Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berita Viral

Warga Khawatir Janji Kosong Pembebasan Lahan, Trauma 2020 Dapat Rusun Cuma 1: yang Merasakan Kami

Warga khawatir adanya janji kosong pembebasan lahan di Bantaran Kali Ciliwung, tak dapat haknya meski punya 7 ahli waris.

Penulis: Ignatia | Editor: Mujib Anwar
KOMPAS.com/BAHARUDIN AL FARISI
WARGA KHAWATIR - Suasana belakang rumah warga RT 08/RW 11, Kelurahan Pengadegan, Pancoran, Jakarta Selatan, yang berbatasan langsung dengan Kali Ciliwung. Warga sekitar masih khawatir karena trauma yang pernah terjadi dengan mereka tahun 2020. 

TRIBUNJATIM.COM - Hak uang atau tempat tinggal baru dari pemerintah untuk warga yang dibebaskan lahannya ternyata masih menuai ketidaksesuaian.

Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jakarta berencana membebaskan lahan di sekitar Sungai Ciliwung untuk mempercepat normalisasi sungai.

Gubernur Jakarta Pramono Anung menyebutkan, setidaknya ada tiga wilayah yang menjadi fokus pembebasan lahan, yaitu Pengadegan, Cawang, dan Bidara Cina.

Ketiga wilayah tersebut selama ini menjadi langganan banjir akibat luapan Sungai Ciliwung.

“Ya yang jelas pasti akan dilakukan pembebasan,” ucap Pramono saat ditemui di Lapangan Bhayangkara, Jakarta Selatan, Kamis (6/3/2025).

Namun di sisi lain, pembebasan lahan tersebut tampaknya menjadi sumber kekhawatiran paling parah bagi warga yang ada di sana.

Sekretaris Dinas Sumber Daya Air (SDA) Jakarta, Hendri, mengungkapkan, proses pembebasan lahan ini mencakup 634 bidang tanah.

“Fokus pembebasan lahan untuk normalisasi Ciliwung, yakni Cawang 411 bidang tanah, Bidara Cina 162 bidang tanah, dan Pengadegan 61 bidang tanah,” ujar Hendri saat dikonfirmasi, Jumat, (7/3/2025).

Cawang menjadi wilayah dengan jumlah bidang tanah yang dibebaskan terbanyak, yakni 411 bidang dengan luas sekitar 58.946 meter persegi.

Sementara itu, Bidara Cina mencakup 162 bidang tanah dengan luas 57.035 meter persegi dan Pengadegan sebanyak 61 bidang dengan luas 13.101 meter persegi. Secara keseluruhan, total lahan yang dibebaskan mencapai 12,908 hektar.

Baca juga: Proses Pembebasan Lahan JLS Berlanjut, Pemkab Trenggalek Siapkan Rp 30 Miliar

Warga Pengadegan misalnya bernama Faradilla (22) mengaku khawatir tidak mendapatkan kompensasi pembebasan lahan yang layak dengan kondisinya saat ini.

Meski begitu, Faradilla dan keluarganya tidak menolak penggusuran.

Namun, mereka menekankan bahwa kompensasi atau hunian di rumah susun sederhana sewa (rusunawa) harus sesuai dengan hak ahli waris.

“Pak Lurah bilang waktu banjir 2020, kami kan ada 7 ahli waris. Kalau misalnya dapat rusun, itu cuma satu. Nah, awalnya kami kira itu dapat semuanya,” kata Faradilla saat ditemui Kompas.com di depan rumahnya, Sabtu (8/3/2025), seperti dikutip TribunJatim.com, Senin (10/3/2025).

Meski perkataan Pak Lurah sudah lama dan belum diketahui pasti kebenarannya, keluarga Faradilla sangat khawatir.

Sausana belakang rumah warga RT 08/RW 11, Kelurahan Pengadegan, Pancoran, Jakarta Selatan, yang berbatasan langsung dengan Kali Ciliwung.
Sausana belakang rumah warga RT 08/RW 11, Kelurahan Pengadegan, Pancoran, Jakarta Selatan, yang berbatasan langsung dengan Kali Ciliwung. (KOMPAS.com/BAHARUDIN AL FARISI)

Sebab, dari 7 ahli waris, hanya keluarga Faradilla yang tinggal di bantaran Kali Ciliwung.

Padahal, keluarga Faradilla sangat menanti penggusuran tersebut.

“Iya. Makanya kapan sih mau digusur? Kalau digusur kan, sudah enggak banjir lagi. Walau rumahnya kecil, ya setidaknya mamah enak, kondisi mamah sudah menurun, kasihan juga,” ujar Faradilla.

“Karena kan takut kepikiran, adik saya masih sekolah. Tapi dari pihak keluarga (ahli waris) katanya biarkan di sini dulu. Ya kan yang merasakan kami,” tambah dia.

Sementara itu tetangga Faradilla, Sugeng (68), mengaku berat hati dengan pembebasan lahan.

Baca juga: Pratiwi Noviyanthi Nangis usai Hadapi Agus Salim Minta Ahli Waris Tetap Dapat Donasi: Tidak Sepakat

Alasannya sederhana, dia sudah nyaman tinggal di sana meski wilayahnya selalu langganan banjir.

Namun, karena suaranya tidak dominan dalam penolakan pembebasan lahan, Sugeng hanya bisa mengikuti keputusan mayoritas.

“Kalau satu orang enggak setuju, katanya ditinggal. Misalnya ada 60 orang, 50 setuju, 10 enggak. Ya tetap saja gitu yang 10 ikut yang banyak. Kan cuma berapa persen,” ungkap Sugeng.

Sugeng mempunyai satu pesan kepada Pemprov Jakarta, yakni biaya kompensasi yang tidak merugikan warga.

“Yang penting penggantian bisa buat beli (rumah) lagilah. Kalau kata rapat kemarin, katanya sih, ya enggak bakal rugi. tetap ganti untung,” pungkas dia.

Baca juga: Polemik Kepemilikan Lahan, Ahli Waris Pasang Spanduk dan Plang di Kantor Partai Golkar Lumajang

Pengalaman pahit terkait pembebasan lahan dirasakan juga oleh lansia satu ini.

Mak Jumirah ternyata mendapatkan ketidakadilan setelah mengikhlaskan tanah bangunan rumahnya untuk pembebasan lahan.

Uang sebanyak Rp4 Miliar yang diberikan kepada Mak Jumirah malah dipermasalahkan.

Curhatan Mak Jumirah , nenek yang tinggal di kawasan Desa Kandangan , Kecamatan Bawen , Kabupaten Semarang malah memilukan.

Setelah mendapat uang Rp4 Miliar tersebut, hidup Mak Jumirah diteror dan justru malahan tak tenang.

Pasalnya pintu rumah sering digedor, bahkan diteror dengan keberadaan orang-orang tak dikenal.

Nenek Jumirah (63), warga Desa Kandangan, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang sebagai sosok yang mengaku resah usai mendapat uang ganti pembebasan lahan terdampak proyek Tol Yogya-Bawen.

Nenek Jumirah telah dia mendapatkan uang senilai sekitar Rp 4 miliar sebagai uang pembebasan lahan.

Mak Jumirah merupakan warga lanjut usia (lansia) yang mengatakan dirinya didatangi oleh oknum tak dikenal.

Oknum tersebut mengaku sebagai kepala dusun (kadus) beserta perangkat dusun.

Tujuan kedatangan mereka ternyata minta bagian dari uang itu.

Baca juga: Mbah Legiyem Malah Sial Mau Lebaran, Dapat THR ‘Zonk’ dari Mahasiswa KKN, Disuruh Ganti Baju Lusuh

Nenek Jumirah yang dijanjikan mendapat uang Rp4 Miliar sebagai dana pembebasan lahan Tol Yogya-Bawen malah diminta meyerahkan sebagian uangnya untuk oknum lain.

Ia mengungkap bahwa besaran pungutan yang ditarik juga cukup fantastis.

Pungutan itu diminta sebesar Rp1 Miliar.

“Yang diminta Rp 1 miliar, katanya itu kepunyaan tim,” kata Jumirah Dikutip TribunJatim.com dari Tribunjateng.com , Selasa (11/4/2023).

Nenek Jumirah yang mendapat teror
Nenek Jumirah yang mendapat teror (TribunJateng.com)

Selain oknum perangkat dusun, Jumirah mengatakan bahwa dirinya juga didatangi oleh beberapa orang yang mengaku dari tim pembebasan lahan Tol Yogya-Bawen .

Berdasarkan informasi yang dihimpun Tribunjateng.com, alasan oknum itu meminta uang tersebut karena pihak tim pembebasan lahan tol kelebihan bayar kepada Jumirah.

“Tapi saya kan sebelumnya juga tidak diberitahu apa-apa, jadi saya tolak,” imbuh dia.

Penolakan Nenek Jumirah itupun malah berdampak negatif bagi dirinya.

Pasalnya, oknum yang meminta sebagian uang Mak Jumirah itu malah menerornya di masa puasa ini.

Baca juga: Bukannya Mudik, Pria Sumenep Justru Merantau ke Jakarta Jelang Lebaran, Pulang-pulang Bawa Rp20 Juta

Jumirah juga mengaku khawatir karena dirinya sempat diancam akan dipenjara jika tidak memberikan sejumlah uang yang disebutkan.

Tak hanya itu, dia menerangkan kekhawatirannya bertambah lantaran setelah pertemuan itu, rumahnya selalu didatangi orang tiap pekan.

Akibatnya, Jumirah mengaku ketakutan tiap kali rumahnya didatangi oleh orang tak dikenal.

“Pintu rumah saya sampai digedor-gedor. Setiap ada mobil berhenti di depan rumah, saya ketakutan sampai sakit kepala dan glesotan di lantai,” ungkap dia.

Berita viral lainnya

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved