadi17, Senin (24/2/2025). Ia mengaku rela dicaci imbas polemik study tour. 

TRIBUNJATIM.COM - Polemik study tour SMAN 6 Depok membuat Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi menjadi sorotan.

Ia mengakui, larangan piknik atau study tour untuk sekolah-sekolah di Jabar tersebut bakal menimbulkan kekecewaan.

Termasuk kekecewaan yang mungkin dirasakan para siswa yang sudah siap berangkat study tour.

Baca juga: Eks Menteri Kelautan Sanggupi Permintaan Bantu Dedi Mulyadi Urusi Jabar, Tegas Tak Mau Dibayar

Hal ini diungkapkan Dedi Mulyadi dalam unggahannya pada Senin (24/2/2025).

"Kebijakan larangan piknik yang orang menyebutnya study tour, kemudian studi kunjungan industri dan sejenisnya, itu pasti menimbulkan kekecewaan bagi para siswa yang akan berangkat," kata Dedi Mulyadi dikutip dari Instagramnya.

Meski begitu, Dedi Mulyadi tidak masalah dirinya menjadi target kemarahan akibat kebijakan larangan tersebut.

Ia mengaku tak mempermasalahkan jika dirinya dicaci maki karena hal tersebut.

"Saya enggak ada masalah dicaci maki, dibilang Dedi Mulyadi atau apapun ya, enggak ada masalah," tegas Dedi Mulyadi.

"Karena saya ini orang tua, tindakan-tindakan yang saya lakukan adalah untuk kebaikan semua," lanjutnya.

Dedi Mulyadi pun menyebut soal kondisi keuangan para orang tua siswa di Jawa Barat.

Karena sebagian dari para orang tua di Jawa Barat tidak cukup mampu untuk mengeluarkan uang demi piknik atau study tour anaknya di sekolah.

Sehingga karena hal ini, orang tua yang tak mampu ini malah berakhir terlilit utang.

"Anda para siswa yang kaya-kaya mungkin tidak ada masalah dengan keuangan keluarga," ujar Dedi.

"Tetapi bagi mereka yang orang tuanya pas-pasan, buat makan pun susah. Itu harus menimbulkan beban utang, bank emok, pinjol, bank keliling," imbuhnya.

133 SMA TERDAMPAK - (kiri) Dedi Mulyadi saat diwawancarai usai bertemu warga di GOR Pajajaran, Kota Bogor, Rabu (11/9/2024) malam. (kanan) Potret ekspresi Dedi Mulyadi yang kaget dalam momen kasus guru Supriyani, (31/10/2024). Dedi Mulyadi dan timnya tegas akan memeriksa 133 SMA lain terkait kegiatan Study Tour yang belakangan dilanggar oleh SMAN 6 Depok.
133 SMA TERDAMPAK - (kiri) Dedi Mulyadi saat diwawancarai usai bertemu warga di GOR Pajajaran, Kota Bogor, Rabu (11/9/2024) malam. (kanan) Potret ekspresi Dedi Mulyadi yang kaget dalam momen kasus guru Supriyani, (31/10/2024). Dedi Mulyadi dan timnya tegas akan memeriksa 133 SMA lain terkait kegiatan study tour yang belakangan dilanggar oleh SMAN 6 Depok. (YouTube/KANG DEDI MULYADI CHANNEL - KOMPAS.com/Ramdhan Triyadi Bempah)

Sehingga, bisa jadi anaknya marah karena tidak bisa ikut study tour atau piknik.

Namun dari semua kemarahan tersebut, menurut Dedi, suatu saat akan menjadi kebahagiaan.

Ketika seorang siswa ini bisa memahami dan merasakan maksud dari sikap orang tua mereka.

"Tentunya sebagai orang tua bisa jadi anaknya marah. Diarahkan untuk bagaimana memasak, bagaimana berkebun, bagaimana mengembangkan pertanian peternakan, bagaimana ikut bekerja, bagaimana membuat robot, dan sejenisnya," ujar Dedi.

"Tetapi seluruh kemarahan itu suatu saat akan menjadi kebahagiaan, ketika Anda sudah dewasa."

"Ketika Anda sudah merasakan makna dari sikap orang tua yang membangun arah pendidikan yang jelas bagi anak-anaknya," beber Dedi, melansir TribunnewsBogor.com.

Baca juga: Kades Tertawakan Nasi Kotak dari Bupati Dapat Teguran Keras, Pemkab Singgung Kontroversi Masa Lalu

Selain piknik dari sekolah SMA, Dedi juga menyinggung soal alasan kunjungan industri dari sekolah SMK.

Menurutnya, beberapa SMK memilih kunjungan industri ke luar Jawa Barat.

Padahal, kata Dedi, industri di Jawa Barat justru paling banyak.

"Saya katakan, industri itu di Jawa Barat paling banyak, industri apa aja ada," ucap Dedi.

"Jadi kan aneh, industri terhampar di Jawa Barat, orang dari Jawa Tengah, Jawa Timur bekerja di Jawa Barat."

"Kok orang Jawa Barat studinya ke luar Jawa Barat? Kan jadi aneh," paparnya.

Baca juga: Duel Carok Penjual Petai Tewaskan 2 Orang, Dipicu Persaingan Usaha, Mari Ambil Celurit dari Motornya

Menurutnya, ini merupakan logika yang sering kali bertentangan dengan prinsip-prinsip filsafat pendidikan dan arah kebijakan pendidikan.

Dedi juga mengingatkan bahwa Pemprov Jabar mengeluarkan dana triliunan rupiah setiap tahun dari APBD untuk meringankan beban orang tua dalam menghadapi pendidikan.

"Buat apa pemerintah mengeluarkan uang triliunan, kalau pada akhirnya siswa menghambur-hamburkan uang triliunan untuk kepentingan diri dan kesenangan hidupnya saja?"

"Termasuk juga barangkali bisa jadi ada kepentingan oknum-oknum guru, oknum kepala sekolah," ucap Dedi.

"Nah, untuk itu saya ingin tekankan di sini, bahwa kita ingin membangun masa depan yang baik dengan sikap pendidikan yang baik," ungkapnya.

Dia menekan, bahwa pemerintah ingin membangun masa depan yang baik dengan sikap pendidikan yang baik.

"Kalau ada uang (harap) tidak dihamburkan, tapi untuk investasi di masa depan," jelas Dedi.

Baca juga: Ditegur Tatap Mata Kernet saat Nyanyi, Pengamen Ngamuk di Angkot sampai Penumpang Teriak Ketakutan

Kasus imbauan Dedi terhadap SMAN 6 Depok untuk tak berangkat study tour kini berimbas panjang.

Imbas kasus ini terlihat pada terdampaknya banyak sekolah lain yang ikut diinspeksi Dedi dan tim.

Dedi mengatakan, ada 111 SMA dan 22 SMK yang melanggar Surat Edaran Gubernur tentang study tour.

Dia memerintahkan UPTD dan Inspektorat menelaah sejauhmana pelanggaran yang dilakukan sekolah tersebut.

"Kami tidak segan untuk melakukan pemberhentian sementara maupun permanen (terhadap kepala sekolah)," kata Dedi saat dihubungi Kompas.com, Senin (24/2/2025).

Dedi menjelaskan, apa tugas kepala sekolah jika sudah diberhentikan?

Dia mengatakan, kepala sekolah itu kembali mengajar, jadi guru.

"Enggak ada problem, sama juga rektor bisa jadi dosen biasa."

"Politisi, mantan ketua DPRD bisa jadi anggota biasa," jelas Dedi.

Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved