Breaking News
Sulawesi Utara
Selamat Datang di Superhub PDIP Jatim

Berkah Bulan Suro, Jasa Penjamasan Warangka Keris di Mojoagung Jombang Naik Pesat

Bulan Suro membawa berkah bagi Sudahri (55), seorang perajin warangka keris asal Desa Miagan, Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang

Penulis: Anggit Puji Widodo | Editor: Samsul Arifin
TribunJatim.com/Anggit Pujie Widodo
BULAN SURO JOMBANG - Sudahri (55) Pengrajin Warangka aal Desa Miagan, Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang, Jawa Timur saat Memoles Warangsa Pesanan Pembeli, Selasa (24/6/2025). Untung melimpah dari Warangka saat bulan suro. 

Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Anggit Puji Widodo

TRIBUNJATIM.COM, JOMBANG - Bulan Suro membawa berkah bagi Sudahri (55), seorang perajin warangka keris asal Desa Miagan, Kecamatan Mojoagung, Kabupaten Jombang. 

Sejak menggeluti usaha ini pada 2009, momen Suro selalu menjadi puncak kesibukannya setiap tahun.

Dalam budaya Jawa, bulan Suro identik dengan ritual membersihkan pusaka keris atau dikenal sebagai penjamasan.

Tak jarang, pemilik pusaka juga memilih mengganti warangka keris yang sudah usang atau rusak.

Tradisi inilah yang membuat pesanan kepada Sudahri melonjak tajam dibandingkan hari-hari biasa.

Baca juga: Malam 1 Suro Beda dengan 1 Muharram? Berikut Penjelasan dari Kacamata Islam dan Sejarah Jawa

“Biasanya sehari paling banyak saya buat 7 sampai 8 warangka. Tapi kalau masuk bulan Suro, jumlah pesanan bisa melonjak sampai 25 warangka per hari. Jadi, semuanya harus antre,” ucapnya saat ditemui di lapaknya yang berada di Pasar Loak Mojotrisno, Mojoagung, Selasa (24/6/2025).

Kenaikan permintaan bahkan mulai terasa sejak akhir Mei. Awal Juni menjadi awal lonjakan pesanan yang terus berlangsung hingga sepekan setelah malam 1 Suro.

Sudahri mengatakan, saat ini ia telah menyelesaikan puluhan pesanan yang akan diambil oleh para pemiliknya dalam beberapa hari ke depan.

Baca juga: Menilik Ratusan Pusaka Dipamerkan Pada Grebeg Suro 2025 Ponorogo, Kang Giri : Ini Pengetahuan

Bahkan, sejumlah pelanggan tidak hanya memesan warangka, tetapi juga meminta jasa penjamasan terlebih dahulu. Biasanya, sebelum proses penjamasan dilakukan, Sudahri akan membawa keris tersebut pulang untuk mengadakan bancakan sebagai bentuk doa keselamatan.

“Ada juga yang minta kerisnya dijamas dulu. Itu harus saya bawa pulang dan diadakan bancakan agar aman dan sesuai tradisi,” ungkapnya.

Selama masa sibuk di bulan Suro, penghasilannya bisa menembus angka Rp10 juta. Namun di luar bulan tersebut, pendapatannya bervariasi, mulai dari Rp1,5 juta hingga Rp5 juta, tergantung pada jumlah pesanan dan penjualan keris antik yang tergolong barang koleksi.

Baca juga: Kolaborasi Polisi dan Perguruan Silat, Satgas Sentot Prawirodirjo di Mojokerto Amankan Malam 1 Suro

Ia menerima berbagai pesanan bentuk warangka seperti gayaman, ladrang, galih asem, dan kayu kembang. Namun menurutnya, jenis pelokan menjadi favorit di kalangan kolektor karena cocok untuk keris jenis tilam. Selain itu, beberapa pelanggan juga menyukai warangka betok untuk keris sandang walikat.

Pembuatan warangka tidak selalu mudah. Sudahri mengakui bahwa warangka ladrang menjadi salah satu yang paling menantang karena membutuhkan kayu dengan ketebalan khusus dan desain yang rumit.

“Warangka ladrang cukup sulit dibuat. Minimal kayu harus 6 sentimeter tebalnya, dan modelnya juga penuh lengkungan,” ujarnya.

Baca juga: Dewan Jombang Gagas Regulasi Soal Smart City, ini Isi Rancangan Aturannya

Halaman
12
Sumber: Tribun Jatim
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved